Programa

JAFF dan Film-Film yang Diputar Perdana

Press Release JAFF 2018 infoscreening

Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang pada tahun ini menginjak usia ke 13 penyelenggaraannya menjadikannya salah satu yang paling konsisten di Indonesia.

JAFF bermula dari berbagai komunitas film di Jogjakarta dengan fondasi semangat anak-anak muda. Sejak saat itu JAFF konsisten memberikan ruang untuk memutar, menonton, mendiskusikan film bagi komunitas-komunitas dan Sinema Asia. Para audiens-nya pun tidak terbatas dari sekitar Jogja saja, bahkan ada orang-orang yang berasal dari kota-kota lainnya yang mengkhususkan jadwal akhir tahun untuk hadir di JAFF.

“Disruption” menjadi tema JAFF tahun ini mengingat banyaknya perubahan di Asia: iklim, bencana, peristiwa politik dan kemanusiaan, serta teknologi. Berbagai macam disrupsi tersebut membentuk Sinema Asia yang baru, ujar Ifa Isfansyah (Direktur Festival) pada konferensi pers JAFF pada tanggal 13 November lalu di XXI Plaza Indonesia. Tema itu dipilih bukan dari kesengajaan dalam pencarian tema, tapi dari sinema-sinema Asia yang kita baca, maka muncullah tema tersebut, lanjutnya. “Disruption adalah persoalan mengikis bias maupun konvensi seraya mendedahkan kebebasan kreatif lewat lensa sinematik demi lahirnya visi baru tentang masyarakat dan budaya Asia. Ringkasnya, “disruption” bukanlah perkara menanggapi perubahan, melainkan perkara meretas perubahan itu sendiri,” ungkap Budi Irawanto (Presiden Festival).

Baca juga: Press Release Japanese Film Festival 2018

Dalam pemilihan film-film yang tayang di JAFF, Ismail Basbeth (Direktur Program) menegaskan bahwa mereka tidak fokus dalam hal baik buruknya suatu film, tapi berdasarkan beragam perspektif dari film-film itu sendiri. Sementara dalam hal program-program apa saja yang ada di JAFF tahun ini masih sama seperti penyelenggaraan tahun sebelumnya: Asian Feature, Light of Asia, Asian Perspective, JAFF Indonesian Screen Awards, Open Air Cinema, dan Focus On Garin Nugroho. Serta program khusus yaitu JAFF Education berupa beragam Master Class dan Art For Children yang bekerjasama dengan “KINEKO International Children’s Film Festival”. Sementara program Asian Doc tahun ini ditiadakan. Program ini digabungkan dalam Asian Perspective sebagai program non-kompetisi. Berkaitan dengan hal itu, Ismail Basbeth menambahkan, JAFF adalah sebuah festival yang dinamis dimana perkembangan program terus dilakukan.

Seperti juga pelaksanaan JAFF di tahun-tahun sebelumnya, beragam penghargaan kompetisi pun siap dianugerahkan pada sejumlah film yang berkompetisi. Penghargaan-penghargaan tersebut antara lain Golden Hanoman Awards (film Asia terbaik pertama), Silver Hanoman Awards (film Asia terbaik kedua), Netpac Awards (apresiasi terhadap karya sutradara Asia yang memberikan kontribusi sinematik yang dinilai penting bagi gerakan sinema baru Asia), Geber Awards (diberikan kepada film Asia yang dipilih oleh komunitas film dari berbagai kota di Indonesia, baik oleh komunitas pembuat film maupun kineklub), Blencong Awards (film pendek Asia terbaik dari program Light of Asia), Jogja Film Student Award (diberikan kepada film pendek terbaik yang dipilih oleh murid sekolah film di Yogyakarta), dan JAFF Indonesian Screen Awards (Film terpilih adalah karya dengan negara asal produksi Indonesia. Film-film tersebut berkompetisi dalam nominasi Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Naskah Terbaik, Pemeran Terbaik, dan Sinematografi Terbaik).

Baca juga: Pemutaran “CinemaWorld Film Festival” Hadirkan Potret Kisah Afghanistan

Pemutaran Perdana

Salah satu hal yang paling menarik banyak audiens untuk hadir di JAFF adalah adanya pemutaran khusus untuk film-film yang perdana tayang di Indonesia. Film-film tersebut telah memiliki nama baik sebelumnya berdasarkan pembicaraan di media sosial, seperti film-film terbaru karya sutradara ternama dan film-film yang sudah diputar di beragam festival bergengsi Internasional. Berikut adalah film-film yang tayang perdana di Indonesia melalui JAFF yang kami rekomendasikan:

  1. 27 Steps of May (Ravi Bharwani)

Ini adalah film tentang Ayah dengan seorang anak perempuannya dan bagaimana mereka berusaha membebaskan diri dari trauma masa lalu.

  1. Nyanyian Akar Rumput (Yuda Kurniawan)

Bersama band “Merah Bercerita”, Fajar Merah menghidupkan kembali puisi-puisi Ayahnya, Wiji Thukul dan merekamnya dalam sebuah album. Sebuah dokumenter tentang usaha menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM, menemukan Wiji Thukul dan korban penghilangan paksa lainnya.

  1. Ave Maryam (Ertanto Robby Soediskam)

Maryam pergi ke Ambarawa dan merawat tujuh biarawati lanjut usia. Seorang Pastur baru bernama Yosef datang dan menguji komitmennya.

  1. If This Is My Story (Djenar Maesa Ayu Kan Lume)

Kay dan Dee adalah sepasang suami istri. Sebuah gejolak membuat mereka berdiskusi tentang perceraian.

  1. Keluarga Cemara (Yandy Laurens)

Pasca hartanya disita untuk membayar hutang, Abah dan keluarganya pindah ke sebuah desa yang terpencil. Beragam kesulitan datang, menguji ia dan hartanya yang paling berharga: keluarga.

  1. Istri Orang (Dirmawan Hatta)

Endah, seorang perempuan Kangean, sebuah kepulauan terpencil di batas laut Jawa dan Selat Makassar, telah bertemu sekian lelaki dalam hidupnya. Hingga seorang lelaki datang dengan gerobak airnya di tengah daerah dan nasibnya yang kekeringan.

  1. Asian Three – Fold Mirror 2018 : Journey (Degena Yun, Daishi Matsunaga & Edwin)

Sebuah film yang mempertemukan tiga kisah dan karakter-karakter dari Cina (The Sea), Jepang (Hekishu) dan Indonesia (Variable No. 3). Cerita tentang ibu-anak, pebisnis dan pasangan suami istri yang saling berkelindan.

  1. The Man from The Sea (Koji Fukada)

Seorang lelaki misterius ditemukan di sebuah pantai di Banda Aceh. Sementara itu, Laut mulai memunculkan beragam keajaiban yang mencelakakan dan menimbulkan kecurigaan, sehingga orang mulai bertanya-tanya siapa dirinya sebenarnya.

  1. Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho)

Kisah tubuh dimana maskulin dan feminin melebur dan membawa banyak trauma dalam tarian.

BACA JUGA: BPK UMUMKAN KARYA TERBAIK DI MALAM PENGHARGAAN FFKHN 2018

Selain film-film tersebut, masih ada lebih dari 100 film-film Asia lainnya yang sayang sekali untuk dilewatkan. Dan tentu suasana akrab dimana audiens dan para pembuat film bisa berdiskusi dengan akrab. JAFF tahun ini akan diselenggarakan pada tanggal 27 November hingga 4 Desember 2018. Sementara tiket bisa didapat secara online mulai tanggal 21 November 2018. Jangan sampai kehabisan!

Mari ke Jogja!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top