Memasuki perhelatannya yang ke-3, Madani Film Festival tahun ini mengusung tema besar Re(Dis)covery. Tema ini disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan secara virtual Selasa lalu (17/11). Menurut Inaya Wahid selaku Festival Board Madani Film Festival, tema ini dipilih untuk mengajak memaknai ulang bahwa betapa kaya dan beragamnya keislaman di Indonesia dan dunia. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, menurut Inaya, kita bisa rehat sejenak dan memaknai kembali apa yang telah berlalu. Harapannya dengan rehat ini, bisa membantu pemulihan dan menemukan kembali diri kita dan arti keberagamaan.
Madani Film Festival 2020 akan dihelat 20 November-4 Desember. Hal lain yang membuat festival ini berbeda dari tahun sebelumnya adalah seluruh program akan diselenggarakan secara daring. Sugar Nadia selaku Festival Director memaparkan program-program yang ada tahun ini yaitu Fokus: Rhoma Irama “Gitar dan Dakwah”, Panorama: Iran, Madani Classic, East Cinema: Filming Afghanistan, Telisik Film Dakwah/Islam, Relaksasi Beragama, Madani Short, dan Kineforum Punya Kelas.
Rhoma Irama dan Film
Semua program yang ditawarkan sangat menarik, namun setidaknya ada dua yang akan sayang sekali untuk dilewatkan. Pertama adalah program Fokus: Rhoma Irama “Gitar dan Dakwah”. Hikmat Darmawan selaku Festival Board dan Kritikus Film menyebut “Film-film Rhoma Irama di Indonesia pada masanya, tahun 70-an dan 80-an sudah bagaikan subgenre tersendiri. Jadi, bukan hanya subgenre film dakwah, tapi sudah jadi film Rhoma Irama”.
“Nah, sering kali posisi pentingnya dalam perfilman, baik dari sisi industri dan capaian estetiknya itu tidak dibahas dan dikaji” tambah Hikmat.
Selain memutar film-film Rhoma Irama yang dianggap punya capaian artistik dan pesan yang menarik. Program ini juga akan berisi diskusi yang menghadirkan Andrew Weintraub, seorang etnomusikolog dan antropolog yang punya perhatian pada musik dangdut dan Rhoma Irama. Lalu ada kritikus film Eric Sasono, serta ada pula Quirine van Heeren, seorang peneliti yang akan memperkaya diskusi dari perspektif relasi antara film dan negara di masa Orde Baru.
Mengintip Afghanistan dan Filmnya
Program menarik kedua, akan ada fokus pada film-film Afghanistan yang dikuratori oleh Sofia Setyorini, pendiri dan programmer East Cinema. Sutradara muda Jalal Rouhani pun akan ikut berpartisipasi untuk berbagi soal Afghanistan dan kondisi perfilmannya.
“Salah satu teman saya pernah bilang, kalau kamu keluar rumah, kamu tidak akan pernah tau apakah akan kembali atau tidak. Jadi dengan memutuskan untuk menjadi filmmaker, membawa kamera, itu sudah sangat berisiko” ungkap Sofia berbagi soal kondisi di Afghanistan.
Baca juga: Mencari Film Madani Bersama Ekky Imanjaya
Tentunya program-program lain pun tak kalah menarik di Madani Film Festival 2020. Keseluruhan program beserta detailnya sudah dapat dilihat di situs Madani Film Festival. Seperti yang diungkap Lisabona Rahman, salah satu programmer Madani Film Festival, festival ini diharapkan dapat memberi gambaran bahwa masalah tiap warga dan komunitas muslim di berbagai belahan dunia tidaklah sama, tetapi sangat beragam. Semoga Madani Film Festival tahun ini dapat menangkapnya dan menjadi bahan refleksi bersama.