Pemutaran

Gemar Film Pendek #16: Tentang Sejarah yang Dibikin Kabur dan Hadiah untuk Diri Sendiri

Tulisan merupakan bagian dari program apprenticeship Infoscreening

Kalau Anda bertanya pada filmmaker apa yang membuat mereka doyan bikin film, pasti semua punya jawaban yang berbeda. Menuangkan gagasan yang ada di kepala, membagi keresahan mengenai isu sosial untuk dibedah bersama adalah dua di antaranya.

Dan sebagai penonton, kita mendapatkan perspektif baru, mengusik akal supaya tidak tumpul dan menyadari apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Gemar Film Pendek #16 yang diadakan oleh Boemboe Forum, didukung oleh Miles Films dan Infoscreening, pada Sabtu (7/12) di IFI Thamrin, kurang lebih memberikan kesan serupa.

Empat film pendek On The Origin of Fear (Sutradara: Bayu Prihantoro, 2016), Maryam (Sutradara: Sidi Saleh, 2014), One of Those Murder (Sutradara: Jerry Hadiprojo, 2019), dan Kado (Sutradara: Aditya Ahmad, 2018) menjadi rangkaian penutup Gemar Film Pendek #16 untuk 2019.

On The Origin of Fear (2016)

Film sebagai medium bahkan bisa dipergunakan untuk memperkuat kekuasaan dan menanamkan teror. Anda tentu ingat dengan film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, yang dibuat pada tahun 1984 dan sempat menjadi film wajib tonton setiap September.

Pengalaman beririsan dengan film ini dan kakek yang pernah dituduh PKI membuat sang sutradara Bayu Prihantoro mereka ulang, kira-kira apa yang terjadi pada aktor yang memainkan karakter dalam film tersebut.

Baca juga: Kuliah Umum FFD 2019: Perkembangan Sinema Indonesia Setelah Reformasi

Pengalaman traumatis dari film tentang PKI yang dibikin Orde Baru itu menjadi salah satu pemantik buat Bayu membuat film On The Origin of Fear. “Saya sempat bertanya-tanya, kira-kira apa yang dilakukan sutradara film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI ke pemainnya sampai bisa bikin pengalaman yang traumatis buat penontonnya. Inilah yang akhirnya saya tuangkan dalam film On The Origin of Fear,” jelas Bayu yang mengaku sampai sekarang tidak berani menonton Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI sampai selesai.

On The Origin of Fear bercerita tentang proses pembuatan film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI. Dalam film tersebut, aktor begitu ditekankan untuk bermain sedramatis, senyata mungkin, membangun ketakutan supaya teror benar-benar masuk—tidak hanya ke kepala tetapi juga jiwa penonton.

Maryam (2014)

Tahun 2014, film Maryam menjadi pemenang di Venice International Film Festival untuk kategori Venice Horizons Award. Film ini bercerita tentang seorang pembantu rumah tangga yang menemani saudara majikannya merayakan Natal. Padahal, Iyam—tokoh pembantu rumah tangga tersebut beragama Islam.

Iyam harus beradaptasi dengan aturan gereja termasuk mengubah tatanan gaya hijabnya menjadi seperti suster Khatolik. Ada sedikit bumbu komedi dalam film ini yang sangat relate dengan kehidupan di Indonesia.

Keberagaman agama, interaksi kelompok berpunya dengan kaum buruh kasar, bagaimana kehidupan dan nasib terkadang membuat kita sebagai manusia tidak punya pilihan untuk menjalani sesuatu.

Kado (2018)

Apa yang Anda lakukan ketika Anda merasa dilahirkan di tubuh yang salah?  Fisik Anda perempuan tetapi jiwa Anda laki-laki. Demikianlah situasi yang dihadapi Isfi–toko utama dalam film Kado.

Mengenakan celana, bergaya maskulin, pertemanannya pun dengan para remaja lelaki. Topik yang dibahas juga bagaimana membantu salah seorang teman di gengnya yang sebentar lagi akan berulang tahun melepas keperjakaannya. Pokoknya Isfi laki bangetlah!

Baca juga: Mencari Film Madani Bersama Ekky Imanjaya

Tetapi ya karena fisiknya perempuan, Isfi tetap bisa datang bulan, mengenakan hijab di waktu-waktu tertentu, dan tetap harus ke dapur memasak nasi selayaknya anak perempuan pada umumnya.

“Film ini diangkat dari kisah nyata teman saya yang juga jadi pemain dalam film. Sebagian lagi terinspirasi dari lima gender yang diyakini oleh masyarakat di Sulawesi,” jelas Aditya Ahmad. Secara eksplisit tema film ini memang kado dari seseorang kepada orang lainnya, tetapi secara implisit juga bisa sebagai anugerah yang diberikan manusia kepada dirinya sendiri, atau anugerah “keistimewaan gender” yang diberikan Tuhan kepada seorang insan.

One of Those Murder (2019)

“Kok Gue kerja mulu ya, kapan bikin film?” Alasan inilah yang akhirnya membuat Jerry Hadiprojo membuat One of Those Murder. Hasilnya, ciamik banget dan memberikan punch buat manusia gadget abad ini!

Buat Anda yang tergolong orang yang senang memvideokan segala sesuatunya—sedikit-sedikit posting di Instagram, Insta Story dan segala bentuk medsos lainnya, film ini akan memberikan tinju ke otakmu untuk mulai berlaku wajar.

Memviralkan korban kecelakaan dengan cara mem-posting video, terlalu “gila” dengan konten sampai-sampai rasa kemanusiaan dihilangkan. Tidak hanya menyinggung soal fenomena medsos, film ini juga menyindir hobi kaum urban yang penuh penghakiman kepada sesamanya.

Dan yang paling sering jadi korban adalah perempuan. “Oh dia pantas diperkosa, pakai rok pendek sih!”

***

Mengutip apa yang disampaikan Bayu dalam penutupan diskusi, sebaik-baiknya film adalah film yang dekat dengan kita semua dan sifatnya universal, sejatinya keempat film ini mendekatkan kita pada nalar dan akal yang kian lama kian mengabur, tergerus modernitas dan keakuan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top