Tayang Bincang
Gemar menonton film? Senang berbagi daftar tontonan untuk teman-teman? Bagaimana tanggapan mereka terhadap film yang kamu rekomendasikan? Apakah mereka selalu menyukainya? Jika jawabanmu adalah “Ya!”, mungkin ini saat yang tepat bagimu untuk berkenalan lebih jauh dengan film programming.
Film programmer, atau bisa disebut dengan juru program, merupakan salah satu profesi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat umum. Padahal, pekerjaan ini memegang peranan besar dalam kesuksesan suatu pemutaran film, baik di pemutaran-pemutaran alternatif, maupun festival film.
Lewat program tayang bincang IS Talk, Infoscreening mengajak Alexander Matius membagikan kisahnya selama berkarier sebagai film programmer pada Sabtu (22/05) malam. Dimoderatori oleh Panji dari Infoscreening, sesi obrolan ini diadakan dengan tujuan untuk mengulik lebih jauh tentang apa itu film programming, apa saja yang dilakukan oleh para film programmer, serta bagaimana memulai karier di bidang tersebut. Artikel ini mencoba menangkap obrolan yang berlangsung pada sesi perdana dari IS Talk ini.
Tak Sekadar Memilih Film
“… dulu ikut jadi panitia di acara tahunan kampus, dipilih jadi seksi acara. [Tahun] 2011, awal masuk Kineforum jadi volunteer,” ungkap Alexander Matius, atau akrab disapa Mamat.
Mamat mulai memasuki dunia film programming secara profesional sebagai manajer film programmer Kineforum pada 2014. Ia kemudian bergabung dengan ruang pemutaran alternatif mandiri di Jakarta, Kinosaurus, sejak 2017. Saat ini, selain berkegiatan di Kinosaurus, Mamat juga menjadi bagian dari Flix Cinema sejak Desember lalu.
Bagi Mamat, menjadi seorang film programmer bukan hanya tentang memilih film dan menjadwalkan penayangannya saja, tetapi ada konteks yang ingin disampaikan kepada audiens melalui film-film yang dipilih.
Film programmer tak hanya bertanggung jawab atas pemilihan film-film yang akan ditayangkan, distribusi, serta jadwal pemutarannya. Lebih dari itu, film programmer juga harus mampu menganalisa selera pasar dan tren suatu daerah, sehingga dapat memprediksi durasi tayang dan potensi penjualan suatu film. Film programmer juga harus senantiasa menjalin relasi dengan jaringan produser dan distributor film, aktif ikut serta dalam eksibisi atau festival film, serta kegiatan industri film lainnya.
“… bukan cuma sekedar hobi, ada tanggung jawab di situ, untuk memilih film-film yang sesuai dengan visi tempat kerja kita, dan tentu juga harus disesuaikan dengan target market,” jelas Mamat.
Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh seorang film programmer bukan hanya pada saat memilih sejumlah judul film, tetapi lebih pada pembuatan program secara keseluruhan.
Bekal yang Diperlukan
Seorang film programmer tidak bisa hanya memilih film yang paling ia suka. Film programmer harus memiliki minat yang besar dan pengetahuan yang luas tentang film, harus mengenal audiens untuk memahami bagaimana mereka menonton film, dan juga membuat program yang sesuai dengan tempat pemutaran film tersebut. Semangat besar untuk sinema dan pengetahuan tentang pasar adalah hal penting yang harus dimiliki seorang film programmer.
Sebagai titik awal, siapa pun yang ingin menjadi film programmer akan sama dengan siapa pun yang ingin menjadi seorang filmmaker: harus banyak menonton. Tonton sebanyak mungkin konten yang bisa diakses dari seluruh dunia. Cobalah melihat film dalam konteks yang berbeda, di bioskop atau di festival. Selain itu, baca juga ulasan dari blog atau media sosial, karena tanggapan suatu industri terhadap suatu film mungkin berbeda dari tanggapan publik.
“… baik itu di festival atau di bioskop, pasti harus tahu film, tahu alur produksi dan distribusi film. Punya management waktu yang baik. Harus pintar membaca potensi pasar, pintar membangun dan membina networking. Harus kreatif dan tahan banting juga,” jelas Mamat ketika berbagi tips untuk teman-teman yang ingin menjadi film programmer.
Sangat penting bagi seorang film programmer untuk mengasah pengetahuan tentang budaya film serta komunikasi, penelitian, manajemen waktu, dan keterampilan organisasi. Hal tersebut turut diamini oleh Panji. Menurutnya, seorang film programmer juga menggunakan dasar-dasar kemampuan event management dalam melakukan pekerjaannya. Meskipun selama ini regenerasi profesi ini berlangsung di lingkungan akademik dan komunitas, hampir tidak ada jalur pendidikan khusus yang mempelajari bidang pekerjaan ini secara khusus. Para peminat profesi ini pun dengan demikian harus meracik perbekalan mereka secara otodidak.
Baca juga: Arian13 dan Eben Burgerkill Berbagi Cerita dalam Teaser GELORA: Magnumentary of Gedung Saparua
Bekerja sebagai seorang film programmer dapat mengubah selera budaya komunitas juga kehidupan seseorang, menawarkan dunia yang jauh lebih luas, serta memberikan pengalaman visual dan emosional yang sangat berbeda dari bentuk seni lainnya.
Perdana di Space Twitter Infoscreening, program tayang bincang ini berlangsung seru dan mendapat respon positif dari para pendengar.
Nantikan sesi-sesi obrolan dengan Infoscreening selanjutnya!