Jakarta 32°C: Festival Karya Visual Mahasiswa 2016 adalah perhelatan seni rupa dua tahunan yang menampilkan karya-karya visual terbaik mahasiswa se-Jakarta. Telah memasuki umur 12 tahun sejak pertama kali didirikan tahun 2004, Jakarta 32°C dicita-citakan sebagai wadah mediasi lintas disiplin dalam ranah seni rupa kontemporer yang melibatkan proses kuratorial, eksperimentasi seniman muda, penulisan karya dan pengorganisasian pameran yang dilakukan oleh para mahasiswa dan seniman muda di Jakarta. Jakarta 32°C merupakan salah satu divisi dari Ruang Rupa, sebuah organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan pada 2000.
Selain menghadirkan 100 karya terseleksi dari total 570 karya dari 230 peserta, acara yang dibuka untuk publik ini juga menghadirkan bentuk baru tahun ini. Tahun ini di Gelar di Gedung Sarinah Ekosistem tanggal 8-22 Oktober 2016, Jakarta 32°C memiliki program baru yaitu Tarung Kampus atau Tarkam sebagai sarana memperluas jejaring di ranah kampus. Jejaring ini diperluas dengan mengundang para peserta dan alumnus Jakarta 32°C dalam program Sinema Kolekan (Lokakarya Kuratorial Filem/Video) dengan mentor Mahardika Yudha dari Forum Lenteng.
Setelah melalui perjalanan panjang menelusuri beberapa kampus di Jakarta dan sekitarnya. Jakarta 32°C, melalui Sinema Kolekan berhasil menghimpun dan akan menayangkan filem secara umum dan gratis melalui empat kuratorial. Berikut kuratorial yang berhasil dihimpun:
Kuratorial: .ID (Muhammad Reza)
Cuek Aja Lagi, Jakarta!
Alexandria Jessie, UI, Karya Jakarta 32°C tahun 2006
00:13:40
Mahasiswa UI yang tinggal di tempat kos baru pulang dari kampungnya di Sumenep, dan mendapatkan amanah dari tetangganya di kampung untuk memberikan sebuah titipan kepada Ibu Tini di Duri Kepa, Tomang Barat, Jakarta Barat. Mahasiswa ini lalu meminta bantuan kepada temannya yang berasal dari Bogor untuk diantar ke alamat yang dituju menggunakan mobil pribadi. Perjalanan panjang dengan banyak pertanyaan mengisi keseluruhan filem ini.
Rumah
Krisna Pamungkas, UNAS, 2016
00:05:58
Potongan-potongan gambar tersusun secara naratif mengisahkan sebuah ruang pribadi tanpa ada yang ditutupi. Arsitektur dan properti ruang menjadi tokoh utama dalam filem ini. Filem yang dimanfaatkan untuk menjadi sebuah memori saat tua nanti untuk mengingat kembali bagaimana kondisi dahulu.
Pending
Felsya Sunarjo, Binus International, 2013
00:10:27
Remaja masa kini menggunakan media sosial sebagai cara utama untuk berinteraksi, mengabadikan dan memberitahu masyarakat luas setiap kegiatan yang dilakukannya. Remaja ini akhirnya bertemu dengan teman dunia mayanya secara nyata.
Udin Telekomsel
Rein Maychaelson, UMN, 2015
00:15:12
Mas Parjo dan Mas Gundul berbincang di malam hari mengenai Udin Telekomsel, seorang pemuda yang tinggal di dekat Sutet dan bisa meng-SMS Tuhan. Udin Telekomsel berhasil mendapatkan hal-hal yang diinginkannya dengan mengirim SMS pada Tuhan. Warga yang megetahuinya segera mendatangi Udin dan meminta banyak hal kepada Tuhan.
Gematara
Citra Pertiwi, Binus International, 2015
00:07:22
Dua bersaudara kakak beradik tinggal di satu rumah, sebentar lagi mengakhiri pendidikan di jenjang SMA, dan hobi bermain game. Menggunakan Youtube sebagai sumber mata pencaharian utamanya, mereka berdua menjelaskan bagaimana proses mereka memproduksi video, mendapatkan uang, dan pandangan keluarga terhadap pekerjaan mereka.
Video Tutorial
Gambar Gerak Simpang Siur, UNJ, 2016
00:18:40
Film yang bergaya parodi ini mereka ulang video tutorial yang lazim ditemukan di kanal Youtube. Menampilkan sebuah tayangan video edukasi yang dinamai “Edukacrot”, mengajak 4 narasumber dari bidang keahlian yang berbeda sebagai pemateri yang memberikan cara-cara membuat sesuatu yang berhubungan dengan bidang keahliannya masing-masing.
E-Waste
Anton Adinugroho, UI, Karya Jakarta 32°C 2006
00:01:10`
Seorang Ayah yang sedang sakit tertidur di ICU rumah sakit, ditemani oleh istri dan anaknya. Situasi tiba-tiba jadi mencekam ketika terjadi flat line pada alat pendeteksi detak jantung yang diletakkan pada sang Ayah. Namun respon berbeda justru yang dilakukan oleh suster.
Kuratorial: Imitasi (Muhammad Haviz)
Ritual
Dara Marisa, LSPR, 2013
00:15:47
Filem bergenre horror ini pengambilan gambarnya terinspirasi dari filem Parnormal Activity dengan teknik found footage. Berkisah tentang anak muda yang berpura-pura menjadi pemburu hantu dan seorang pemilik rumah berhantu yang menyewa jasanya seharga 30 juta rupiah. Mereka menginap di rumah berhantu tersebut, dengan konsekuensi tragis.
Drenched
Raffael A. Gumelar, UMN, 2015
00:06:35
Filem pendek animasi yang terinspirasi dari filem-filem Walt Disney. Mengambil tema kisah-kisah cinta dalam filem modern dan gambaran-gambaran lokasi ala filem Barat, dengan satu pembeda kunci: karakter perempuan di filem ini bermata sipit, menandakan ia berasal dari benua Asia. Filem cinta ini mengisahkan koin harapan yang memberi keberuntungan pada sepasang kekasih yang jatuh dalam sebuah konflik.
Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Menjaga Pameran
Gambar Gerak Simpang Siur, UNJ, 2014
00:04:40
Sebuah tata cara menjaga pameran yang tidak patut diikuti. Ruang berpameran dan pekerjaan penjaga pameran dijadikan titik tolak untuk narasi-narasi usil yang serampangan. Mulai dari bergulat dengan teman sendiri dengan komentator ala Smackdown, hingga penggunaan sound effect jenaka, filem ini sebaiknya tidak menjadi panduan anda dalam menikmati pameran.
The Seeker
Ricky Rachman Utomo, UMN, 2016
00:02:57
Terinspirasi dari filem pendek berjudul The Maker, filem animasi ini bereksperimen dengan pengulangan adegan sembari tetap mempertahankan narasi. Adegan yang muncul di awal filem akan muncul kembali di akhir, dengan karakter yang terinspirasi dari filem animasi Nine (2009).
Mengejar Dangdut
Gisela, UMN, 2016
00:10:04
Icha, seorang penggemar dangdut, mengidolakan penyanyi bernama Jay. Dengan bangunan narasinya yang apik, filem ini mengisahkan bagaimana televisi dan lagu-lagu mempengaruhi sosok Icha.
I Feel Like Just Don’t You Like Anymore
Zidny Nafian, UMN, 2014
00:03:42
Kamera diam, dan fokus pada sosok perempuan dengan dandanan ala tokoh animasi jadul, Sailor Moon. Dengan satu ruang frame, kamera fokus pada sebuah bangku dan sang perempuan Sailor Moon. Ia datang, pergi, dan kembali ke tempat duduknya sehingga akhirnya kita tahu imaji fisiknya sesungguhnya.
Super Gatot Kaca
Mahargyo Jati Nugroho, STIE PERBANAS, 2004
00:02:55
Filem ini menunjukan pengaruh televisi terhadap cara berpakaian dan pahlawan fiktif. Gatot Kaca adalah pahlawan lokal yang harus menerima kenyataan akan tren masa kini yang diiklankan di televisi. Ia terpaksa menggunakan pakaian yang tampil di iklan karena pakaiannya sendiri hilang digondol maling jemuran – kenyataan urban yang pahit bagi sang pahlawan.
Pre Imagination
Nurullita Fathia Marlaputri, BINUS, 2013
00:03:10
Dua mahasiswa filem dengan latar belakang jauh berbeda berdiskusi tentang filem yang ingin mereka buat. Sang laki-laki yang hobi filem laga berimajinasi membuat filem laga dengan budget tidak sedikit, sementara sang perempuan berangan-angan membuat filem drama yang ramah di ongkos. Filem ini mengeksplorasi bagaimana genre-genre filem beririsan – filem drama yang diberi unsur laga, dan filem laga yang dibumbui drama.
Kuratorial: Mahasiswa dan Filem (Ario Fazrien)
Dina Raos
Zidny Nafian, UMN, 2013
00:06:09
Dina Raos, merepukan sebuah nama dari warung nasi yang berdiri dikawasan BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang. Warung nasi ini menjadi salah satu alternatif bagi para mahasiswa atau para pekerja untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Terekam dengan jelas, bagaimana para pendatang menghadapi permasalahan di kota besar karena persaingan pekerjaan yang susah, dan akhirnya menciptakan peluang usaha sendiri dengan membuka warung nasi.
Berai
Widi Satrio, UI, 2015
00:08:15
Perbincangan antara sepasang muda mudi di sebuah kafe dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Si pria ingin pergi dari kotanya dan akan tinggal di luar negeri, sementara si perempuan ingin prianya tetap tinggal di sini tanpa harus pergi. Perdebatan intim kedua pasangan itu terekam pada kamera yang menjadi mata dari si pria.
Happy Fruit Assembly
Fakhrizal Muhammad, IKJ, 2014
00:02:55
Film ini bercerita tentang bagaimana sebuah proses syuting pembuatan film dari awal hingga akhir. Bagaimana pemain diarahkan oleh sutradara, dan set tempat yang disusun oleh artistik, serta yang terakhir bagaimana film masuk ke tahap penyuntingan. Semua tersuguhkan dalam film ini.
Waktu Menunjukkan?
Jennifer Aryawinata, UMN, 2014
00:06:31
Film yang menggambarkan tentang kegiatan dari malam hingga fajar di sebuah kota pinggiran, Tangerang. Kamera menangkap dengan jelas bagaimana keadaan sebuah kota yang sepi di kala malam hingga akhirnya mulai bermunculan aktivitas masyarakat di waktu fajar. Dan akhirnya, narasi pun terbangun dari suguhan beberapa footage hasil tangkapan kamera.
Sa.sar Interaksional
Nanda Arya Syahputra, Institut Teknik Polimedia Kreatif, 2015
00:21:32
Begitu intimnya kamera dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa di sebuah panti rehabilitasi. Gambaran bagaimana aktivitas dari masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dari makan, mandi, tidur, main, proses pengobatan, hingga cerita pengalaman dari seorang penderita gangguan jiwa terekam dengan jelas dalam film ini.
Kuratorial: Pada Masa Depan Semua Akan Terkenal Dalam 15 Menit (Budi Setiawan)
Watch or Play
Eric Fernando, BINUS, 2015
00:17:58
Pandu 24 tahun, adalah seorang Youtubers yang memproduksi video bergenre “Videogaming.” Ia mengomentari games-games terbaru sembali memainkannya dengan mimik wajah yang ditampilkan sebagai insert di video. Dalam video ini, ia mengisahkan bagaimana pola kerja seorang Youtubers mulai dari persiapan hingga eksekusi, dan suka duka menjadi Youtubers.
4L@Y
Chandra Aditya, BINUS, 2012
00:08:52
Karya ini mendokumentasikan perjalanan sang sutradara mencari tahu definisi dari kata Alay. Di antara beberapa narasumber, Chandra berhasil mewawancarai Esti, 20 tahun, seorang karyawati yang secara jujur mengakui bahwa dirinya ‘alay.’ Esti yang memiliki akun Facebook bernama Ez tea MANIEZ juga mempraktikkan gaya-gaya yang menurutnya adalah gaya alay. Di akhir video ini juga dimunculkan bagaimana konklusi dari hasil wawancara tersebut.
Lihat (Siapa Peduli)
Clara Sovia Lestari, UI
00:10:06
Seorang mahasiswa bernama Budi ingin melakukan kebaikan sebanyak mungkin dalam kesehariannya. Dalam usahanya melakukan hal tersebut, ia menemui banyak masalah yang kadang berdampak negatif pada dirinya sendiri. Setiap masalah yang ia alami diceritakan ke depan kamera yang berada di kamarnya, sembari mencari solusi untuk masalahnya tersebut.
