Uncategorized

Laporan Naratif KDM #16

Oleh Adi Rosidi Pandega

Evaluasi Di Bulan Mei

Klub DIY Menonton (KDM) adalah program pemutaran dan diskusi yang dilaksanakan pertama kali pada Maret 2016. KDM memosisikan diri sebagai program pemutaran dan diskusi yang berlangsung secara berkesinambungan, selaras dengan slogan dan seruan KDM: Durabilty! Sustanbility! Long Live Alternate Screening! Tahun 2017 merupakan tahun kedua KDM menyelenggarakan program pemutaran dan diskusi film. Tahun ini KDM kembali didukung oleh Seksi Perfilman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan dikelola secara kolaboratif oleh SAAP – Think & Create, Paguyuban Filmmaker Jogja, dan Yuk Nonton!!!

Tema besar yang menjadi payung program pemutaran KDM tahun 2017 adalah “Sinema & Konteksnya”. Tema tersebut dipilih karena relatif fleksibel untuk mengelola dan membaca dinamika sinema dalam topik yang luas dan beragam, misalnya: sinema dan politik, sinema dan sejarah, sinema dan gender, sinema dan kota, dan lain sebagainya.

Pada hari Jum’at lalu (26/05/2017), KDM melaksanakan pemutaran dan diskusi film edisi ke-16. KDM #16 diselenggarakan di Jogja Village Inn atas kerjasama KDM 2017 dengan hotel tersebut. Slot pertama KDM #16 dijadwalkan mulai pada pukul 18.15 WIB. Beberapa penonton terlihat sudah memadati venue sekitar 15 menit sebelum pemutaran dimulai. Setelah jumlah kuota penonton dirasa cukup, panitia kemudian memutarkan tiga film di slot 1, yaitu: Pekak; Semalam, Anak Kita Pulang; dan Xiao De.

Dinamika Menonton pada Slot 1

Film pertama yang diputar pada Slot 1 adalah Pekak. Film karya Jaka Wiradinata ini bercerita tentang seorang ibu rumah tangga sekaligus buruh yang hendak demo menuntut kenaikan upah. Pada pagi sebelum ia berangkat berunjuk rasa, si ibu rumah tangga tersebut dihadapkan pada beberapa permasalahan di keluarganya. Film selanjutnya adalah Semalam, Anak Kita Pulang garapan Adi Marsono. Film ini menceritakan imajinasi seorang ibu yang melihat anaknya kembali ke rumah, akan tetapi faktanya anak tersebut tidak kunjung pulang. Xiao De menjadi film terakhir yang menutup rangkaian pemutaran pada Slot 1. Film yang disutradarai oleh Daniel Victor ini bercerita tentang tekanan dalam keluarga yang dihadapi oleh si anak bungsu karena selalu dibanding-bandingkan dengan kakak-kakaknya. Ketiga film tersebut sukses membuat sekitar 63 penonton fokus dan menghayati apa yang disajikan oleh ketiga sutradara tersebut lewat karya mereka.

Dinamika Diskusi pada Slot 1

Seperti biasa, sesi pemutaran kemudian disusul dengan sesi diskusi. Diskusi kali ini dipandu oleh Reza Fahriyansayah selaku moderator, dengan Daniel Victor dan Adi Marsono hadir sebagai narasumber film masing-masing. Sesi diskusi dibuka dengan pertanyaan yang dilempar oleh moderator kepada masing-masing filmmaker terkait dengan ide kreatif yang mendasari produksi film mereka.

Daniel mengatakan latar belakang film Xiao De berasal dari keresahan dirinya terhadap adik kandungnya yang selalu dibanding-bandikan dengan saudaranya yang lebih tua, termasuk Daniel. Oleh keluarganya, adik Daniel dinilai tidak pernah melakukan sesuatu yang lebih daripada kakaknya. Sementara itu, Daniel sendiri merasa tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya, misalnya ketika Daniel dibangga-banggakan di depan adiknya. Berangkat dari keresahan itulah Daniel kemudian membuat film Xiao De. Sedangkan ide film Semalam, Anak Kita Pulang menurut Adi dipantik dari campuran antara kenangan, kerinduan, dan kesepian. Ide film tersebut muncul secara tiba-tiba ketika membaca beberapa berita mengenai TKI yang meninggal di luar negeri.

Selanjutnya moderator membuka sesi tanya jawab agar penonton dapat memberikan respon terhadap film yang baru saja diputar. Suluh Pamuji selaku penonton dan juru program KDM menyatakan permintaan maaf karena saat film Xiao De diputar, adegan setelah credit title tidak sengaja terpotong. Suluh kemudian bertanya pada Adi dan Daniel terkait dengan tempo film yang lambat dan adegan long shot karena menurutnya hal itu dirasa sangat homogen dalam film festival. Ia juga mempertanyakan keberpulangan dalam kedua film tersebut lebih mengarah kemana, untuk membuat penonton bosan atau adakah penekanan khusus yang hendak disampaikan film.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Adi mengatakan bahwa penonton memang harus merasakan apa yang dialami seorang ibu ketika menunggu anaknya. Daniel memberi tanggapan terkait scene setelah credit title sebagai representasi bentuk kebebasan si karakter untuk mengungkapkan perasaannya. Sedangkan untuk tempo yang lambat, Daniel mengatakan bahwa ia juga ingin penonton merasakan apa yang dirasakan oleh karakter di dalam filmnya.

Setelah sesi pemutaran dan diskusi pada Slot 1 rampung, acara dilanjutkan dengan pemutaran pada Slot 2 yang dimulai pada pukul 20.15 WIB. Pada pemutaran di sesi kedua ini, jumlah penonton bertambah menjadi 83 orang. Adapun film yang diputar pada slot 2 adalah Ruah, Happy Family, dan Kleang Kabur Kanginan.

Dinamika Menonton pada Slot 2

Sesi pemutaran pada Slot 2 dimulai dengan film Ruah karya Makbul Mubarak yang bercerita tentang poligami yang dilakukan oleh seorang pria. Menyusul setelah Ruah adalah film karya Eden Junjung yang berjudul Happy Family. Film ini bercerita tentang seorang pengurus masjid di Indramayu yang merindukan anak gadisnya yang bekerja di Yogyakarta. Diketahui selanjutnya bahwa anak yang dimaksud berprofesi sebagai pekerja seks komersial di Yogyakarta. Sesi pemutaran pada Slot 2 diakhiri dengan film Kleang Kabur Kanginan yang disutradarai oleh Riyanto Tan Ageraha. Film tersebut bercerita tentang keluarga yang sedang menunggu kabar dari anaknya di perantauan. Meskipun tempat sudah terisi penuh―bahkan beberapa di antaranya harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk―namun penonton menikmati ketiga film yang disajikan di Slot 2.

Dinamika Diskusi pada Slot 2

Sesi diskusi pada Slot 2 dipandu oleh Agni Tirta selaku moderator bersama dengan Eden Junjung, Arya Sweta (co-produser Ruah) dan Riyanto Tan selaku narasumber untuk ketiga film. Ide kreatif masing-masing film kembali menjadi pertanyaan pemantik dalam diskusi tersebut. Eden mengatakan ide cerita Happy Family terinspirasi dari cerita di sekitar tempat tinggal Eden yang memang banyak tersebar tempat prostitusi berkedok salon dan panti pijat. Dari situlah Eden merasa ada yang harus diangkat dan diungkapkan ke dalam bahasa audio-visual. Untuk film Ruah, Arya menuturkan bahwa proses kreatif film tersebut lebih banyak dilakukan oleh Bayu Prihantoro dan Makbul Mubarak. Lebih lanjut, Arya menegaskan bahwa film tersebut lebih menekankan pada isu perempuan dan budaya Jawa yang dibungkus dengan komedi satir. Riyanto mengungkapkan ide pembuatan film Kleang Kabur Kanginan diinspirasi dari anak-anak perantauan yang magang di Lookout Picture―rumah produksi tempat Riyanto berproses secara kreatif. Baginya, kecintaan terhadap lingkungan sekitar dirasa telah berkurang dan orang cenderung lebih cinta dengan ilmu pengetahuan dan menganggap bertani terkesan sebagai profesi yang lebih rendah.

Moderator kemudian melanjutkan diskusi lewat pertanyaan yang ditujukan kepada Riyanto terkait dengan sasaran film Kleang Kabur Kanginan, apakah lebih condong ke arah si ayah atau anak. Riyanto menegaskan bahwa film tersebut lebih condong ke anak, karena posisinya sendiri sebagai anak. Lebih lanjut Riyanto menyatakan bahwa karakter Ayah terinspirasi dari sosok ayahnya sendiri. Ia pun mengungkapkan bahwa film Kleang Kabur Kanginan dipersembahkan untuk ayahnya sebagai bentuk pembayaran atas kedurhakaannya. Mendengar respon tersebut, suasana diskusi menjadi lebih cair diiringi tepuk tangan yang datang dari penonton.

Daniel selaku penonton mengutarakan pertanyaannya terkait dengan judul film Happy Family. Menurutnya, ia tidak menemukan adanya gambaran keluarga yang bahagia dalam film tersebut. Eden menanggapinya dengan pernyataan bahwa salah satu tujuan pembuatan film Happy Family adalah untuk mengajak penonton mempertanyakan kembali makna kata “bahagia”, apa saja yang bisa dilabeli dengan kata “bahagia”, dan makna kebahagiaan itu sendiri.

Empat puluh lima menit waktu diskusi pun berakhir ditandai dengan tepuk tangan yang meriah oleh penonton dan dilanjutkan dengan foto bersama, secara keseluruhan KDM #16 berjalan lancar tanpa gangguan yang signifikan.

Baca semua laporan naratif Klub DIY yang terunggah pada infoscreening.co di halaman ini.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top