Berita

Walau Daring, Dapat Tiket Europe on Screen 2020 Harus Bersaing!

Bagi pencinta film, khususnya buat saya pribadi, Europe on Screen (EoS) seperti sebuah pesta yang penyelenggaraannya selalu ditunggu tiap tahun. Rasa antusias terhadap pesta ini dimulai sejak pengumuman tanggal pelaksanaan yang biasanya berlangsung selama kurang lebih sepuluh hari. Semakin tidak sabar ketika line up film dan jadwalnya diumumkan. Malah berujung bingung ketika memegang buku program karena rasanya semua film ingin ditonton, padahal jadwal bentrok dengan kegiatan sana-sini. Apalagi harus bersaing dengan penonton lainnya yang tidak kalah gigih mengantre panjang demi sebuah film Eropa yang berjaya di banyak festival. Akhirnya cuma puas menonton belasan film dan berharap bisa menonton lebih banyak film lagi tahun depan. Dinamika yang selalu dirindukan setiap tahun.

Sisi Lain Pandemi

Dengan kondisi pandemi ini, penyelenggaraan EoS sempat ditunda beberapa kali, dengan harapan bisa dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya di mana para pencinta film (terutama film-film Eropa) bisa berkumpul jika kondisi sudah membaik. Tapi pada akhirnya kita harus mengikhlaskan kalau EoS akan berlangsung seperti beberapa acara film lainnya: dilakukan secara daring (online). Toh esensinya tetap sama: merayakan film, di manapun dan dengan media apa pun.

Keuntungan dari penyelenggaraan EoS secara daring ini adalah jangkauan penonton yang bisa mencakup seluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke. Seperti yang dikatakan oleh HE Mr. Vincent Piket, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia saat konferensi pers secara virtual, EoS yang ke-20 ini disajikan melalui platform online, namun EoS akan tetap menyajikan film-film Eropa bermutu dan terbaru yang bisa menjangkau seluruh provinsi di Indonesia. Walaupun kita tidak bisa bertegur sapa dengan sesama penoton dan mendiskusikannya secara langsung, kita tetap bisa menonton film-film tersebut secara bersama-sama. Seperti yang dikatakan oleh co-director EoS, Nauval Yazid, kita bisa janjian terlebih dahulu sebelum menonton secara daring dan berdiskusi melalui media sosial.

Platform yang digunakan EoS untuk menayangkan film-filmnya dari tanggal 16 sampai 30 November 2020 nanti adalah Festival Scope (https://www.festivalscope.com/) yang merupakan situs khusus bagi festival film secara daring. Dalam situs ini kita bisa menemukan berbagai festival film internasional dunia, seperti Venice, Helsinki, dan sebagainya. Agar dapat menonton film-film EoS, calon penonton harus membuat akun terlebih dahulu di sirua web Festival Scope. Seluruh tiket bisa didapatkan secara gratis dan akan tersedia di hari pemutaran. Jumlahnya terbatas lho, jadi harus cepat-cepat mendaftar. Ternyata walaupun dilaksanakan secara daring, urusan mendapatkan tiket juga harus bersaing. Hehe.

Suguhan EoS 2020

Selama 15 hari penyelenggaraannya secara daring, EoS akan menghadirkan 40 film dari 25 negara Eropa dengan beragam genre, dari film fiksi, animasi hingga dokumenter. Film pembuka untuk tahun ini adalah Swoon yang disutradarai oleh Måns Mårlind dan Björn Stein, sebuah film panjang asal Swedia yang dirilis tahun 2019. Film yang bercerita tentang sejarah taman rekreasi Grona Lund di Stockholm ini berhasil mendapatkan penghargaan penata musik dan penata kostum terbaik dalam Guldbagge Awards 2020. Sementara film penutupnya adalah How About Adolf?, sebuah film komedi Jerman karya sutradara Sönke Wortmann yang dirilis tahun 2018. Film ini dinominasikan dalam kategori film terbaik dalam ajang Film Festival Cologne 2018. Dan masih banyak lagi film-film Eropa yang berjaya di berbagai festival dan belum dirilis secara komersial di Indonesia.

EoS juga masih mempertahankan program Short Film Pitching Project (SFPP) di mana telah terpilih 9 ide cerita film pendek dari para pembuat film muda Indonesia. Meninaputri Wismurti, festival co-director EoS mengatakan, ada total 170 ide cerita yang masuk tahun ini, 9 ide telah terpilih untuk melakukan pitching dan nantinya akan dipilih 3 pemenang (Penjurian SFPP dapat disaksikan oleh publik pada tanggal 23-24 November 2020 secara daring). Sembilan ide tersebut yang telah dipilih oleh 3 juri (Lucky Kuswandi, Tumpal Tampubolon, dan Yulia Evina Bhara) antara lain:

  1. Kaum – Bayu Topan – Banyuwangi
  2. Two Suicide Bombers and A Godot (Bom Bunuh Diri dan Godot) – Carya Maharja & Radisti Ayu Praptiwi – Jakarta
  3. Setengah Lima – Jatmiko Wicaksono & Abiyoso – Tanjung
  4. Kacamata (Glasses) – Guns Gunawan & Mariah Kibtia – Jakarta
  5. Seseorang yang Menutupi Layar – Nashiru Setiawan – Malang
  6. The Great Eclipse of The Heart – Fadel R & Yanuar Priambodo – Jakarta
  7. Kepada Istriku (Marta, I’m Home) – Patrick Warmanda & Robert Darmawan – Jakarta
  8. Can I Get Some Those Packages? – Gemilang Cahaya Adibrata & Shahabi Sakri – Jakarta
  9. Bicycle With Thief – Abel Fattim Diawara & Jeremy Randolph – Tangerang

Walau dilaksanakan secara daring, EoS memberikan agenda-agenda pre-event yang sangat menarik. Di antaranya pada tanggal 9 sampai 12 November ada lokakarya intensif menulis skenario film bersama Domenico La Porta (penulis skenario dan editor utama situs data film Cineuropa), tanggal 13 November ada webinar “Membuat Festival Film di Masa Pandemi” bersama Festival Scope. Ada sembilan sesi webinar yang akan berlangsung dalam program Film Talks, di antaranya film talks dengan perwakilan dari Institut national de l’audiovisuel mengenai restorasi film, para sutradara film pembuka dan penutup EOS, serta para pemenang ajang kompetisi SFPP 2019.

Baca juga: Isu Tanah dan Hal-Hal Penting Lainnya di Europe On Screen 2019

Dalam persiapan EoS secara daring ini, Meninaputri Wismurti mengatakan, mereka banyak mengobrol dengan banyak pelaku festival dari berbagai negara. Obrolan-obrolan tersebut terdokumentasi lewat IG live yang berlangsung beberapa waktu lalu. Ternyata mereka juga mengalami masalah yang sama dalam menyelenggarakan acara secara daring, terutama masalah teknis, tambahnya. Sementara Nauval Yazid mengaku, ada perbedaan line up film yang awalnya dijadwalkan April lalu. Sebabnya tidak semua film bisa diputar secara daring, oleh karena itu mareka harus mengganti original line up dengan film-film yang memungkinkan untuk diputar secara daring. Perbandingannya sekitar 50-50, ujarnya ketika konferensi pers sore itu.

Bagaimanapun cara penyelenggaraannya, saya senang akhirnya Europe on Screen bisa dilaksanakan kembali. Saya siap bersaing untuk bisa menonton EoS secara daring.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top