Berita

Laporan Naratif KDM #17: Tentang Pesantren dan Bulan Suci

Oleh Adi Rosidi Pandega

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam sedunia. Bulan yang penuh berkah tersebut tidak disia-siakan oleh Klub DIY Menonton (KDM). Pada hari Juma’t (02/06/2017), KDM melaksanakan program KDM #17 dengan sedikit berbeda. Selain diisi dengan pemutaran film dan diskusi, KDM #17 juga mengadakan penggalangan dana. Hasil donasinya sendiri akan disumbangkan ke panti asuhan pada penyelenggaraan program KDM berikutnya (KDM #18). Film yang diputar di KDM #17 adalah film dokumenter karya Yuda Kurniawan yang berjudul Jalan Dakwah Pesantren. Lokasi pemutaran KDM #17 kali ini bertempat di Loop Station, Jl Trikora no 2, Yogyakarta.

Acara pemutaran KDM #17 dimulai sedikit malam karena menunggu para penonton selesai melaksanakan shalat tarawih. Yuda Kurniawan telah tiba di lokasi pemutaran pada pukul 19.00 WIB. Sembari menunggu pemutaran dimulai, beliau berbincang dengan kawan-kawan panitia. Tepat pukul 20.00 WIB film dimulai.

Dinamika Pemutaran dan Diskusi

 Penonton terlihat mengikuti jalannya pemutaran film dengan antusiasme tinggi namun tetap santai walaupun kali ini KDM hanya memutar satu film, bahkan mereka bertahan sampai diskusi usai. Setelah film selesai diputar, acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Suluh Pamuji sebagai moderator.

Suluh membuka diskusi dengan pertanyaan tentang sudut pandang dan tema film dokumenter Jalan Dakwah Pesantren.  Menurut Yudha, “film ini sebetulnya berawal dari sering nongkrong di NU, latar belakang saya besar di lingkungan NU, kuliah di Muhamadiyah. Cerita film ini berawal dari mas Hamzah yang notabene adalah pembuat buku ensklopedia NU. Lalu Hamzah dan saya berpikir untuk membuat dokumenter pesantren, karena sejarah pesantren itu jauh sebelum Belanda masuk. Dari situ kemudian dengan modal nekat saya dan Hamzah mengerjakan dokumenter tersebut”.

Diskusi pun mulai hangat ketika sebagian penonton mulai berpartisipasi dalam diskusi, beberapa di antaranya adalah anak pesantren yang ingin bernostalgia dengan lewat film Jalan Dakwah Pesantren. Salah satunya adalah Mamad Anggoro dari AfterTake. Menurut Mamad, “film ini seperti nostalgia bagi saya, karena saya berasal dari pesantren”. Menurutnya, film ini sangat penting diputar di berbagai tempat, karena akhir-akhir ini banyak isu yang tidak baik tentang Islam karena pertentangan paham. Dinginnya malam dan membuat suasana diskusi menjadi semakin hangat dan santai. Meskipun penonton pada KDM kali ini tidak sampai memenuhi ruangan, namun diskusi selama satu jam tersebut semakin menarik.

Suluh kemudian bertanya lagi kepada Yudha terkait dengan respon penonton mengenai film ini. ”Ketika diputar di berbagai forum kampus dengan latar belakang organisasi yang berbeda, sedikit menimbulkan pertengangan juga, kaitannya dengan sudut pandang NU di film Jalan Dakwah Pesantren. Film ini sebenarnya membawa misi dan sedikit memberi gambaran bagaimana Pesantren. Film ini adalah keresahan saya, bagimana Islam itu menjadi terkotak-kotak dalam kondisi sekarang ini. Film ini menjelaskan bagaimana cara pesantren berdakwah dan cara dakwah menggunakan cara Walisongo. Dalam jalan dakwahnya, Pesantren tidak menggunakan kekerasan,” jawab Yudha.

Tak lama kemudian Andi Budrah dari Surabaya bertanya kepada Yudha, “kenapa dalam pembuatan film ini narasumbernya tidak menggunakan para santrinya namun lebih memakai perspektif para tokoh-tokoh NU?”. Yudha Kurniawan menjawab, “sebenarnya di film ini saya meng-interview santri, namun tidak saya pasang di film ini karena para santri jawabannya monoton. Tidak ada jawaban yang komperhensif. Saya maunya durasi [film] pendek dan penonton langsung menangkap maksud tujuan film ini.”

Kotak amal yang diputarkan oleh Wimba sudah terisi oleh sumbangan penonton dan diskusi pun diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah. Raut wajah penonton tampak puas dengan acara pemutaran, diskusi, dan amal yang diselenggarakan KDM kali ini. Para penonton mungkin tidak begitu menyadari bahwa film yang hanya berdurasi 30 menit bisa membuahkan diskusi selama satu jam.

Mengenai Klub DIY Menonton (KDM)

Klub DIY Menonton (KDM) adalah program pemutaran dan diskusi yang dilaksanakan pertama kali pada Maret 2016. KDM memosisikan diri sebagai program pemutaran dan diskusi yang berlangsung secara berkesinambungan, selaras dengan slogan dan seruan KDM: Durabilty! Sustanbility! Long Live Alternate Screening! Tahun 2017 merupakan tahun kedua KDM menyelenggarakan program pemutaran dan diskusi film. Tahun ini KDM kembali didukung oleh Seksi Perfilman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta serta dikelola secara kolaboratif oleh SAAP – Think & Create, Paguyuban Filmmaker Jogja, dan Yuk Nonton!!!

Tema besar yang menjadi payung program pemutaran KDM tahun 2017 adalah “Sinema & Konteksnya”. Tema tersebut dipilih karena relatif fleksibel untuk mengelola dan membaca dinamika sinema dalam topik yang luas dan beragam, misalnya: sinema dan politik, sinema dan sejarah, sinema dan gender, sinema dan kota, dan lain sebagainya.

Laporan naratif KDM lainnya di situs infoscreening.co dapat dibaca di halaman ini.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top