Artikel

Mengenal Bioskop Sonobudoyo, Ruang Putar Alternatif di Yogyakarta

Tulisan merupakan bagian dari program apprenticeship Infoscreening

Awal Maret Kota Yogyakarta diliputi cuaca cerah. Hary, seorang guru bahasa asing di Yogyakarta menerima ajakan temannya untuk menonton di Bioskop Sonobudoyo. Di sela kesibukannya mengajar dan menjalani rutinitas harian, rasanya mengunjungi sebuah bioskop alternatif adalah pilihan yang menyenangkan.

Film yang akan mereka lihat adalah Di Kaliurang dan Bawang Kembar, film dokumenter serta animasi buatan sineas Yogyakarta. Hary dan kawannya memutuskan datang di jam pemutaran pukul 16.00 WIB. Laki-laki berusia 27 tahun itu mengaku belum pernah datang ke bioskop tersebut sebelumnya.

Bioskop Sonobudoyo berada di jantung kota Yogyakarta sehingga tak sulit ditemukan. Tempat pemutaran film ini menempati bangunan bercorak Indis bekas kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY. Meski lokasinya strategis, Hary dan temannya datang terlambat sore itu. Mereka pun bergegas jalan kaki sejauh 100 meter menuju Bioskop Sonobudoyo dari tempat parkir untuk mengejar pemutaran.

Sesampainya di sana, Hary dan kawannya diminta mengisi daftar pengunjung oleh petugas bioskop. Petugas juga meminta mereka melepas sepatu agar bisa dititipkan dan menggantinya dengan selop batik. Hari dan kawannya lantas masuk ke teater Bioskop Sonobudoyo setelah mendapatkan nomor penitipan barang. Udara sejuk dari pendingin ruangan pemutaran film menyapu kulit. Lampu telah mati, film sudah diputar. Mereka langsung mencari tempat duduk lalu menonton.

Mengenal Bioskop Sonobudoyo

Hary mengatakan dirinya tertarik menonton di Bioskop Sonobudoyo karena ingin tahu. Sejauh yang ia perhatikan, pemutaran film-film alternatif di Yogyakarta biasanya diadakan di tempat seperti kafe.

“Saya tahu Bioskop Sonobudoyo sejak tahun 2019. Selain karena diajak teman, saya juga penasaran seperti apa bioskopnya. Karena di Jogja kan rata-kata pemutaran film diadakannya di kafe bukan di bioskop kecil yang proper begitu,” ujarnya pada Senin (30/3).

Menurut Hary, Bioskop Sonobudoyo menyediakan fasilitas yang mendukung sehingga ia merasa nyaman saat menonton. Layar memadai, bagusnya pengeras suara, serta tempat duduk ala teater bioskop membuat pengalaman menonton menjadi menyenangkan.

Fasilitas tersebut, kata Budi Husada, memang diusahakan ada setelah ia dan Kepala Museum Sonobudoyo Setiawan Sahli memutuskan mendirikan Bioskop Sonobudoyo. Kepala Seksi Bimbingan Informasi dan Preparasi Museum Sonobudoyo itu mengatakan bioskop dibuka tahun 2019 karena beberapa alasan.

“Saya dan Kepala Museum merasa sayang ketika melihat ruangan teater bioskop ini dulu tidak dipakai. Terus kami melihat data koleksi museum. Ternyata kami punya film dan saya tahu Dinas Kebudayaan DIY juga mendanai produksi film. Kami juga mau menyampaikan kalau gambaran sebuah daerah bisa diketahui dari museum, termasuk lewat film-film yang diputar,” jelasnya pada Rabu (18/3) lalu.

Budi pun menjelaskan Museum Sonobudoyo memiliki koleksi 50 hingga 70 film dokumenter tentang Yogyakarta. Selain itu, Dinas Kebudayaan DIY selaku Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menaungi Museum Sonobudoyo mendanai produksi empat hingga lima film tiap tahun sejak 2013. Film-film inilah yang bakal jadi tontonan pengunjung yang datang ke bioskop.

Baca juga: Gaduh Revitalisasi TIM dan Nasib Ruang Putar Kita

Soal pemilihan film, Budi menyerahkannya kepada penonton. Ia menjelaskan saat ini setiap hari Rabu diputar film dokumenter. Di luar hari itu, pengunjung bisa melihat karya-karya sineas dari Yogyakarta. Bioskop Sonobudoyo buka mulai pukul 16.00 hingga 21.00. Ada empat kali sesi pemutaran film yakni pukul 16.00, 17.00, 19.00, dan 20.00 yang masing-masing berlangsung selama 40 menit.

“Jadi pasar yang menentukan film mana yang diputar kemudian dianalisis. Dulu 20 menit pertama diputar film dokumenter lalu 20 menit kedua film produksi dinas. Tapi tahun 2020 ini ganti menjadi film dokumenter di hari Rabu lalu sisanya film dari dinas setelah diadakan evaluasi,” katanya.

Pentingnya Terjemahan

Ke depan, Budi berharap semakin banyak pengunjung yang betah menonton di Bioskop Sonobudoyo. Salah satu hal yang menurutnya bisa membuat penonton nyaman kala melihat film adalah ketersediaan terjemahan atau subtitle.

“Kami cukup ada masalah dengan fitur terjemahan. Ketika film menggunakan bahasa dan dialek Jawa Jogja itu kan penontonnya tidak semua mengerti. Kami harus menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Nah, ternyata yang duduk di sini ada orang asing. Makanya kami menyampaikan ke teman-teman Dinas Kebudayaan agar film yang diproduksi ditambahkan subtitle,” jelasnya.

Pengunjung, kata Budi, tidak dipungut biaya saat menikmati film-film alternatif di Bioskop Sonobudoyo. Ia menjelaskan teater bioskop ini bisa menampung sampai 42 penonton.

Soal jam operasional, Bioskop Sonobudoyo buka setiap hari kecuali saat malam takbiran dan hari pertama Idul Fitri. Tapi bioskop saat ini tutup sementara sampai akhir bulan Maret untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Jika situasi membaik dan kamu ingin menonton film alternatif dari Yogyakarta, jangan lupa mampir ke bioskop ini ya!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top