Uncategorized

Komunitas Film Kolektips Gelar Nobar dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu

Dari siaran pers

Cigombong, Bogor – Warga masyarakat Cigombong, Kabupaten Bogor, terlihat antusias untuk mengikuti nonton bareng dan diskusi film dokumenter “Rayuan Pulau Palsu” dalam tajuk acara Cigombong Film Screening di GOR Balai Desa Cigombong kemarin, Sabtu (21/5).

Acara nonton bareng “Rayuan Pulau Palsu” digelar atas inisatif komunitas Kolektips, komunitas film yang berfokus dengan isu pedesaan, dan bekerjasama dengan beberapa organisasi yaitu Divisi Seni dan Budaya Karang Taruna Cigombong Raya.

Pemutaran film itu disambut antusias warga, yang tampak memadati GOR Balai Desa Cigombong. Tampak hadir dalam nonton bareng tersebut mulai dari pelajar, mahasiswa dan warga masyarakat umum lainnya.

Fajar Cakrawinata, selaku Ketua komunitas film Kolektips mengatakan bahwa  “Acara ini dalam rangka hari kebangkitan nasional, untuk membangun pemuda yang memiliki rasa nasionalisme, kreatif dan kritis menanggapi isu-isu disekitar lingkungannya.”

Rayuan Pulau Palsu adalah film dokumenter yang dibuat oleh rumah produksi Watchdoc pimpinan Dandhy Laksono yang juga merupakan anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Dalam film tersebut dikisahkan nasib para warga dan nelayan Muara Angke di Jakarta pasca dilakukan pembangunan sejumlah pulau buatan di teluk Jakarta. Film ini juga menyajikan bagaimana kelompok warga penolak reklamasi melakukan aksi demonstrasi, hingga gugatan ke PTUN.

Pembangunan yang pesat di wilayah Cigombong beberapa tahun ini, pembangunan Jalan Tol Bogor-Sukabumi, serta pembangunan wisata ‘ala-ala’ Disney Land. Hal tersebut mendasari dalam pemilihan pemutaran film Rayuan Pulau Palsu “Adanya kesamaan isu yang sama antara film RPP dan pembangunan di wilayah Cigombong”, ungkap Fajar.

Setelah nonton bareng, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu dari Divisi Seni Budaya Karang Taruna Cigombong,  Rajib Gandi. Sedangkan pemantik diskusi ini adalah pegiat seni di Kabupaten Bogor, Dwiyoso Nugroho serta Agung pemuda dari Desa Cigombong.

“Kegiatan ini untuk memberikan pemahaman pada kita terkait dampak pembangunan reklamasi, dikaitkan dengan isu pembangunan lokal di wilayah kita”, ungkap Rajib Gandi, membuka sesi diskusi. “Dengan adanya ruang diskusi seperti ini, diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang berbudaya”, tambahnya.

Sementara Dwiyoso menuturkan, film dokumenter ini menyajikan keadaan sekitar lingkungan kita, “dalam  menyampaikan pesan, tidak memakai simbol-simbol yang rumit sehingga mudah dipahami”, ujarnya.
Disesi diskusi terlontar pertanyaan dari teman-teman mahasiswa Komunikasi Pembangunan Masyarakat IPB, “bagaimana peran dari pemuda Cigombong dalam menanggapi isu pembangunan di wilayahnya”.

Dampak pembangunan di Kecamatan Cigombong, dirasakan oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pertanian “petani yang paling dirugikan karena kehilangan mata pencaharian” ungkap Agung. “Peran pemuda dalam mengawal pembangunan melalui kegiatan seni, dan diskusi bersama pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna” lanjut Agung.

Diskusi Rayuan Pulau Palsu - Kolektips

Suasana diskusi Rayuan Pulau Palsu (foto: dokumentasi Kolektips)

Sementara itu, Dwiyoso menambahkan Dalam perspektif seni, film ini jenis dokumenter pergerakan, atau seni untuk pergerakan. “Namun disayangkan, film ini tidak klimaks karena kasus reklamasi saat ini masih belum selesai”, lanjut Dwiyoso.

Senada dengan Dwiyoso, Mardi juga berpendapat “film dokumenter ini memang untuk pergerakan sehingga harus berpihak, sebagai contoh bagi masyrakat yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah”, tuturnya.
Acara diskusi secara resmi diakhiri oleh panitia pada pukul 22.00 WIB. Akan tetapi, beberapa peserta masih bersemangat melanjutkan diskusi berbincang tentang pembangunan dan reklamasi, ditemani dengan seduhan kopi hangat… di area sebelumnya digunakan nonton bareng. (Mrd)

Most Popular

To Top