Berita

Laporan Naratif KDM #22 : Kolaborasi yang Menyenangkan dengan ICPSFF

Dari press release

KDM #22 kembali hadir di Loopstation Yogyakarta pada hari Jumat, 15 September 2107. Kali ini sedikit berbeda dari edisi sebelumnya, KDM #22 berkerja sama dengan ICPSFF (International Changing Perspective Short Film Festival), sebuah festival film pendek dari Turki. Pada pemutaran KDM #22, empat film dari ICPSFF dikolaborasikan dengan empat film pilihan KDM.

KDM #22 X ICPSFF coba menampilkan sinema yang mampu menawarkan tema dalam kapasitas sinema sebagai medium cerita, tanpa melupakan sinema sebagai medium yang mampu menyihir kita dengan sensasinya. ‘Narasi yang Lain’ sebagi tajuk KDM #22 X ICPSFF kurang lebih bisa dimengerti dalam dua lapis tawaran tersebut: narasi dan sensasi.

Acara dimulai lebih awal dari biasanya. Pukul 18.30 WIB penonton sudah mulai memadati area Loopstation. Animo penonton kali ini lebih banyak dari biasanya, tercatat total penonton mencapai angka 190 orang.

Pemutaran Slot 1

  1. THE AGE OF REASON karya Mathilde Petit

Di dunia Pablo, setiap warga negara memilih karier mereka pada usia tujuh tahun―dengan konsekuensi yang mendatangkan malapetaka bagi orang lain. Pablo dan teman-temannya memutuskan untuk menanggung sendiri konsekuensi tersebut.

  1. PENTAS TERAKHIR karya Triyanto “Genthong” Hapsoro

Seorang seniman ketoprak, Parjan, dan anaknya, Wantun, diciduk oleh tentara dan dimasukkan ke penjara, karena organisasi kesenian ketopraknya dituduh berafiliasi dengan Lekra. Parjan berbohong pada Wantun, bahwa kepergian mereka adalah untuk pentas. Selang beberapa waktu, kepala sipir mengabarkan bahwa Parjan masuk ke daftar orang yang akan dibuang ke luar kota. Bagaimanakah cara Parjan memberitahu Wantun dan apa yang terjadi dengan Wantun kemudian?

  1. UNLINK karya Raphael Toth

Kita hidup di zaman yang dikelilingi oleh layar. Hampir semuanya digital, tersambung satu sama lain, dan sangat dibutuhkan. Lari pagi nyaris selalu dilakukan dengan headphones yang bertengger di telinga, ponsel pintar pun mencuri hampir seluruh waktu santai kita. Masyarakat modern kita sudah kecanduan media sosial, likes lebih berharga dan orang lain dapat dengan mudah “digeser”.

  1. KREMUN karya Wisnu Kusuma

Diman, seorang anak tukang cuci keliling, dibuat bingung oleh mesin cuci yang baru saja memasuki desanya hingga membuat ibunya kehilangan pekerjaan. Karjo, teman dekat Diman, senantiasa mengikuti kebingungan kawannya dan mencoba mengajaknya agar dapat menerima hal itu.

Diskusi Slot 1

Agni Tirta dan Reza Fahriansyah didaulat untuk menjadi moderator. Ketika Reza membuka sesi tanya-jawab, beberapa dari penonton antusias untuk bertanya kepada narasumber yang malam itu terdiri dari Triyanto “Genthong” Hapsoro (sutradara Pentas Terakhir), Suyit (aktor Pentas Terakhir), dan Wisnu (sutradara Kremun). Meila (UNY) bertanya kenapa film Pentas Terakhir bisa didanai oleh pemerintah padahal film ini isunya sensitif. “Jika teman-teman rasakan, yang menonjol di film ini adalah ketoprak, kasih sayang dan kemanusiaan. Peristiwa politik waktu itu hanya menjadi latar di film ini. Proses pembuatan film ini pun harus dipresentasikan dahulu kepada kurator dan harus melalui pertimbangan bahwa konten di film ini tentang kemanusiaan,” jawab Triyanto “Genthong” Hapsoro, sutradara film Pentas Terakhir.

Beberapa penonton penasaran dengan judul film Kremun, bahkan ada dua orang yang menanyakan soal kata ‘kremun’. “Kenapa mas Wisnu selaku sutradara memilih kata ‘kremun’ sebagai judul film?” tanya Rifina dari UNY. “Jadi, ‘kremun’ adalah posisi tanggung antara panas dan akan hujan. Singkatnya, posisi alam ketika lagi tanggung. Karakter di film juga seperti itu, antara menerima atau tidak. Kata ‘kremun’ ada unsur alamnya juga, karena yang memenangkan  masalah di cerita film ini adalah alam,” jawab Wisnu.

Sekitar pukul 20.30 WIB sesi diskusi Slot 1 ditutup dengan tepuk tangan meriah dari penonton dan diakhiri dengan foto bersama untuk dokumentasi. Penonton kemudian dipersilakan untuk menikmati cemilan sembari menunggu Slot 2 dimulai. Pemutaran pada Slot 2 dimulai sekitar pukul 20.40 WIB.

Pemutaran Slot 2

  1. THE YARN karya Gokce Pehilivanoglu

Pasangan Yunani-Turki dan seorang anak perempuan mereka―yang memilih untuk hidup menyatu dengan alam―bepergian menggunakan mobil karavan di sepanjang pesisir Laut Aegea. Kali ini, perjalanan mereka berakhir dengan sebuah renungan tentang kisah yang diceritakan oleh pasangan tersebut pada si anak perempuan.

  1. RODA PANTURA karya Hizkia Subiyanto

Di tengah krisis ekonomi tahun 1998, seorang supir truk berjuang menghidupi keluarganya. Di tengah pekerjaannya yang penuh tekanan, ia terjebak gaya hidup yang lekat dengan minuman keras, perjudian, bahkan prostitusi.

  1. HAPPYMAN karya Sergey Tsyss

Seorang laki-laki yang bahagia―ia adalah orang pertama yang membangun sekelompok rumah sederhana di Rusia―bermimpi untuk melakukan perjalanan panjang menggunakan sebuah mobil yang menarik serta rumah buatannya sendiri.

  1. MUBAZIR karya Arie Surastio

Di sudut perkampungan kota, seorang ayah merasa kehilangan segalanya. Ia lalu bertemu dan melawan seorang martir dari kelompok teror.

Diskusi Slot 2

Diskusi Slot 2 kembali dimoderatori oleh Reza dan Agni. Mereka mempersilahkan narasumber yang sudah hadir, yaitu Hizkia (sutradara Roda Pantura) dan Cony (produser Roda Pantura) serta Jati (asisten sutradara Mubazir).

Sesi tanya jawab dibuka dengan pertanyaan dari Nadia (UI), “Kenapa mas Hizkia tertarik mengangkat kehidupan Pantura di film Roda Pantura?”. Hizkia kemudian menjawab, “Sebenarnya ini based on memori saya. Saya pernah tinggal di Pantura tahun 1998. Film ini dibuat untuk kompetisi dengan tema perjalanan dan saya ingin membuat animasi yang berbeda dengan animasi dari negara Eropa, Jepang, dan Amerika. Film ini saya ikutkan pitching di salah satu festival animasi.”

Pertanyaan kedua datang dari Lidia Novianti (Paguyuban Filmmaker Jogja), “Saat karakter utama dalam film Mubazir ditanya ‘kemana istrimu?’ dan dijawab dengan ‘mati’, lalu sang teroris menimpali ‘mungkin istrimu masuk surga’, seakan sang teroris tahu bahwa istri karakter utama dalam film Mubazir telah mati terkena bom. Yang ingin saya tanyakan kenapa teroris bisa tahu? Padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.”

“Sebenarnya teroris itu juga tidak mengetahui bahwa istri karakter utama masuk surga. Namun si teroris menekankan bahwa jika sang karakter utama ingin menyusul istrinya mati dengan cara bunuh diri maka ia akan masuk neraka, jadi mereka tidak akan bertemu,” jawab Jati.

Adapun untuk film ICPSFF, meski malam itu tidak ada perwakilan dari ICPSFF, penonton tidak kehilangan antusiasmenya untuk mengapresiasi film yang ditayangkan. Ketika menonton film-film ICPSFF, beberapa penonton tampak menikmati film yang dipilih dari ICPSFF 2017. “Aku suka film di ICPSFF karena film-film tersebut ringan tapi bisa memberikan pandangan baru. Secara keseluruhan film-film dari ICPSFF menyenangkan,” ungkap Eka, salah satu penonton KDM #22 X ICPSFF. Nadia, penonton yang berasal dari UI menganggap ICPSFF menghadirkan pilihan film yang tidak biasa. Menurutnya, dia menyukai penyampaian ide cerita yang tidak biasa dalam film The Age of Reason. Film tersebut menurutnya cukup unik dengan narasi yang fokus pada anak-anak yang terpaksa memilih pekerjaan pada usia 7 tahun. Lain halnya dengan film The Yarn, menurut Nadia, film ini menyuguhkan pemandangan yang indah dan menghibur. Ia merasa senang karena film-film ICPSFF cukup memberi inspirasi. Pengalaman menonton yang menyenangkan juga dirasakan oleh Vava, penonton dari UPN. Menurutnya jarang ada pemutaran film yang berkolaborasi dengan festival film dari luar negeri. Kolaborasi tersebut memungkinkan ia dan penonton lain seakan-akan piknik ke tempat lain hanya dengan menonton film. Vava berharap bahwa tahun depan akan ada kolaborasi lain dari KDM dan ICPSFF maupun dengan festival film dari luar negeri lainnya.

Acara KDM #22 X ICPSFF ditutup bersamaan dengan berakhirnya diskusi Slot 2 pukul 22.30 WIB. Acara kali ini berlangsung meriah dengan animo penonton yang besar serta diskusi yang interaktif.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top