Bali — Juri Bali International Film Festival (Balinale) 2022 mengumumkan pemenang film peserta kompetisi pada Sabtu malam (11/6). Empat kategori kompetisi: Dokumenter Pendek, Film Narasi Pendek, Drama Dokumenter, dan Film Narasi Panjang, telah mendapatkan hasilnya. Kehadiran para pembuat film ternama merayakan pemberian penghargaan film-film terpilih di Balinale 2022. Pencapaian teknis, filmis, kreativitas yang luar biasa, penceritaan yang memikat dan kualitas produksi yang luar biasa, menjadikan acara pemberian penghargaan semakin meninggalkan kesan mendalam atas pengakuan film-film terpilih. Berikut film-film pemenang dan pernyataan dari dewan juri:
Dokumenter Pendek
Homebound, Sutradara: Ismail Fahmi Lubis (Indonesia)
Homebound, dituturkan secara sederhana namun sangat mengena, menghadirkan karakter dengan segala kompleksitas permasalahan. Mulai dari hidup sebagai buruh migran, COVID-19, orangtua tunggal. Serta penggunaan animasi dalam film dokumenter, menjadikan Homebound memiliki kebaruan bagi pembuat film dokumenter Indonesia. Menjadikan gaya bertutur lebih efektif dan pilihan cerdas atas masalah keterbatasan pengambilan realita gambar di masa pandemi.
Penghargaan Khusus: DUSK TILL DAWN (Da Boca da Noite Barra do Dia), Sutradara: Tiago
Delácio (Brasil)
Sebuah film menarik yang bercerita tentang perjalanan spiritual, transformasi hidup seorang petani sederhana, yang mampu mengubah persepsi tentang kehidupan setelah menyaksikan filmnya. Gaya cerita yang begitu kaya dan sangat kuat mampu menarik pikiran penonton masuk ke dalam cerita. Film ini juga mampu membuka warna budaya dengan pendekatan visual dengan segala kejenakaannya.
Film Narasi Pendek
Murder Tongue, Sutradara: Ali Sohail Jaura (Pakistan)
Murder Tongue merupakan film narasi pendek yang indah. Dikemas dengan begitu banyak letupan, terutama melalui eksplorasi tuturan yang kaya metafora, sekaligus keheningan. Melalui tata visual yang sangat tepat, menjadikan tampilan film begitu menyentuh saat menghadirkan kekerasan terhadap komunitas terpinggirkan. Murder Tongue mampu menegaskan tentang kuatnya politik etnis di Asia Selatan yang melewati konteks budaya dan dikemas melalui Bahasa yang sangat universal.
Drama Dokumenter
My Childhood, My Country – 20 Years in Afghanistan, Sutradara: Phil Grabsky
dan Shoaib Sharifi (Inggris)
Film luar biasa yang memiliki kejelian dan ketekunan mengikuti karakter yang akhirnya menjadi simbol kehidupan seluruh negara. Struktur dimulai dengan peristiwa tragis sebelumnya, kemudian berlanjut pada karakter yang sama seperti anak berusia tujuh tahun, lalu terus mempertahankan ketegangan yang membuat film tetap memiliki tensi tingkat tinggi yang memungkinkan mendapatkan kepercayaan dari keluarga yang mengizinkan menuntaskan film melewati beberapa momen personal yang paling sensitif.
Film Narasi Panjang
Inside a Funeral Hall, Sutradara: Ho-hyun Lee (Republik Korea)
Inside a Funeral Hall memiliki naskah skenario mengerikan. Mampu memperlihatkan karya penyutradaraan yang mengesankan. Menjadikan penonton bisa tetap terlibat secara mendalam terhadap begitu banyak karakter dan cerita sekaligus. Klaustrofobia unik dari pengaturan aula pemakaman dimanfaatkan begitu sempurna. Luar bisa menyeimbangkan emosi, intrik, serta humor yang sangat menghibur.
Penghargaan Juri Khusus
Mentawai: Soul of the Forest, Sutradara: Joo Peter (Jerman)
Mentawai mengundang kita memasuki dunia yang belum banyak orang temui. Dunia dengan kecantikan yang luar biasa. Perspektif luar biasa ini dihadirkan seorang penulis dan sutradara berbakat, Joo Peter dari Jerman, yang melalui visualnya mampu memberikan akses ke dunia fisik yang menakjubkan, kosmologi, serta keberanian orang-orang Mentawai sebagai penduduk asli terakhir kepulauan Sumatera.
Baca juga: ‘Inang’ dan ‘Horor Keliling’ Debut di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN)
Gary L Hayes Award untuk Emerging Indonesian Filmmaker
Udin’s Inferno, Sutradara: Yogi S Calam (Indonesia)
Keyakinan agama dan takhayul diceritakan dengan cara yang sangat menghibur dan humor yang melibatkan penonton dari semua latar belakang. Pembuat film seperti ini tentu akan didorong oleh Gary L. Hayes untuk menghasilkan karya unik dan independen dalam menyuarakan kegelisahan.
Penghargaan American Indonesian Culture and Education Foundation (AICEF)
Preman: Randolf Zaini (Indonesia)
Preman merupakan unjuk kekuatan. Film yang luar biasa mengesankan bagi sutradara yang pertama kali berkarya. Dunia bawah vs jalan lurus, orang normal vs si Tuli – menjadi tema lintas budaya film ini. Karya menarik dari pembuat film yang unik, layak menjadi representasi penerima penghargaan AICEF tahunan ke-2. Dipersembahkan oleh pemenang Penghargaan AICEF perdana tahun 2021, Anji Sauvé Clubb lewat filmnya, Nomad in the City.
Penghargaan Pilihan Komite
Pemenang: Preman, Sutradara: Randolf Zaini (Indonesia)
Tim Juri Balinale 2022 yang memilih film-film pemenang ini antara lain; (1) Ismail Basbeth (IDN), produser, sutradara, penulis, penulis lagu. (2) Robert Chappell (USA), sinematografer, sutradara. (3) Robin Gurney (CAN), produser, sutradara. (4) Kelli Swazey (USA), penulis, sutradara. (5) IGP Wiranegara (IDN), sutradara film dokumenter.
Selain film-film dalam kompetisi, Balinale 2022 juga turut menghadirkan program penayangan sinema Hongkong, termasuk salah satunya film legendaris Internal Affairs. Balinale 2022 juga menghadirkan program Filmmakers Seminar dengan menghadirkan tiga pembicara antara lain Panji Mukadis dari komite Balinale tahun ini, Anji Clubb dari AICEF, dan Joo Peter salah satu pembuat film dari program kompetisi. Ketiganya berbagi tentang proyek masing-masing dan seperti apa pembuatan film di masa depan yang semakin perlu dipikirkan logika produksi dan distribusinya.[]