Berita

Kewirausahaan dan Percintaan Milenial dalam Film “The Dreams Must Go On”

Siaran Pers

Tangerang,  10 Oktober 2019–“Itu temen-temenya abang kok keren banget sih? Baru 2-3 tahun lulus kuliah udah punya perusahaan sendiri, valuasi miliaran rupiah, mana ada temenya abang yang punya kantor sendiri di Sudirman. Apakah karena mereka banyakan terlahir di keluarga pengusaha & pejabat?”

Persepsi sebagian masyarakat yang memandang karier para pengusaha muda ini mudah melonjak karena terlahir di kalangan privileged, yang sebenarnya salah besar. Hal itu yang membuat Michael “MJ” Jonathan, Sutradara film ini bersama para alumni sebuah sekolah bisnis di BSD, Tangerang, seperti Arif Karim (Promo & Screening Manager sekaligus pemeran pendukung film ini) resah dan ingin menceritakan kepada dunia bahwa ada jerih payah, ratusan penolakan, hingga air mata di balik kesuksesan mereka di usia yang sangat muda. Film The Dreams Must Go on memiliki tema besar “The Story of Entrepreneurship Spirit & Promise of Love” dan digarap berdasarkan kisah nyata. “Kami ingin menginspirasi para generasi millennials terutama gen Z untuk menjadi pengusaha muda dan mengajarkan bahwa mimpi adalah senjata ampuh dalam menghadapi penolakan/kegagalan” ujar sang sutradara Michael “MJ” Jonathan. Hingga hari ini, di kalangan mahasiswa sekitar Tangerang dan Depok serta komunitas pegiat kewirausahaan se-Indonesia, Film ini mendapat perhatian yang sangat positif. “Kisah kepahlawanan mereka yang berhasil menyelamatkan ekonomi-sosial Indonesia di usia yang sangat muda menjadi daya tarik untuk menonton film ini” ujar Bagus Nusihono sebagai produser. Bioskop CGV Cinemas bersama Infoscreening telah memasukkan film ini untuk program penanyangan reguler pada Desember 2019 nanti dalam tajuk Kreasi Movie Corner.

Tema dan Mereka yang Terlibat

Salah satu tema film ini adalah “The Promise of Love”, berkisah tentang tokoh utama (mahasiswa sekolah bisnis dari BSD, Tangerang) yang jatuh cinta dengan mahasiswi sastra kampus lain dari Depok yang cukup berbeda secara kultural. Dalam menggarap unsur “The Promise of Love” di film ini, sutradara Michael Jonathan telah berkonsultasi dengan para artis nasional, sehingga diangkatlah fenomena-fenomena etika perkencanan yang dinilai sangat problematis di era milenial ini. Unsur ini menjadi salah satu daya tarik film ini, mengangkat fenomena-fenomena percintaan yang sering dialami oleh para milenial namun jarang disentuh oleh film-film arus utama di Indonesia. Film ini diproduksi oleh Creativitime Pictures (PT Velikaya Slava Digital), digarap secara semi-pro (antara indie dan profesional). Setengah kru adalah profesional, di antaranya soundman film layar lebar seperti Danur 3, serta sinematografer & sutradara yang telah berpengalaman hingga 11 tahun memproduksi iklan & video korporat baik untuk perusahaan & pemerintahan di Indonesia. Sebagian pemeran film ini juga adalah aktris yang aktif di dunia modeling. Setengahnya lagi adalah kru dan aktor yang aktif di dunia film indie mahasiswa. Sebagian besar mereka berasal dari IKASSLAV Prodi Sastra Rusia – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang juga menjadi co-production film ini. “Kami menjalin kerja sama yang erat dengan IKASSLAV Prodi Sastra Rusia, FIB UI, itu karena kami memiliki misi yang sama dengan mereka yaitu melawan propaganda kultural.” Ujar produser Bagus Nusihono. Seperti yang sering dilihat oleh masyarakat bahwa Rusia dan beberapa negara lain sering menjadi korban propaganda kultural yang dilakukan oleh film-film Barat, oleh karena itu film ini ingin membuka mata penonton Indonesia agar lebih cerdas dan melawan propaganda kultural terhadap negara lain.

Baca juga: Viddsee Announces Winners of Juree Awards Philippines 2019

Meski termasuk kategori semi-pro, semua pemeran dan kru sangat optimistis film ini dapat disambut luas oleh masyarakat, mengingat cerita film ini berdasar semangat kewirausahaan yang sangat inspiratif dan fenomena-fenomena percintaan yang sering dialami milenial namun jarang dibahas oleh film arus utama. Terlebih film ini diproduksi menyerupai film mainstream layar lebar. Soundtrack film ini digarap sendiri, berjudul The Dreams Must Go on dinyanyikan oleh grup Vocademia UI yang telah membawa nama Indonesia hingga ke Eropa. Produksi film ini juga dilakukan sebagian di Eropa yaitu di kota Saint-Petersburg (Rusia). Total pelaksanaan syuting film ini adalah 7 hari (6 hari di Indonesia & 1 hari di Eropa – Saint Petersburg, Rusia). Guna meningkatkan popularitas film ini untuk masyarakat luas maka sebelum penayangan regular oleh CGV Cinemas dan Infoscreening di Desember nanti, akan ada roadshow penayangan film di beberapa bioskop Cinemaxx & CGV pada Oktober 2019. “Hal ini kami lakukan juga untuk mengakomodasi antusiasme target penonton mahasiswa Tangerang & Depok serta komunitas kewirausahaan yang sudah tidak sabar untuk menonton film ini” ujar Arif Karim sebagai Manager Promosi & Screening.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top