Tahun 2020 adalah tahun ketujuh Ganesha Film Festival (Ganffest) diselenggarakan. Setiap dua tahun sekali Ganesha Film Festival selalu menjadi tajuk utama kegiatan Liga Film Mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Mengutip sambutan Thoriq Fauzan A –Ketua Umum Liga Film Mahasiswa ITB 2019-2020–yang tertuang di katalog Ganffest 2020, “Liga Film Mahasiswa ITB adalah unit kegiatan mahasiswa yang mewadahi anggotanya dalam minat pada perfilman, fotografi, dan segala aspeknya. LFM mewadahi anggotanya untuk berbahasa, menyampaikan gagasan, dan berekspresi dalam medium tulisan, visual, audio visual, dan bahkan melalui ekshibisi”. Salah satu ekspresi tersebut adalah ekshibisi atau serangkaian pemutaran film, yang dikenal dengan festival film mahasiswa.
Sedikit mengutip kata sambutan Muhammad Iqbal Juristian –direktur Ganesha film festival 2020– “Festival film mahasiswa boleh saya katakan adalah festival film yang paling jujur baik secara gagasan, eksekusi, bahkan finansial.” Saya berbincang-bincang dengan Mas Iqbal tentang hal ini. Apa makna “jujur” dalam sebuah penyelenggaraan festival film? Saya menarik kesimpulan bahwa “jujur” yang dimaksud adalah sebuah “kebebasan belajar dan berkarya.” Mas Iqbal berkata, banyak sekali proses yang mereka lalui untuk mencapai kata sepakat seperti apa rupa Ganffest tahun ini. Mereka berkunjung ke festival lain dan juga berdiskusi dengan para expert ekshibisi film. Mereka kemudian menentukan tema Germinal, membuka submission, kemudian memilih film-film yang dapat merepresentasikan tema.
Baca juga: Kerja Sama Falcon Pictures-Lionsgate dan Pasar Indonesia yang Kian Dilirik
Mulai tanggal 1 September hingga 13 Desember 2019, tim kurasi Ganffest membuka pendaftaran karya film pendek. Terkumpul 301 film yang berasal dari berbagai kota mulai dari Sumatera hingga Sulawesi. Dari 301 film dilakukan proses kurasi, kemudian terpilih 31 film pendek yang dibagi pada enam program utama: Kompetisi, Love 4.0, Dislokasi, Bandung Nu Aing!, Horizon, Opening & Clksing. Selain enam program tersebut, tahun ini Ganffest bekerja sama dengan Clermont-Ferrand International Short Film Festival untuk memutarkan beberapa film dari salah satu program festival film pendek internasional tersebut, yaitu Lab Program. Terdapat tujuh film yang diputar dengan berbagai macam bentuk, genre, ekspresi, dan media eksperimental. Sebelum acara puncak 14-16 Februari 2020, Ganffest juga menyelenggarakan program sinema keliling, dengan memutar sepuluh film pendek di berbagai tempat, di mana kesepuluh film pendek tersebut adalah film-film pendek hasil kurasi Ganffest tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini juga hadir pameran Beyond Screening, sebuah bentuk kolaborasi antara Ganffest dan Forum Film Dokumenter dari Festival Film Dokumenter. Pada ekshibisi pameran ini diputar delapan film dengan teknologi VR, di mana penonton harus menggunakan VR untuk mendapatkan stimulasi maksimal sehingga juga mendapatkan pengalaman maksimal. Tidak cukup dengan program-program pemutaran, Ganffest 2020 juga menyelenggarakan acara-acara lainnya seperti Malam Komunitas, Workshop Suara “Susu Murni”, Tea Workshop, dan Weaving Workshop.
Saya kira terjadi banyak sekali dinamika dalam penyelenggaraan sebuah festival film, melalui proses yang tidak sebentar, tantangan yang tidak monoton, dan kolaborasi yang tidak sedikit. Dinamika-dinamika itu adalah bentuk lain dari ekspresi dan gagasan orang-orang yang terlibat pada penyelenggaraan Ganffest. Salah satu yang memvalidasi hal ini adalah antusiasme orang-orang yang hadir di Ganffest. Hampir setiap program pemutaran, semua kursi terisi penuh dan juga sering terjadi diskusi di dalam maupun di luar ruang pemutaran.
Germinal dan Tumbuh
Disadur dari Kamus Besar Bahasa Indonesia daring (https://kbbi.kemdikbud.go.id) kata “germinal” memiliki makna berkenaan dengan tingkat permulaan perkembangan. Saya sempat berbincang dengan Bening, salah satu tim kurator Ganffest 2020. Saya bertanya seperti apa proses kurasi yang dilakukan, apakah tim kurator memilih film-film pendek dengan kualitas bagus terlebih dahulu atau tim kurator menentukan tema Germinal terlebih dahulu kemudian memilih film-film yang mengekspresikan tema tersebut? Ternyata cara kedua yang dipilih. Tim kurator menentukan tema “germinal” terlebih dahulu kemudian melihat film-film mana saja yang bisa mengekspresikan tema.
Saya hadir di semua program pemutaran Ganffest dan saya menyimpulkan dua kata yang lebih mudah untuk menggambarkan Germinal, yaitu “pelajar” dan “eksperimental.“ Dilihat dari komposisi usia para pembuat film, dari 31 film pendek yang masuk di dalam program-program pemutaran, sekitar 50% dibuat oleh mahasiswa. Bahkan salah satu film, berjudul I’m Ready, dibuat oleh pelajar SMA. Selaras dengan tema Germinal yaitu berkenaan dengan tingkat pertumbuhan perkembangan, Genffest adalah sebuah tempat yang tepat untuk para pembuat film pendek pemula mencoba tumbuh, atau mencoba berkarya dengan bentuk yang baru. Terdapat berbagai macam bentuk rupa, ekspresi, dan cara bertutur dari film-film pendek yang diputar di Ganffest. Saya teringat dengan festival film eksperimental Arkipel, film-film yang diputar di Ganffest 2020 mempunyai keberagaman bentuk sebagai hasil kebebasan berekspresi, ekspresi oleh orang-orang yang sedang belajar.
Baca juga: Film dan Kenangan: Catatan Jelang Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2020
Tidak hanya menjadi sebuah tema, perlu dipertimbangkan Germinal menjadi aspek penting dalam penyelenggaraan festival film, khususnya festival film oleh dan untuk mahasiswa. Festival film tidak menjadi sebatas perayaan saja, namun juga menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang. Di dalam festival film terjadi pertemuan pertama kali sebuah karya dengan penonton, kemudian diskusi terjadi, interaksi, jejaring, dan kolaborasi. Film yang diputar adalah sebuah karya hasil dari proses pembelajaran, atau proses uji coba-uji coba baru yang juga merupakan pembelajaran.
Adapun pemenang dalam Ganffest tahun ini adalah, Penghargaan Gajah Emas diraih film Lantun Rakyat oleh Moch. Dwi Cahya dan Penghargaan Gajah Pinilih diraih film REPOST oleh Vera Isnaini.