Berita

German Cinema 2019 Memperingati 30 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

Dua peristiwa sejarah yang pernah dialami Jerman dan sering muncul dalam premis film adalah Holocaust dan runtuhnya Tembok Berlin. Selalu ada hal baru yang bisa digunakan untuk mengeksplorasi dua peristiwa besar tersebut, entah dari cara bertutur, perluasan genre, sudut pandang, eksperimentasi visual, cerita-cerita yang belum terungkap, bahkan kisah-kisah fiktif yang dibuat berdasarkan dua kejadian tersebut. Dan penonton film rasanya tidak pernah bosan menyaksikannya. Sebut saja sejak film pertama tentang pergerakkan Nazi yang berjudul Eine Symphonie des Kampfwillens karya Julius Lippert, sebuah film dokumenter pendek yang dirilis tahun 1927 dan merupakan film propaganda Nazi. The Mortal Storm yang disutradarai Frank Borzage yang dirilis tahun 1940 dari studio MGM. Hingga film yang disutradarai oleh Taika Waititi berjudul Jojo Rabbit yang segera dirilis di akhir 2019. Sementara untuk tema latar Tembok Berlin, Amerika Serikat mempunyai film populer berjudul Night People karya Nunnally Johnson, Good Bye Lenin! (2003) menjadi salah satu film modern yang paling populer tentang peristiwa tersebut yang disutradarai Wolfgang Becker, hingga yang terbaru, Zwischen uns die Mauer (2019) arahan Norbert Lechner.

Kisah-Kisah Tembok Berlin di German Cinema

Di Indonesia, film-film yang berlatar runtuhnya Tembok Berlin salah satunya diperkenalkan lewat acara tahunan yang bertajuk German Cinema atau Festival Film Jerman sejak tahun 2013. Di tahun penyelenggaraannya yang ke-7 ini dan dalam peringatan runtuhnya Tembok Berlin yang ke-30, German Cinema menghadirkan 3 film terbaru tentang kejadian bersejarah tersebut, yaitu: Ballon (Michael “Bully” Herbig, 2018), Adam & Evelyn (Andreas Goldstein, 2018), dan Gundermann (Andreas Dresen, 2018).

Ballon bercerita tentang dua keluarga yang tinggal di Jerman Timur dan berencana untuk kabur ke Jerman Barat dengan balon udara yang mereka rancang sendiri. Film ini menunjukkan betapa penuh kekhawatiran dan kewaspadaan mereka sehingga kita dapat merasakan segala tatapan dan gerak-gerik yang mereka takuti sebagai Stasi atau polisi rahasia. Di masa itu, di Jerman Timur banyak warga biasa yang bekerja untuk negara secara tidak resmi sebagai Staatssicherheit atau Stasi. Jumlah mereka mencapai ratusan ribu orang.

Adam & Evelyn adalah sebuah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ingo Schulze, berkisah tentang seorang penjahit bernama Adam dan Evelyn yang merupakan seorang pelayan restoran. Di tengah kondisi Jerman Timur yang tengah bergolak, kisah cinta mereka yang istimewa menghadapi berbagai perubahan yang tidak dapat hindari.

Sementara Gundermann merupakan sebuah film yang diilhami dari kisah nyata yang dialami oleh seorang musisi folk asal Jerman Timur bernama Gerhard “Gundi” Gundermann. Di tengah perjuangannya dalam bermusik dan bekerja sebagai penambang, ia juga musti berurusan dengan Stasi yang seperti biasa, memata-matai para penduduk agar mereka takluk.

Baca juga: German Cinema 2019: Kisah-Kisah Seputar Berpisahnya Jerman Barat dan Jerman Timur

Selain tiga film yang berlatar runtuhnya Tembok Berlin tersebut, ada 7 film fiksi Jerman lainnya dengan berbagai genre yang patut untuk disaksikan untuk menonton perkembangan negara tersebut. film-film tersebut antara lain: Atlas, 25 KM/H, 3 Tage In Quiberon, Fritz Lang, Amelie Rennt, Das Ende Der Wahrheit, Der Junge Muss An Die Frische Luft, serta 2 film dokumenter berjudul The Cleaners dan Exit – Leaving Extremism Behind. Uniknya, semua film tersebut, walaupun beberapa berkaitan dengan kondisi politik ketika itu, memiliki satu benang merah yang tidak jauh berbeda dengan hubungan yang unik. Baik hubungan dengan pasangan, keluarga, teknologi, masa lalu hingga dengan diri sendiri. Film-film tersebut masih bisa disaksikan dalam gelaran German Cinema sampai tanggal 6 Oktober 2019.

Begitulah, apa yang tertanam dalam benak manusia lambat laun akan memberikan pengaruh. Jika orang itu memiliki kreativitas yang tinggi, maka apa pun bentuk ingatan tersebut akan hadir dalam karya yang kerap diperbincangkan. Tembok Berlin memang sudah runtuh 30 tahun lalu, tapi cerita-cerita di baliknya masih selalu timbul bahkan terasa baru.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top