Setelah sukses dengan Tilik (2018), Ravacana Films siap kembali meluncurkan film pendek berjudul Lamun Sumelang (2019). Disutradarai oleh Ludy Oji Prastama, film ini meraih prestasi pada Piala Maya 2019 sebagai Film Cerita Pendek Terpilih. Torehan ini melanjutkan kesuksesan film Tilik yang juga memenangi kategori tersebut di tahun sebelumnya. Lamun Sumelang dapat segera ditonton secara publik setelah berkeliling ke berbagai festival film selama 3 tahun terakhir.
Baca juga: Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Rilis di Youtube
Kisah Tentang Agus dan Pencarian Tumbal
Film ini bercerita tentang perjalanan Agus mencari 7 tumbal demi menyembuhkan anaknya yang telah lama sakit. Pencarian tumbal dilakukan dengan menunggu sebuah cahaya merah yang dikenal dengan sebutan pulung gantung. Konon, kemunculannya menandakan bahwa akan ada orang yang ingin bunuh diri. Pulung gantung sendiri merupakan mitos dari daerah Gunung Kidul, yang juga menjadi latar film ini.
Agus memiliki kemampuan melihat roh dan selalu diikuti oleh mereka yang dijadikan tumbal. Petualangannya pun diwarnai kegelisahan Agus tentang hidup dan obrolan dengan roh yang ia bunuh. Mereka memperdebatkan banyak hal tentang hidup, mati, dan rahasia di baliknya. Semua tumbal Agus adalah orang lanjut usia yang ingin bunuh diri karena dihadapkan dengan dua pilihan sulit. Bertahan demi harapan-harapan kecil di usia senja atau menyerah dari kehidupan yang kalut.
Antara Mitos dan Ironi
Kasus bunuh diri menjadi fenomena sosial yang marak ditemukan di wilayah Gunung Kidul. Data menyebutkan bahwa angka bunuh diri di daerah tersebut tercatat cukup tinggi. Banyak yang mengaitkan fenomena ini dengan mitos pulung gantung. Namun, beberapa kajian menyebutkan bahwa salah satu faktor utama penyebabnya adalah depresi, seperti merasa kesepian hingga putus asa akibat sakit fisik yang menahun. Tak heran jika banyak korbannya sudah lanjut usia, seperti roh-roh yang ditampilkan dalam film.
Lewat film ini, Sutradara Ludy Oji berusaha membahas isu sosial dan dibalut dengan unsur budaya yang kental di wilayah Gunung Kidul. Ironi kehidupan Agus dan roh-roh yang ia bunuh tersampaikan lewat dialog ringan dan membumi. Beberapa obrolan juga menyelipkan sentilan komedi secara tak langsung menambah kegetiran yang dialami para tokoh. Lamun Sumelang tidak hanya mengisahkan suatu mitos, tetapi juga menampilkan pahitnya kehidupan yang kerap dialami orang-orang di sekitar kita.
Lamun Sumelang (2019) dapat ditonton mulai hari Minggu (19/12) pukul 19.00 di kanal Youtube Ravacana Films.
