Perhelatan Piala Maya yang kelima dengan tema 5ELEBRASI telah diselenggarakan 18 Desember lalu di GrandKemang. Sebanyak 180 Komite Pemilih yang dibagi ke dalam Komite Umum, Komite Profesi dan Komite Kehormatan telah memilih para pemenang yang terdiri dari 32 kategori. Film “Athirah” memimpin 6 kemenangan (sutradara terpilih, tata kamera terpilih, tata artistik terpilih, tata kostum terpilih, tata rias wajah & rambut terpilih, serta aktris utama terpilih). Sedangkan kemenangan tertinggi diraih oleh film “Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara” yang dianugerahi Film Cerita Panjang Terpilih. Film inipun meraih 3 piala lainnya di skenario asli terpilih, penyunting gambar terpilih, dan aktor/aktris muda terpilih.
Di balik kemeriahan dan kemenangan para insan perfilman tersebut, terdapat berbagai moment menarik selama acara berlangsung, mulai dari gadis cilik yang menyanyikan lagu tema sebuah film Indonesia, kemenangan Ernest Prakasa, hingga kemenangan film Aisyah. Berikut saat-saat menarik dan menyenangkan berdasarkan pengamatan kami yang menikmati malam penganugerahan tersebut.
Michelle Li menyanyikan lagu “Bimbang”
Mungkin masih banyak yang belum tahu siapa anak ini. Usianya masih 10 tahun. Tapi kemampuan vokalnya sudah tidak dapat diragukan lagi. Hal ini dibuktikan keberhasilannya masuk 12 besar sebuah kompetisi bakat di sebuah stasiun TV dan salah satu murid unggulan sekolah musik Holbrook. Walaupun dimulai dengan agak ragu, tapi ia berhasil membawakan salah satu lagu tema “Ada Apa Dengan Cinta?” ini dengan sangat baik di hadapan pencipta lagunya langsung, Melly Goeslaw. Selama “Bimbang” dinyanyikan, ada kenangan-kenangan berharga belasan tahun silam yang mungkin tiba-tiba diingat oleh para tamu yang hadir pada malam tersebut.
Pemenang Aktor dan Aktris Pendatang Baru Terpilih
Pemenang Aktris Pendatang Baru Terpilih tahun ini adalah Sheryl Sheinafia atas perannya di film “Koala Kumal”. Mungkin cukup mengejutkan bagi sebagian orang yang menjagokan Tatyana Akman atau Lala Karmela. Tapi penampilannya di Koala Kumal dan film berikutnya “Galih dan Ratna” pantas membuatnya sebagai aktris masa depan perfilman Indonesia yang patut diperhitungkan. Sedangkan pemenang Aktor Pendatang Baru Terpilih kali ini adalah Bisma Karisma untuk perannya di film “Juara”. Sementara pemenang tahun lalu adalah Morgan Oey untuk perannya di “Assalamu’alaikum Beijing”. Apakah ada anggota Smash lainnya yang akan merebut piala ini tahun berikutnya?
Robert Ronny dan Catherine Keng bersamaan di atas panggung
Ibu Catharine sendiri bilang, malam itu adalah pertama kalinya ia dan suaminya, Robert Ronny berada bersamaan di atas panggung. Catherine Keng merupakan Corporate Secretary Cinema 21, sedangkan Robert Ronny merupakan filmmaker, produser, sutradara, penulis naskah di sebuah rumah produksi yang belakangan menyelenggarakan konferensi film, Legacy Pictures. Simbiosis mutualisme dalam rumah tangga film yang menarik, bukan?
Ibu Maria Ontoe, that voice!
Sungguh nikmat mendengarkan kembali suara empuk Ibu Maria Ontoe. Suara yang selalu memanggil para penonton film di Indonesia ke bioskop. Suara yang mengundang decak dan tepuk tangan di setiap kata yang dikeluarkan. Suara yang membuat Putratama Tuta terlihat jelas gemetaran. Semoga ada acara dan panggung yang memberikan wewenang penuh bagi Ibu Maria Ontoe dan suaranya.
Ternyata…
Sutradara film dokumenter “Tetaer Tanpa Kata: Sena Didi Mime” yang memenangkan Film Dokumenter Pendek Terpilih malam itu, Getar Jagatraya adalah putra Alm. Dedi Petet. Dan Cantika Abigail Santoso, salah satu anggota GAC, adalah cucu dari aktris senior, Rina Hasyim. Ternyata… atau saya yang mungkin kurang update?
Kemenangan Jennifer Arnelita
Satu kejutan lain di Piala Maya dalam kategori Penampilan Singkat Nan Berkesan. Yang berhasil meraih Piala Arifin C. Noer ini adalah Jennifer Arnelita. Siapa yang sangka? Tapi di sisi lain turut senang untuk aktris yang memulai karirnya dan telah malang melintang di berbagai sinetron selama belasan tahun ini akhirnya diapresiasi. Setelah kemenangan ini, tentu banyak yang menaruh harapan padanya dan “aksinya” di perfilman Indonesia ke depan: di penampilan yang lebih besar dan panjang.
Antara Khikmawan Santosa dan Satrio Budiono
Dari 5 nominee film di kategori Tata Suara Terpilih, cuma terdapat dua nama ini saja. Pemenangnya adalah Khikmawan Santosa atas karyanya di film “A Copy of My Mind”. Karya-karyanya yang apik memang sering sekali menghiasi berbagai film Indonesia. Agar lebih mudah dapat nominasi di ajang penghargaan film, berkarirlah di bidang tata suara. Atau memang dunia perfilman Indonesia darurat dalam bidang ini?
Whulandary Herman dan Bahasa Padang
Apa yang menandingi tubuh jenjang dan paras cantik Whulandary Herman, si peraih Piala Tuti Indra Malaon tahun lalu? Biarkan ia berbicara dalam bahasa Padang dalam waktu yang lama. Bisa dilihat dari mata Pak Henky Solaiman yang terbelalak.
Pak Hendrick Gozali, peraih 50 Piala Citra
Pak Hendrick Gozali adalah Direktur PT. Garuda Film sejak tahun 1973. Ia merupakan seorang produser kawakan yang telah memproduseri puluhan film seperti Ranjang Pengantin (1974), November 1828 (1978), Perempuan Dalam Pasungan (1980), Usia 18 (1980), Madu dan Racun (1985), Sama Juga Bohong (1986), Rio Sang Juara (1989), hingga Nada untuk Asa (2015), Juara (2016), dan masih banyak lagi yang lainnya. Selama karirnya, ia dan rumah produksinya telah mendapatkan kurang lebih 50 Piala Citra! Pencapaian yang sulit untuk ditandingi. Malam itu ia dan Fauzan Zidni memberikan piala pada Falcon Pictures, rumah produksi yang memproduksi film Indonesia terlaris. He poured his legacy.
Persembahan untuk Mira Lesmana
Sayang sekali Mira Lesmana tidak hadir malam itu karena sedang berlibur di Selandia Baru. Tapi kita cukup bisa semakin menghargai pencapaian beliau dengan kalimat-kalimat penghormatan yang disampaikan oleh Riri Riza, Ira wibowo, Rizal Mantovani, Shanty Harmayn, Rayya Makarim, Mariam Bellina, Mandy Marahimin dan Reza Rahadian. Mira Lesmana sangat pantas disebut “Maestro”!
Kemenangan Ernest Prakasa
Selain kemenangannya membawakan acara malam itu dengan renyah dan membuat Indonesia nampak kekurangan MC di ajang penghargaan film (seperti kata Joko Anwar), kemenangan terbesarnya adalah membawa Piala Iqbal Rais untuk debut sutradara berbakat dan Skenario Adaptasi Terpilih. Ia tidak akan balik ke Cina, ia akan tetap berada di Indonesia dan terus berkarya.
Prestasi yang semakin diakui
Tidak ada kejutan di kategori Aktor dan aktris utama terpilih. Reza Rahadian sukses kembali membawa piala atas perannya yang super total di “My Stupid Boss”. Begitupun Cut Mini yang begitu bersinar tahun ini, salah satunya lewat perannya di “Athirah”. Prestasi mereka semakin diakui, pemacu bagi para aktor dan aktris Indonesia yang lain untuk memperoleh pencapaian yang sama atau bahkan lebih tinggi.
Ide Cerita Terpilih
Salah satu kategori penghargaan khusus yang diberikan Piala Maya adalah “Pemilihan Ide Cerita Terpilih”. Ada 3 film yang mendapatkan penghargaan ini, yaitu Bangkit!, Sunya, dan Terpana. Ketiga sineas dari 3 film yang sangat berbeda ini pun maju ke atas panggung untuk menerima kehormatan tersebut. Bagi Richard Oh, sang sutradara film Terpana, “… saya tidak tahu ini penghargaan apa. Tapi ini adalah ajakan bergaul yang sangat asik.”
Akhirnya, Aisyah sebagai film terbaik
Meskipun film Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara merupakan film yang disukai banyak orang karena konten dan teknisnya, mungkin masih banyak orang pula yang tidak menyangka film inilah yang menjadi Film Cerita Panjang Terpilih di Piala Maya 5ELEBRASI. Sebuah film yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Menariknya, dengan kemenangan Aisyah, terjadi perbedaan pemenang untuk kategori “film terbaik” antar ajang penghargaan di Indonesia selama 2016. FFI 2016 memberikan penghargaan film terbaik pada “Athirah”, Film Terpuji di Festival Film Bandung 2016 adalah “Rudy Habibie”, film terbaik di Apresiasi Film Indonesia tahun ini adalah “Salawaku”, sedangkan “Surat Dari Praha” menjadi terbaik di Usmar Imail Awards 2016. Ini menunjukkan semakin baik dan beragamnya film Indonesia, terutama film panjang atau film bioskop.