Berita

Mengakui Ketidaksempurnaan Sebagai Harta, Keluarga Cemara Hadir di Layar Lebar

Infoscreening.co – Menyebut ‘Keluarga Cemara,’ rasanya yang akan muncul adalah beberapa memori kolektif, seperti opak, becak, atau lagu tema yang tak menjamur termakan tahun.

Bagaimana jika menghadirkan keluarga Abah itu bukan lagi dalam bentuk serial televisi, melainkan layar perak, apakah opak akan tetap menghiasi keluarga Abah?

Yandy Laurens, sutradara yang mencuat lewat Wan An, film pendek yang pernah memenangi XXI short movie competition, dipercaya rumah produksi Visinema Pictures untuk meramu Keluarga Cemara dalam bentuk film. “Sebenarnya pembicaraan ide mengenai Keluarga Cemara ini, prosesnya sudah satu tahunan, idenya muncul sebelum adanya Filosofi Kopi 2,” ungkap Anggia Kharisma, produser Keluarga Cemara saat konferensi pers, Kamis, (4/01) di restoran Babooji, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sebagai reboot dari serial televisinya, film ini merupakan genesis awal dari Keluarga Cemara. Relevansi dengan fenomena kontemporer akan menjadi bumbu, dengan tetap memegang akar sebagai esensi cerita Keluarga Cemara.

Usaha Dimiliki-Memiliki Ketidaksempurnaan

Iklan-iklan yang berseliweran di televisi perihal produk-produk keluarga, selalu menampilkan keluarga yang harmonis, ideal, dan seolah hal-hal tersebut selalu direproduksi sebagai imaji yang dibangun, sehingga kita dapat menyanyi, “harta yang paling berharga, adalah keluaga.”

Bagaimana jika keluarga yang kita miliki adalah bukan keluarga yang harmonis, tidak komunikatif, dan tak sebahagia yang nampak pada iklan-iklan itu? Masihkah kita mendaku, keluarga adalah harta yang berharga?

Premis inilah yang coba dibangun Yandy, sebagai pendekatan memaknai keluarga. “Gimana kalau keluarga yang enggak baik, banyak salah, apakah tetap harta?” tukas Yandy saat ditemui seusai konferensi pers, (4/01).

Lebih lanjut, sutradara web series Sore ini menganalogikan, “Bapak, kamu dimiliki istri enggak? Anak, kamu dimiliki ibu enggak? Jadi ini tentang memiliki dan dimiliki, jadi ada upaya yang agresif untuk merasa dimiliki, ini adalah proses tentang dimiliki satu sama lain.”

Widuri Putri Sasono, pemeran Ara, menyanyikan lagu tema Keluarga Cemara. (foto: Jek/Infoscreening)

Keluarga Cemara mencoba menjadi cermin reflektif di antara seabrek permasalahan kontemporer keluarga. Dengan demikian, kejernihan Yandy mentransfer visinya patut ditunggu. “Ya saya mencoba jujur bercerita, enggak pretend.”

Menyoal remake dan reboot film yang belakangan dilakukan beberapa sineas, seperti Warkop DKI, atau yang menjadi film terlaris 2017 Pengabdi Setan, bukanlah suatu permasalahan. Seperti halnya Keluarga Cemara yang direbooth dari serial televisi. Sebab keduanya merupakan siklus yang berjalan dalam dunia perfilman. “Saya sih enggak menganggap itu sebagai permasalahan,” tutup Yandy.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top