Jakarta, Indonesia – Balinale – Bali International Film Festival ke-12 akan kembali diselenggarakan di Bali pada tanggal 24-30 September 2018 dengan menampilkan film-film dari lebih 30 negara di lokasi bioskop Cinemaxx Lippo Mall Kuta dan Plaza Renon.
Bertema Timeless, Balinale mencoba memperlihatkan bagaimana film dapat menyampaikan cerita-cerita manusia yang terkecil serta momen-momen singkat yang dapat mengubah emosi. Sejajar tema tersebut, Balinale mempersiapkan lineup film yang menjangkau berbagai masa –dengan demikian suara-suara dari berbagai masa dapat didengar.
Baca juga: Festival Film Bahari 2018 Memikat Pembuat Film Singapura
Ada yang berbeda dengan Balinale tahun ini. Jumlah film Indonesia yang ditampilkan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 39 film baik panjang maupun pendek. Hal ini tentu perlu disambut dengan positif. Melalui Balinale, wajah dan perkembangan film Indonesia yang terkini dapat dilihat secara langsung oleh berbagai audiens Balinale yang banyak diantaranya adalah turis asing.
Dalam segmen “In Competition”, beberapa film Indonesia pun hadir. Antara lain film pendek Joko (dir. Suryo Wiyogo, 2017), film panjang The Carousel Never Stops Turning (dir. Ismail Basbeth, 2017) dan Night Bus (dir. Emil Heradi) dan documenter Tarling is Darling (dir. Ismail Fahmi Lubis, 2017). Tidak hanya itu, film panjang Indonesia yang dalam waktu dekat kemarin tayang di bioskop jaringan, Sultan Agung (2018) mendapat tempat khusus dalam Balinale dengan menjadi film pembuka.
Baca juga: Film Nyanyian Akar Rumput: Monumen Ingatan HAM di Tahun Politik
Balinale Menyambut Special Guest Roland Joffé
Satu lagi yang spesial dalam Balinale tahun ini yaitu didatangkannya Roland Joffé, sutradara yang telah memenangkan Academy Award melalui dua filmnya The Mission (1986) dan The Killing Fields (1984). Joffé akan hadir dan berbicara secara khusus dalam segmen “Directors Dialogue” bersama Editor dari Variety Asia, Patrick Frater, dalam “BalinaleXIndustri Forum”.
BalinalieXIndustri Forum adalah sebuah program pra-acara. Pada acara tersebut Roland Joffé dan Patrick Fater akan berbagi pengalaman dan wawasannya dengan sineas Indonesia mengenai hal-hal yang membuat cerita lokal menarik di panggung internasional.
Selagi di Indonesia, Roland Joffé akan mencari lokasi-lokasi syuting untuk proyek yang sedang ia kerjakan. Sebuah film tentang Mata Hari, mata-mata terkenal yang sempat tinggal di beberapa kota di Indonesia selama tujuh tahun.