Tulisan merupakan bagian dari program apprenticeship Infoscreening
Universitas Multimedia Nusantara (UMN) kembali menyelenggarakan UMN Animation & Film Festival (UCIFEST) tahun ini. Acara tersebut berlangsung tanggal 21 sampai 22 April kemarin secara daring atau online lewat Youtube.
Memasuki tahun penyelenggaraan ke-11, UCIFEST mengangkat tema “Metamorfosis” buat program kompetisi yang periode pengiriman karyanya berakhir bulan Maret lalu. Selain itu, ada pula pemutaran film di program non-kompetisi hasil kerja sama dengan Institut Kesenian Jakarta, Komunitas Kamisinema ISI Yogyakarta, serta Dosen UMN Umi Lestari.
UCIFEST 11 menerima 224 karya yang datang dari 14 provinsi, 25 kota, 22 universitas, dan 40 sekolah menengah atas di Indonesia. Setelah dilakukan kurasi, 24 film yang terpilih lantas mengikuti kompetisi festival film ini.
Para Pemenang Kompetisi
Ada lima kategori yang dilombakan dalam program kompetisi yakni, Animasi Mahasiswa, Fiksi Mahasiswa, Dokumenter Mahasiswa, Animasi Pelajar, dan Fiksi Pelajar. Salah satu juri, Amelia Hapsari, menjelaskan film dokumenter tidak hanya berbicara soal realitas tapi juga perspektif si filmmaker. Sudut pandang inilah yang mampu mengantar penonton melihat atau mempertanyakan dunia yang disajikan dalam film.
Ia lantas mengumumkan bahwa film Cornelias buatan Stephanie Cornelia dan Livia Liu menjadi pemenang Dokumenter Mahasiswa Terbaik UCIFEST 11 di malam penghargaan pada Rabu (22/4) lalu. Di acara serupa, juri Keliek Wicaksono, mengatakan ada peningkatan penggunaan teknik animasi di semua karya siswa. Pesan yang berusaha disampaikan pun dikemas sesuai dengan porsinya.
Para juri lalu memutuskan film Ani dan Pensil Ajaib karya Abimanyu Fajrul sebagai pemenang Animasi Pelajar Terbaik. Sementara itu, film Kasat Mata buatan Sari Pololessy menjadi juara Animasi Mahasiswa Terbaik UCIFEST 11.
Di kategori Fiksi Pelajar, Danu Murti yang juga turut menilai karya yang lolos kurasi mengatakan terjadi diskusi sengit saat menentukan pemenang sebab setiap film memiliki cerita yang kuat dengan gayanya masing-masing. Akhirnya para juri memutuskan film Imaji karya Nasrudin Mardiansyah sebagai juara terbaik. Untuk kategori Fiksi Mahasiswa, para juri sepakat memilih film Kepala Semangka buatan Egi Gerhanandi serta Luthfi Fadhilah sebagai pemenang pertama.
Penghargaan Kenangan D.A. Peransi
Juri Riri Riza mengatakan penghargaan Kenangan D.A. Peransi diberikan dalam UCIFEST 11 tahun ini. Selain itu, satu orang filmmaker juga berhak membawa pulang Penghargaan Film Pendek Favorit.
“Sebagai salah satu juri saya ingin memberikan penghargaan khusus juri pada satu karya film yang menunjukkan kebanggaan identitas dan keterampilan mengelola bahasa audio visual. Penghargaan ini juga saya ingin jadikan kenangan kepada tokoh bernama David Albert Peransi,” katanya saat malam penghargaan.
Baca juga: Mengenal Bioskop Sonobudoyo, Ruang Putar Alternatif di Yogyakarta
Ia menjelaskan bahwa David Albert Peransi merupakan seorang sineas, perupa, dan akademisi yang banyak mencatat berbagai fenomena. Baik saat ia membuat film maupun perkembangan perfilman Indonesia dari tahun 70’an hingga 90’an awal. Riri pun berharap penghargaan tersebut bisa mendorong penonton, khususnya filmmaker pemenang, untuk bisa membaca karya-karya Peransi.
Utab di Balik Batu karya Muhammad Muarif dan M. Azmi Arif, kata Riri, menjadi juara penghargaan Kenangan D.A Peransi. Sementara itu, film Mega-truh buatan Bertrand Valentino menjadi pemenang Film Pendek Favorit UCIFEST 11.

Pingback: Humba Dreams: D.A. Peransi dan Sinema Rumahan | Umi Lestari