Berita

Minikino Mempresentasikan Sinema Inklusif di Festival Film Pendek Internasional Clermont-Ferrand

Sumber: press release Minikino

Clermont-Ferrand, Prancis. Clermont – Ferrand Short Film Festival merupakan ajang bergengsi yang dikenal sebagai acara internasional terbesar untuk kategori film pendek. Di perhelatan inilah,  Fransiska Prihadi, Direktur Program Minikino, dan Saffira Nusa Dewi, Junior Programmer dan Audio Description Koordinator, hadir untuk mewakili Minikino. Selain sebagai ajang festival, Clermont – Ferrand juga merupakan tempat pertemuan global tahunan The Short Film Conference, yang tahun ini menyediakan platform untuk advkasi inklusivitas di dunia festival film.

Mewakili Minikino di Clermont – Ferrand Short Film Festival, Fransiska dan Saffira berkesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi panel bertajuk “INCLUSIVE CINEMA”. Tujuan dari sesi ini adalah untuk membahas praktik festival film pendek yang lebih inklusif supaya bisa diakses semua orang, termasuk penonton berkebutuhan khusus atau disabilitas. Topik panel yang diselenggarakan oleh Short Film Conference (SFC) sebagai rangkaian Short Film Market Clermont-Ferrand International Short Film Festival, dipilih oleh para member dari berbagai stakeholder di industri film pendek. Dalam diskusi tersebut, seluruh panelis berkesempatan mempresentasikan apa saja hambatan yang dialami penonton disabilitas dalam menikmati festival film. Selain itu, mereka juga bisa berbagi pengalaman aksi dan strategi yang pernah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Panel diskusi berlangsung pada 5 Februari 2024 lalu, dimulai tepat pada jam 14:30 waktu setempat di gedung Short Film Market Forum.

Panelis lain yang turut duduk bersama Saffira Nusa Dewi (Minikino Film Week, Indonesia), diantaranya adalah Adrian Barber (Bolton International Film Festival, Inggris), Gabrielė Cegialytė (Vilnius Short Film festival, Lituania), Mark Prebble (Show Me Shorts, Selandia Baru) dan Deborah Williams (FWD-Doc, USA).  Dalam kesempatan berharga ini, Minikino berbagi pengalaman tentang upaya yang telah dilakukan dalam memberdayakan komunitas disabilitas netra dan Tuli di Bali, Indonesia. Selama tujuh tahun terakhir Minikino telah terlibat aktif dalam mendorong terjadinya ruang dan peluang inklusif bagi komunitas-komunitas disabilitas tersebut, baik dalam pemutaran film maupun kegiatan-kegiatan terkait di balik layar.

Saffira juga menyoroti inisiatif yang dilakukan Minikino Film Week, seperti menekankan komitmen organisasi dalam melibatkan dan memberdayakan penyandang disabilitas. Mulai dari memberikan deskripsi audio untuk penonton disabilitas netra, hingga menerapkan strategi bagi penyandang Tuli, Minikino telah menetapkan tolok ukur inklusivitas dalam industri film Indonesia dan mendorongnya ke tahap yang lebih lanjut.

Tantangan yang dihadapi seluruh panelis mempunyai spektrum yang luas dan tidak terlepas dengan situasi dan kondisi ekonomi, sosial dan politik setiap negara. Kebanyakan di antaranya berkisar pada investasi finansial yang signifikan. Dalam upaya memastikan aksesibilitas, mereka sering kali harus berhadapan dengan kebutuhan biaya produksi yang tinggi dan sumber daya lebih berlipat banyaknya. Sumber daya ini melampaui pertimbangan finansial, dan menuntut perhatian hingga ke hal – hal yang rinci dan detail. Misalnya, penyediaan fasilitas khusus di ruang teater untuk kursi roda, penunjuk arah yang ramah untuk disabilitas netra, bahkan sampai penerapan format promosi acara yang mudah diakses penyandang disabilitas. Isu – isu tersebut menjadi aspek penting yang disorot selama diskusi.

Lebih jauh lagi, panel ini menggali pentingnya desain situs web festival yang lebih ramah terhadap penyandang tunanetra. Perancangan situs web festival dengan fitur-fitur yang disesuaikan guna mengakomodir kebutuhan penyandang tunanetra menjadi salah satu topik diskusi hangat di dalam panel tersebut. Topik tentang desain situs web festival yang ramah disabilitas, menggarisbawahi pentingnya platform digital inklusif untuk meningkatkan aksesibilitas secara holistik bagi kaum disabilitas.

Diskusi panel dimoderatori oleh Fransiska yang saat ini juga menjabat sebagai satu pengurus inti di dalam The Short Film Conference (https://www.shortfilmconference.com/contact). Fransiska menggarisbawahi pentingnya melibatkan beragam komunitas dalam pembicaraan tentang inklusivitas sejak awal. Dengan mengatasi tantangan seperti aksesibilitas tempat dan memanfaatkan teknologi seperti teks tertulis dan deskripsi audio, festival dapat meningkatkan inklusivitasnya dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Partisipasi Fransiska dan Saffira dalam forum internasional ini merupakan wujud dedikasi Minikino dalam mempromosikan praktik sinema inklusif, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di arena global. Kehadiran mereka di Festival Film Pendek Clermont-Ferrand menjadi bukti langkah kemajuan Indonesia dalam menciptakan lanskap film yang lebih inklusif dan beragam.

Edo Wulia sebagai Direktur Festival Minikino FIlm Week turut menyampaikan dari Bali, “Semoga perjuangan Minikino untuk inklusivitas bisa menginspirasi banyak pihak.”, lanjutnya, 

”Kami sudah pasti memerlukan sinergi yang baik dengan pemerintah, masyarakat, bahkan dengan kelompok disabilitas ini sendiri, untuk terus mendorong inklusivitas di sektor seni, informasi dan hiburan”.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top