Berita

100% Manusia Film Festival 2020: Bersama Memahami Beragam Bentuk Keberanian

Akhir tahun ini, 100% Manusia Film Festival kembali hadir dengan format online pada tanggal 3-10 Desember 2020. Pada tahun keempatnya, gelaran ini masih konsisten mengangkat isu hak asasi manusia, keberagaman, gender, disabilitas, kesehatan mental, HIV/AIDS, dan isu minoritas lainnya sebagai fokus utama. Sebanyak 15 film dari 11 negara dapat diakses secara gratis melalui laman Festival Scope. Tak hanya itu, ada pula 8 acara lain (fringe events)yang diadakan melalui Instagram dan Youtube 100% Manusia Film Festival.

100% Manusia Film Festival 2020 mengangkat “Courage” sebagai tema yang diusung pada tahun ini. Festival Director 100% Manusia Film Festival 2020, Rain Cuaca, menyampaikan bahwa tema tersebut dipilih karena berkaitan dengan apa yang tengah kita hadapi tahun ini. “Kami memutuskan memilih tema tersebut karena untuk membuat perubahan di dunia dibutuhkan keberanian,” ujar Rain pada opening ceremony hari Kamis (3/12) lalu.

Beragam Bentuk Keberanian

“Sesungguhnya, keberanian hadir di antara kita dalam berbagai bentuk.”

Kalimat tersebut datang dari Kartika Jahja, Ambassador 100% Manusia Film Festival 2020 yang disampaikan saat memberi kata sambutan di opening ceremony. Meski terbilang sederhana, kutipan di atas punya makna mendalam. Keberanian pada akhirnya tidak selalu berhubungan dengan hal-hal heroik. Lewat festival film ini, kita belajar bahwa dengan menjadi diri sendiri, mengakui kelemahan, hingga memilih untuk tetap bertahan di tengah segala ketidakpastian juga termasuk keberanian.

Sederet film yang ditayangkan pada 100% Manusia Film Festival 2020 mungkin dapat memberi sedikit gambaran tentang courage (keberanian) itu sendiri. Dari 15 film yang diputar, saya berkesempatan menonton 6 film selama festival berlangsung: A Gift from God (Norwegia), Mother Earth (Indonesia), Mical (UK), Nyalon (Indonesia), A Terra (Kolombia), dan Those Who Love (Norwegia). Dari keenam film tersebut, Mother Earth dan Mical menjadi dua film yang cukup menyita perhatian.

Mother Earth mengambil cerita tentang nasib Pegunungan Kendeng yang terancam semakin rusak akibat eksploitasi. Dokumenter ini berhasil menyuarakan keresahan secara berani dan kritis, dengan menggunakan pendekatan yang membumi. Penonton ditunjukkan bagaimana gerakan petani Kendeng benar-benar didasari atas keadaan petani dan masyarakat sekitar yang semakin terancam nasibnya. Perlawanan juga datang dari sekelompok anak muda dengan pendekatan lain, yaitu dengan membentuk band bernama Kendeng Squad. Ini menunjukkan bahwa bentuk keberanian memang beragam dan bisa muncul di dalam diri siapa pun yang meyakininya.

Baca juga: Filming Afghanistan: Menembus Batas di Belantara Konflik

Sedangkan film Mical punya cara pandangnya sendiri terhadap keberanian. Diambil dari kisah nyata, film ini mengangkat isu disleksia yang sampai saat ini masih sering dianggap tabu oleh masyarakat di sekitar kita. Michael, seorang anak disleksia, mengalami kesulitan dalam mengeja dan membaca. Keadaan tersebut mengakibatkan ia harus keluar masuk sekolah karena kerap di-bully dan dianggap bodoh oleh sang guru. Pat Jones, sang ibu, memutuskan untuk mengambil alih peran guru dan mengajari Michael dengan menggunakan pendekatan yang ramah anak disleksia. Film ini tak hanya soal hubungan ibu-anak dan perjuangannya dalam melakukan perubahan. Tetapi juga berbicara soal lingkungan kita saat ini, di mana masih banyak orang yang awam soal kesehatan mental, sehingga banyak ditemui perilaku mudah menghakimi dan perundungan (bullying).

Memaknai Manusia Seutuhnya

Pandemi global yang masih berlangsung saat ini telah mengubah cara pandang manusia terhadap banyak hal. Meski demikian, keadaan ini seharusnya tidak menyurutkan makna kita sebagai manusia yang adaptif dan berani melakukan perubahan. Hadirnya 100% Manusia Film Festival tahun ini turut andil dalam menyediakan ruang bagi kita untuk berefleksi dan lebih memahami makna manusia seutuhnya. Sebab dengan memaknai manusia secara utuh, kita dapat merayakan keberagaman yang hadir di dalamnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top