Di sebuah bangunan asri yang dihias berbagai tanaman tersebut, ARKIPEL: Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival yang diinisiasi oleh Forum Lenteng diadakan. Dalam penyelenggaraan yang kesembilan ini, ARKIPEL memilih tema yang catchy: Catch-22 yang apabila didefinisikan, rasanya pas dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Risa Permanadeli – salah satu juri – ketika Awarding Night: bahwasanya manusia terus melangkah maju ke depan, tapi bersamaan dengan itu meninggalkan banyak hal di belakang. Hal ini tercermin dengan film-film yang diputar di ARKIPEL tahun ini bersinggungan dengan aturan-aturan teknologi, media sosial, aksi-aksi kekinian, seolah memasuki medan perjuangan baru, lalu memotret pengaruh-pengaruhnya dalam kehidupan.
Hafiz Rancajale, Direktur artistik ARKIPEL dan juga pendiri Forum Lenteng mengatakan, ARKIPEL tahun ini sengaja diselenggarakan dengan intim untuk memperkenalkan lokasi baru Forum Lenteng dan bioskopforlen. Dengan keintiman penyelenggaraan ini, ARKIPEL bukan hanya acara untuk menonton film, tapi juga berbagi kreatifitas dan berjejaring.
Betul saja, dengan pusat festival yang tidak besar sekaligus tidak biasa, festival yang berlangsung dari 25 November sampai 3 Desember 2022 ini terasa sangat kasual, dimana tamu-tamu silih berganti, tegur sapa tiada henti, cerita-cerita dengan luwes berseliweran, pakaian-pakaian yang santai dan nyaman, kopi dan teh yang bisa diseduh oleh siapa saja, sesi masak-memasak bersama Abhishek Nilamber dari SAVVY Contemporary, atau sekedar berkeliling Forum Lenteng yang memiliki lantai layaknya lantai dansa dan mengobrol dengan Yuki Aditya (Direktur Festival ARKIPEL), Otty Widasari (Seniman, pendiri Forum Lenteng) serta panitia lainnnya. Apalagi di malam pembukaan (juga penutupan dan beberapa program), para tamu dibawa ke rooftop yang adem dengan pohon rambutan dan melanjutkan obrolan yang terus bergulir.
Bioskopforlen yang menyiratkan kesan futuristik menjadi sepenuhnya tempat untuk pemutaran film, dilanjutkan diskusi dengan pembuatnya, juga pelaksanaan forum festival. Presentasi program-program ARKIPEL disampaikan disini. Shalahuddin Siregar – selain bertindak sebagai juri – melakukan sesi Q & A pasca pemutaran Pesantren. Juga diskusi yang atraktif pasca pemutaran film-film Candrawala. Jangan salah, tidak cuma itu, bioskop ini juga menjadi unjuk kegiatan lainnya. Seperti halnya ketika malam penutupan, bioskop ini disulap menjadi mini club dimana Aldo Ahmad dan Sabrina Eka tampil dengan Turbulensi Bunyi yang menyihir para hadirin untuk trance dalam hentakan liarnya nada.
Baca juga: JAFF17 Ditutup Dengan Rekor Jumlah Pengunjung Terbanyak Sepanjang Sejarah
Selain bisa dengan leluasa bertemu dengan Abhishek Nilamber dan Shalahuddin Siregar sepanjang festival, ARKIPEL Catch-22 juga dihadiri oleh Scott Miller Berry (Images Festival, Rendezvous Madness Film Festival, yang juga tamu setia tiap tahun), Ding Dawei yang merupakan direktur festival Beijing International Short Film Festival, Laura Kloeckner, peneliti dan kurator di SAVVY Contemporary, turut hadir pula Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) untuk kota Jakarta Selatan yang diwakili oleh Pak Rus Suharto.
Beliau mengatakan, penyelenggaraan ARKIPEL yang termasuk dalam satu dari tujuh belas subsektor ekonomi kreatif bisa mendukung kemajuan industri kreatif Kota Jakarta Selatan yang sedang giat dengan program urban tourism. Bang Hafiz pun merespon dengan mengatakan, komunitas memiliki andil yang sangat besar terhadap sinema (sebagai salah satu subsektor Ekraf). Oleh karena itu, kerja komunitas harus diperbanyak. Beliau pun menambahkan, kalau tahun depan ARKIPEL akan genap berusia sepuluh tahun, bersamaan dengan usia Forum Lenteng yang menginjak dua puluh tahun. Tentunya kita mengharapkan akan ada hajatan khusus untuk dua momen spesial tersebut.
Yang ditunggu-tunggu di malam penutupan tentu adalah pengumuman film-film pemenang dengan catatan penjurian di masing-masing kategori. Adapun penghargaan-penghargaan yang diberikan antara lain: Forum Lenteng Award (yang dipilih oleh anggota Forum Lenteng), Peransi Award (ditujukan untuk pembuat film muda di bawah tiga puluh tahun), Jury Award (film pilihan juri dengan pengalaman estetis yang mereka alami), serta ARKIPEL Award (bagi film dengan pencapaian artistik yang tinggi).
Berikut film-film pemenang ARKIPEL: Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival – Catch-22:
Forum Lenteng Award:
Women Minor Speculations (Nicole Hewitt, Kroasia, 2021).
Peransi Award:
Mayday! Mayday! Mayday! (Yonri Revolt, Indonesia, 2022).
Jury Award:
By The Throat (Amir Borenstein, Belgia, 2021)
Special Mention:
Broca’s Aphasia (Ming-Yen Su, Taiwan, 2022).
ARKIPEL Award:
The Efficiency Exhibition (Di Hu, Irlandia, 2022).
Pasca malam penutupan tersebut, dengan segala pernyataan, penilaian dan nyanyian, kita, manusia terus melangkah ke depan dengan aturan-aturan yang kita pahami. Aturan-aturan yang mau tidak mau membuat kita meninggalkan banyak hal di belakang.[]