Bagi orang Indonesia, menonton di ruang terbuka bukanlah hal yang baru. Sejak dulu, istilah “layar tancap” terasa akrab di telinga. Layar tancap atau bioskop keliling menjadi primadona di era 70 – 90an. Di setiap hajatan seantero tanah air, layar tancap kerap menjadi hiburan rakyat. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan bioskop di kota besar, popularitas layar tancap semakin ambruk. Kini, ketika layar tancap nyaris jadi sejarah, Europe on Screen melalui Open Air Screenings menyajikan kembali konsep layar tancap dengan citra baru yang lebih segar.
Pada 3 – 10 Mei 2014 lalu, Europe on Screen (EoS) kembali dengan program Open Air Screenings. Bekerja sama dengan @HiddenParkID, Open Air Screenings diselenggarakan di Taman Kodok dan Erasmus Huis. Melalui program unggulan tersebut, Europe on Screen ingin melanjutkan tradisi menonton film di ruang terbuka. Film yang diputar di program Open Air Screenings adalah film-film box office Eropa yang cocok untuk semua kategori usia. Agar jangkauan penonton lebih luas, seluruh film yang diputar dalam Open Air Screenings juga dilengkapi dengan subtitle Bahasa Indonesia.
Rasa antusias membawa saya ke Taman Kodok di hari pertama program Open Air Screenings. Lokasinya yang menempel dengan Taman Menteng membuat suasana di sekitar venue cukup ramai. Layar terkembang menjadi magnet bagi pejalan kaki yang lalu-lalang. Ketika saya tiba, sejumlah penonton telah duduk manis menunggu film diputar. Saya segera mencari posisi terbaik yang tersisa. Meski cukup ramai, kontur Taman Kodok yang meninggi di bagian belakang membuat hadirin dapat menonton tanpa halangan. Panitia di lokasi Open Air Screenings juga membantu menciptakan suasana kondusif. Sebelum acara dimulai, panitia menghimbau agar tidak merokok dan membuang sampah sembarangan karena dapat mengganggu kenyamanan penonton lain.
Malam itu adalah pertama kalinya saya menonton film Eropa di ruang terbuka. Film yang diputar adalah Asterix and Obelix: God Save Britania. Meski terlambat 10 menit dari jadwal, Open Air Screenings malam itu tetap meninggalkan kesan istimewa bagi saya. Penonton yang hadir terdiri dari berbagai kategori usia, mulai dari anak-anak, sampai orang tua. Terlepas dari perbedaan usia, semuanya terlihat menikmati suasana. Kenikmatan menonton layar tancap tidak terganggu oleh udara malam yang pengap. Pada Open Air Screenings di Taman Kodok malam itu, ada hiburan langka berupa sekelompok kunang-kunang yang tak acuh menari di atas kepala kami. Nice movie, good people, beautiful surroundings, what can I ask for more?
Europe on Screen membawa program Open Air Screenings ke Indonesia untuk pertama kali pada tahun 2012. Awalnya, program ini berlokasi di Kunstkring Palais dan Eramushuis. Di tahun 2014, Europe on Screen ingin menyuguhkan film-film Eropa kepada segmen masyarakat yang lebih luas. Maka, terpilihlah Taman Kodok sebagai ruang terbuka publik yang mudah diakses oleh siapa saja. Keep up the good work, EoS!