Dalam rangka menyambut Hari Film Nasional yang jatuh setiap 30 Maret, KINEFORUM Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) didukung oleh Cinema 21 dan Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (UP PKJ TIM) menyelenggarakan peluncuran kembali ruang putar KINEFORUM yang berlokasi di komplek Taman Ismail Marzuki.
Perjalanan program KINEFORUM dimulai sejak kebutuhan terhadap ruang putar film alternatif terasa mendesak di tengah cepatnya perkembangan ruang kota Jakarta, yaitu padatahun 2006. Ruang ini dikembangkan sebagai tanggapan terhadap ketiadaan bioskop non komersial di Jakarta dan kebutuhan pengadaan suatu ruang bagi pertukaran antar budaya melalui karya audio-visual. Bahkan, jika merunut sejarah sinema alternatif di Jakarta, KINEFORUM boleh dibilang merupakan kelanjutan dari Kineklub di Taman Ismail Marzuki, yang antara lain pernah diampu oleh Salim Said dan telah menjadi jendela bagi publik Jakarta untuk melihat lanskap sinema dunia.
“Ruang bagi sinema alternatif sangat penting sebagai salah satu penyangga ekosistem perfilman yang sehat di setiap negara. Ruang Putar KINEFORUM telah menjadi ruang sinema alternatif paling layak di Jakarta dari segi fasilitas menonton dan penyusunan program. Komite Film DKJ merasa perlu meningkatkan kapasitas ruang putar di TIM ini agar lebih mampu menjadikan KINEFORUM sebagai wahana pengetahuan baru tentang film maupun tentang hubungan film dan masyarakat.” ujar Hikmat Darmawan, Ketua Komite Film DKJ.
Peningkatan kapasitas ruang putar KINEFORUM terwujud salah satunya berkat bantuan danpartisipasipublik, dalamhalinipenonton. Pada 2008, partisipasi publik melalui donasi berhasil mengganti lampu proyektor yang sudah habis masa pemakaiannya serta memenuhi beberapa kebutuhan KINEFORUM lainnya. Sejak itu, upaya untuk menyadarkan dan menguatkan dukungan publik terhadap ruang putar KINEFORUM terus dilakukan agar dapat bersinergi dengan apa yang telah dilakukan oleh Cinema 21 dan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang selama ini mendukung KINEFORUM. Upaya ini dilakukan salah satunya dengan menggencarkan kampanye dan menerapkan konsep “Publik untuk Ruang Publik”. Awal tahun 2017 ini, atas dukungan publik, manajemen KINEFORUM memasang rolling door di area lobi. Hal ini merupakan salah satu keseriusan menjaga keamanan seluruh aset yang ada di dalam ruang putar KINEFORUM.
Peluncuran kembali ruang putar sinema alternatif tertua di Jakarta ini disimbolkan dengan penandatanganan surat kerjasama antara DKJ dengan dua mitra kerjasamanya. Ruangputar KINEFORUM di area TIM telah menjadi investasi bersama antara DKJ, Cinema 21 dan UP PKJ TIM sejak dibuka pada 2006. Melalui perlengkapan bioskop yang disediakan oleh Cinema 21, gedung milik Pemda DKI di bawah manajemen UP PKJ TIM serta program yang dikelolaoleh DKJ, ruangputar KINEFORUM menjadioase film bagipecinta film di Jakarta.
“Ruangputar KINEFORUM harus menjadi bioskop alternatif bagi warga Jakarta dan mampu menawarkan program-program film bervariatif. Kedepannya Cinema 21 akan mendukung KINEFORUM khusus dalam hal promosi agar lebih banyak lagi orang mengetahui ruang putar ini. Selain itu kami juga berkomitmen untuk merawat fasilitas yang ada di ruang putar KINEFORUM secara berkala,” ujar Catherine Keng, Corporate Secretary Cinema 21.
Acara konferensi persini ditutup dengan pemutaran film RA. Kartini (Sjuman Jaya, 1982), salah satu film yang diputar dalam rangkaian Bulan Film Nasional pada program “Sejarah Adalah Sekarang” edisi 8 yang berlangsung sepanjang bulan Maret 2017.
“Kami senang sekali banyak bioskop alternatif mulai bertumbuh kembang di Jakarta saat ini. Kami berharap program-program KINEFORUM dapat diputar di seluruh ruang-ruang putar alternatif di Indonesia,” ujar Lulu Ratna, Anggota Komite DKJ.
Membuka Ruang Kolaborasi
Mulai April 2017, KINEFORUM membuka ruang untuk berkolaborasi dengan berbagai organisasi maupun komunitas. Tiap bulannya akan ada program dari tim Kineforum sendiri yang mengisi dua minggu pertama, dan setelahnya bisa diisi dengan program dari berbagai pihak luar yang bekerjasama. 1-16 April 2017 KINEFORUM menampilkan program Arus Bawah, mengangkat tentang kaum yang termarginalkan baik film panjang dan pendek dari luar dan dalam negeri.