Berita

Film Pendek “Tilik” dari Sutradara Wahyu Agung Rilis di Youtube

Sering dikaitkan dengan film “spesialis bocah”, sutradara Wahyu Agung Prasetyo kini merilis film pendek dengan ibu-ibu sebagai pemerannya. Film berjudul Tilik (2018) ini merupakan salah satu film hasil pendanaan dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Salah satu torehan prestasi film ini adalah sebagai Film Cerita Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018.

Kisah “Tilik”

Film Tilik bercerita tentang tradisi menjenguk warga desa yang sakit secara bersama-sama. Kebiasaan ini salah satunya dapat kita temukan di masyarakat Yogyakarta, yang juga menjadi latar tempat film ini. Dinamika film ini terjadi sepanjang perjalanan dengan truk menuju rumah sakit.

Wahyu Agung dan penulis skenarionya, Bagus Sumartono, dapat dengan jeli melihat aneka ragam karakter manusia, sehingga hadirlah Bu Tejo, si “playmaker” pergosipan. Tipe-tipe seperti bu Tejo ini biasanya ada saja di setiap desa, bukan hanya perempuan, pria pun banyak. Tipe manusia yang (seolah) tahu segala hal, namun apabila disanggah, ada saja caranya berkelit. Termasuk ada saja pengikut setianya yang siap sedia mendukung segala argumen-argumennya. Pada film ini, kemampuan mengarahkan Wahyu dan akting Bu Tejo (Siti Fauziyah) terbilang ciamik. Sulit untuk tidak sebal dengan karakter Bu Tejo, dan mungkin dialah manifestasi dari “Lambe turah.”

Sepanjang perjalanan, film ini diisi oleh pergunjingan soal Dian, gadis ayu dan single dengan segala kabar miringnya. Gosip-gosip seputar “cewek nakal” pun jadi perbincangan hangat. Ada yang membela Dian, ada pula yang mengamini gosip-gosip Bu Tejo.

Refleksi Bermedia

Cukup terasa dalam film ini Wahyu Agung ingin memberi ruang bagi penontonnya memikirkan ulang bagaimana informasi diproduksi dan disebar. Sehingga muncul dialog-dialog seperti…

“Makanya Yu Ning, rajin baca berita dari internet” ujar Bu Tejo

“Namanya internet itu buatan orang pintar, gak bakal salahlah.” ucap Bu Tri mendukung Bu Tejo.

Dialog-dialog itu cukup menggambarkan bagaimana ibu-ibu desa ini menempatkan internet. Selain itu, ada satu lagi yang ingin disampaikan film ini, yaitu soal verifikasi. Elemen penting dalam memproduksi dan mengonsumsi informasi ini sering kali luput, ketiban hasrat ingin segera menghakimi atau bahkan perasaan iba. Verifikasi inilah yang luput dilakukan Yu Ning, tokoh yang mengomandoi ibu-ibu ini.

Baca juga: Memutar Balik Kehidupan dalam Film Ala Wahyu Agung Prasetyo

Di penghujung kisah, film ini sukses memutarbalikan “nasib” tokoh-tokohnya. Kenyataannya tidak semua gosip salah, dan tidak semua penggosip “kalah”. Begitupun mereka yang dianggap melek media, juga bisa luput. Namun, semoga tak ada yang luput mengamini segala ocehan Bu Tejo dan memperparah stigma cewek mandiri. Semoga.

Bagi kalian yang telah lama menunggu film ini tayang untuk publik, Tilik sudah dapat ditonton di kanal youtube Ravacana Films beserta film produksi mereka lainnya.

2 Comments

2 Comments

  1. Pingback: TILIK: Representasi Budaya Gibah Masyarakat Masa Kini – Melophile

  2. college brawl

    30/01/2024 at 12:14 pm

    Great review! I’m definitely intrigued by the film “Tilik” after reading your breakdown. The use of symbolism and the exploration of themes like identity and loneliness are definitely captivating. Can’t wait to see how it all comes together on the screen. Keep up the great work!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top