Salah satu festival film prestisius dunia Cannes Film Festival telah mengumumkan penundaannya akibat pandemi virus corona baru atau covid-19. Penundaan ini disampaikan melalui akun twitter @Festival_Cannes, pada Kamis (19/3/2020) waktu setempat, “Karena terjadi krisis kesehatan dan perkembangan situasi di Perancis dan internasional, Festival Film Cannes batal digelar pada jadwal yang ditetapkan, yakni dari 12 hingga 23 Mei 2020.” Di wilayah pertama kemunculan virus ini, Tiongkok, sejumlah festival film juga ditunda seperti Beijing International Film Festival dan Hong Kong International Film Festival. Di wilayah lain di Texas, South by Southwest (SXSW) yang dikenal sebagai festival musik, teknologi, dan film pun ditunda.
Penundaan ini menyusul semakin merebaknya virus corona ke berbagai belahan dunia. Berbagai acara besar yang akan mengumpulkan banyak orang, satu per satu mulai mengumumkan pembatalan atau penundaannya. Hal ini dilakukan lantaran karakter virus corona begitu cepat menyebar dari manusia ke manusia, dan mampu bertahan di benda mati berjam-jam. Apalagi hingga saat ini, belum ada vaksin atau obat yang diklaim benar-benar bisa mencegah atau membunuh virus ini.
Berbagai Sektor Terpukul
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyebaran virus corona ini sebagai pandemi, kegiatan perfilman di berbagai belahan dunia mengumumkan penundaannya. Tak hanya gelaran festival, bisnis bioskop di berbagai belahan dunia pun terpukul. Sebagian biskop di wilayah yang masih tergolong aman menerapkan peraturan duduk berjarak. Tiap penonton harus memberi ruang satu kursi kosong demi menahan penyebaran corona. Namun bagi yang berada di wilayah darurat corona, beberapa memilih tutup total. Keputusan sulit ini terpaksa diambil imbas dari sejumlah film yang dijadwalkan tayang bulan ini memutuskan menunda perilisannya. Beberapa film yang sedang dalam masa produksi pun memutuskan berhenti.
Beberapa film yang telah menunda perilisannya adalah A Quite Place Part II, Mulan, The New Mutants, F9, Peter Rabbit 2: The Runaway, dan Black Widow. Sementara dari dalam negeri ada film KKN di Desa Penari dan Tersanjung The Movie.
Baca juga: Pembatasan Sosial dan Dukungan Pekerja Film
Selain karena dari sisi bisnis tidak memungkinkan untuk memperoleh cuan, di masa-masa seperti ini sejumlah kalangan menunda kegiatan perfilmannya sebagai bentuk solidaritas. Bahkan beberapa rumah produksi sengaja “menghibahkan” filmnya.
Seperti yang dilansir cnnindonesia.com, Biro Perfilman China menghadirkan film-film yang sudah pernah tayang seperti Wolf Warrior 2 (2017), The Wandering Earth (2019), Wolf Totem (2015), American Dreams in China (2013), dan Capernaum (2018). Menariknya, pemegang hak cipta film-film tersebut membebaskan biaya penayangan sebagai bentuk dukungan terhadap bioskop Tiongkok pascaterpaan corona.
Dari dalam negeri, sejumlah rumah produksi dan platform film pun menampilkan filmnya secara gratis dalam jangka waktu tertentu, seperti Tanakhir Films dengan AADC 2 dan Perempuan Tana Humba, GoPlay dengan serialnya Tunnel dan Saiyo Sakato, dan Video.com dengan Gundala dan Fiksi.
Sebagai Pembelajaran
Meski demikian, ada masalah yang tetap harus dicari penyelesaiannya. Salah satunya soal kesejahteraan hidup di kala pekerja-pekerja film berhenti bekerja. Sejumlah langkah taktis perlu diambil untuk menjaga pemasukan di bisnis perfilman. Strategi merilis film lebih awal dalam format digital bisa menjadi opsi, seperti yang dilakukan Onward, Sonic The Hedgehog, dan Bloodshot. Penayangan film-film alternatif atau film-film lawas pun dapat dilakukan oleh bioskop. Sementara dari sektor produksi, diharap tidak ada pemutusan hubungan kerja atau pemotongan upah tanpa alasan yang jelas. Meski harus diakui, menunda jadwal produksi artinya harus siap menanggung pembengkakan biaya.
Tak hanya perfilman, secara umum seluruh sektor kehidupan kita terpukul atas pandemi corona ini. Namun apabila dicermati, pandemi ini jadi membuat sejumlah sektor mencari trik-trik khusus untuk tetap bertahan. Diharapkan keadaan ini dapat menjadi pembelajaran untuk membuat sistem perfilman yang tahan terhadap krisis, termasuk pada pandemi. Tidak mudah, tapi pasti bisa.
