Festival Film Polines kembali digelar pada Rabu (15/3). Program kerja dari Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang ini merupakan bagian dari rangkaian acara Effection (Electro Fight for Transformation) 2017. Diramaikan oleh lebih dari 50 penonton, dari kalangan pelajar, mahasiswa, mau pun umum, di hari pertama penyelenggaraannya, festival film ini akan dilanjutkan dalam waktu dekat, yaitu pada tanggal 17 dan 20 Maret. Lokasi pemutaran pun akan beralih di Gedung PIP Balaikota Semarang dan Ruang Serba Guna Polines. Ditemui di lokasi, Wildan Irhami, selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa ini merupakan tahun keempat FFP diselenggarakan.
Bertajuk Culture of Indonesia, FFP bermaksud untuk mengimbau generasi muda terkait budaya dan nilai kearifan lokal yang mulai ditinggalkan. “Di Indonesia ini paling nggak tuh anak SMA, SMP, atau SD melupakan yang namanya kebudayaan Indonesia, gitu. Jadi, kami mengambil tema ini supaya, gimana, sih, caranya biar budaya kita keangkat lagi. Kemudian kadang kita sebagai mahasiswa lupa kebudayaan kita itu sebenarnya banyak sekali. Oleh karena itu, kami ambil tema itu.” pungkas Wildan.
Dengan ketentuan submisi film berdurasi 15-20 menit, penyelenggara berhasil menghimpun 21 film pelajar. Selain itu, ada 2 film non-kompetisi yang ditayangkan sebagai suguhan pembuka, yaitu MOS dan Astronot dari Bina Sarana Informatika (BSI). Program pemutaran di hari pertama terkendala waktu, sehingga hanya dapat memutarkan tiga film dari sembilan finalis yang lolos tahap kurasi. Wildan mengaku ikut terlibat dalam proses kurasi. Ia dan kawan-kawannya membentuk tim lomba untuk proses kurasi film-film yang masuk. Adapun film tersebut datang dari SMKN 1 Boyolali (Meraih Mimpi), SMKN 2 Pati (Ra Elok), serta SMKN 1 Kendal (Jompet). Ketiganya diputarkan karena dianggap paling representatif. Meski begitu, ia menambahkan bahwa film dari finalis lainnya akan tetap diputarkan.
Selama empat tahun terakhir, Festival Film Polines telah mencakup wilayah submisi dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta terjauh datang dari Purwokerto, Wonogiri, dan Tegal. Meski begitu, antusiasme pelajar untuk ikut serta ternyata tidak hanya dirasakan oleh para pelajar dari wilayah cakupan submisi, SMA Kosgoro Bogor pun tercatat sebagai salah satu peserta FFP. Berkenaan dengan pemetaan wilayah submisi, Wildan berencana untuk memperluas cakupan wilayahsubmisi di tingkatpulauJawa, bahkan nasional, jika mendapat dukungan dari para pegiat sinema dan media di penyelenggaraan FFP berikutnya.