Dari siaran pers
Baik fiksi maupun dokumenter, film nyatanya adalah sebuah medium yang digunakan untuk memberikan gambar-gambar representasi dari suatu gagasan. Namun, realitas dari sebuah film sangat mudah dipertanyakan dan dilawan kalau film tersebut gagal sedari awal membuktikan konstruksi semestanya adalah sebuah realita. Keberhasilan film pertama lantas adalah bagaimana ia bisa mengelabui penontonnya supaya mereka dapat tetap menonton dengan manis. Program JURUS KIBUL adalah upaya kami (penonton) menguliti film-film sineas tertentu untuk mengetahui realitas macam apa yang disajikan, dan pada akhirnya memaknai gagasan-gagasan apa yang selalu terangkat di dalam film-filmnya.
Pada bulan Januari ini, Bahasinema akan menelanjangi karya-karya Makbul Mubarak yang baru saja mendapat penghargaan Film Pendek Terbaik FFI 2017 dan Special Mention di Singapore International Film Festival 2017. Kita akan melihat bagaimana Makbul dapat mengolah imaji-imaji stereotip kelas bawah yang norak, udik, atau kampungan (untuk berbagai alasan) menjadi titik awal sentilan terhadap ketidakadilan yang mereka alami, bahkan—sampai titik tertentu—berkembang menjadi perlawanan.
Siapa itu Makbul?
Makbul Mubarak adalah pembuat film dan akademisi film. Ia telah membuat beberapa film pendek diantaranya Sugih (2015) yang menerima penghargaan sebagai film terbaik di XXI Short Film Festival 2016 serta Ruah yang menerima Piala Citra sebagai film pendek terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2017 serta special mention di Singapore International Film Festival 2017. Saat ini, ia tengah mempersiapkan film panjang pertamanya, Autobiography, yang terseleksi untuk dikembangkan di Torino Film Lab, Italia. Sehari-harinya, ia juga meneliti dan mengajar film di Universitas Multimedia Nusantara (UMN).