Wawancara

Pentingnya Kebaruan Cerita dan Jejaring Komunitas Film Tingkat Asia : Sebuah Wawancara dengan Yow Chong Lee

Jakarta Film Week yang berlangsung pada 25-29 Oktober 2023, akhirnya usai dan menyisakan momen yang tak terlupakan. Total dalam waktu 5 hari, sesi pemutaran film, workshop dan diskusi telah dihadiri 5,002 orang dan 170,000 orang menonton secara daring melalui platform Vidio. Selain, pemutaran film, diskusi dan workshop, Jakarta Film Week juga menggelar kompetisi film, diantaranya, kompetisi film pendek Global Short Award yang menyertakan 10 film, dengan menghadirkan tiga juri yaitu Yow Chong Lee , Asmara Abigail, dan M. Reza Fahriyansyah. 

10 film pendek yang berkompetisi di Global Short Award diantaranya, Bergie, Vania on Lima Street, Further and Further Away, A Day That Year, File (Parvandeh), Will You Look at Me, Basri & Salma In A Never Ending Comedy, Things Unheard of, Glorious Revolution, Invisibles. Berdasarkan penilaian ke tiga juri, Things Unheard of, film dari Turkey, karya Dir. Ramazan Kilic,  dinobatkan sebagai pemenang. 

Baca Juga: Keberhasilan Jakarta Film Week 2023 Membangun Jaringan Festival di Kawasan Asia Tenggara

Di sela – sela perhelatan Jakarta Film Week, infoscreening.co berkesempatan mewawancarai Yow Chong Lee sebagai salah satu juri Global Short Award. Yow Chong Lee adalah Direktur Mini Film Festival sekaligus  dosen perfilman di Universiti Malaysia Sarawak. Berikut ini cuplikan wawancara Infoscreening dengan Yow Chong Lee;

Menurut Yow Chong Lee, dari 10 film pendek yang turut serta dalam kompetisi Global Short Award, Jakarta Film Week?

Selain Things Unheard of, ada tiga film yang menarik perhatian saya, yaitu Bergie, File dan Basri & Salma In A Never Ending Comedy, alasan ketiganya menjadi pilihan adalah isu yang diangkat dan urgensinya untuk disampaikan dan karena itu sangat penting.

Film Basri & Salma In A Never Ending Comedy , ceritanya sangat entertaining dan membawa tawa kepada kita sebagai penonton. Sementara, Bergie dan File memenuhi format film pendek apa yang bisa disampaikan dalam durasi pendek, storynya bisa disampaikan dengan baik  Kalau saya, secara spesial akan berikan ke Bergie tentang neo capitalism, dimana kita menjadi selfish atau egois. Kurasa film ini  membawa kritik sosial yang relevan pengambilan gambar satu take saja, koreografinya bagus, dan susunan gambarnya bagus, perencanaannya bagus karena satu take saja. Kalau File itu ya seperti kita menonton film Iran pada umumnya, tidak ada yang baru sebagai film Iran. 

Apa yang menjadi landasan Things Unheard of memenangkan kompetisi ini 

Things Unheard Of, ceritanya adalah tentang seorang anak di Turki yang senang menonton film kurdish dan pemerintah Turki melarang hal itu sehingga datang untuk merusak antena TV mereka. Pasalnya, seorang anak ini ingin menonton, maka sang nenek  mengajak cucunya menonton ke tempat temannya, namun ibu si anak tidak setuju. Sehingga, si nenek kemudian mengadakan TV show sendiri dalam bahasa kurdish seperti adanya pembaca berita dalam bahasa Kurdish dan ini membuat banyak anak beramai – ramai menonton. Film ini membawa isu yang penting dan kebaruan dalam ceritanya (outstanding).

Bagi saya, itu adalah sesuatu yang penting untuk memberi semangat pada anak kreatif, kami kan film maker, anak – anak berkarya, kita senantiasa diberi sensor oleh pemerintah dan dalam keadaan itu kita harus melawan dengan cara kita dengan mencarikan alternatif, film ini memberi semangat itu. Mereka ini, Kurdish  kan minoritas di kalangan orang Turki dan isunya ini bisa diperbesar dalam konteks kita seperti di Malaysia, kita ini kan bagian etnik tapi juga gender dan berbagai aspek yang juga mengalami konflik serupa. Sesama mereka merasakan konflik di berbagai generasi, seperti konflik antar etnik antara Kurdish dan Turki yang juga bisa dialami oleh generasi kita di komunitas kita. 

Selain dari segi cerita, story telling, apakah ada aspek lain dalam menilai film pendek yang dikompetisikan?

Selain tentang story, tekhnik itu dinilai juga tapi kami penekanannya tidak di situ. Kami lebih menilai di segi cerita dan pembaharuan yang bisa diangkat 

Sejak kapan anda mulai mengamati dan mengikuti perkembangan film pendek di Indonesia?

Saya memperhatikan dan mengikuti perkembangan film pendek Indonesia sejak 8 tahun lepas, saat membantu film festival Indonesia. Film pendek pertama yang membuat saya perhatian adalah film pendek produksi Amerta Kusuma dan Yulia Evina Bara, berjudul  On the Origin of Fear tentang peristiwa 1965. Film ini bisa menyampaikan dengan sederhana isu yang penting, relevan dan memberi semangat

Menurut anda apa dampak bagi film maker dengan hadirnya festival – festival film?

Adanya pengakuan sangat penting bagi film maker, seperti saya kan programer festival film yang saya kelola juga di tempat lain. Saya juga bawakan film yang bagus ke festival film lain seperti ke Myanmar, Thailand untuk ditayangkan dan film maker itu akan diundang ke sana dan sedikit banyak memberi motivasi mereka untuk berkarya.

Kalau di tingkat Asia sendiri, mereka bisa travel ke festival lain, bisa bekerja sama untuk proyek berikutnya, create opportunity for them, motivasi untuk terus berkarya. 

Menurut anda, sejauh ini bagaimana pembangunan jaringan komunitas film di Asia? 

Usaha itu harus diperbesar lagi, mesti lebih banyak lagi kerjasama lintas negara karena masih dibutuhkan dampak yang lebih luas ke komunitas (masyarakat). Mungkin rata- rata yang hadir di festival film adalah film maker tapi bukan community organiser, sehingga belum tentu dampaknya  sampai ke komunitas. Dengan demikian, belum tentu membawa perubahan di komunitasnya. Kecuali yang identitasnya double ya,  selain film maker juga community organiser sehingga filmnya akan dibawa juga ke komunitasnya. Filmnya diputar di  komunitas dan membawa dampak yang lebih luas. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top