Berita

Rampung Diadakan, 3rd Minikino Film Week Umumkan Penghargaan untuk Masing-masing Kategori Film

Minikino: Jembatan dan Titik Temu antara Film Maker dan Penonton

Kedudukan Festival dalam Membentuk Ekosistem Film

Penulis : Cisilia Agustina

Foto : Vifick dari #SayaBercerita

“Festival film adalah salah satu wadah untuk seorang filmmaker bisa menunjukkan karyanya. Betapa menyedihkan jika film yang sudah melibatkan banyak teman, menguras tenaga dan waktu hanya dijadikan sebuah file atau sekeping CD/DVD..” Adi Marsono, Film Director.

Sejatinya kedudukan sebuah festival film masih menjadi penting. Tak hanya untuk para film maker namun juga publik. Bagi para film maker tentu ajang ini menjadi wadah bagi mereka untuk menunjukkan karyanya. Di sisi lain menjadi titik bertemunya para filmmaker satu dengan yang lainnya, saling mencari referensi dan membangun jaringan atau networking. Dan yang tak kalah penting, bagaimana festival mempertemukan filmmaker dengan para penontonnya.

Minikino sendiri mencoba menjadi wadah untuk fungsi-fungsi tersebut dengan target untuk membangun jaringan kerja, edukasi dan distribusi film pendek. Di mana ini juga merupakan satu tujuan awal Minikino sejak tahun 2002 silam. Minikino sendiri percaya bahwa film pendek adalah format tersendiri yang juga memiliki kekuatannya untuk menjangkau lebih banyak orang, mempertemukan ide-ide baru, sekaligus merangsang cara berpikir kritis baik untuk para pembuatnya dan juga penontonnya.

Namun, kembali lagi, menurut Edo Wulia, Direktur Minikino, hal ini hanya bisa terjadi kalau mereka bertemu. Jadi, festival film pendek menjadi “jembatan” untuk mempertemukan mereka semua, penonton dan Filmmaker.

Membangun ekosistem perfilman sendiri memang bukan hal semudah membalikkan telapak tangan. Tidak sesederhana memasang layar, kemudian mengatur proyektor yang akan menembakkan film yang akan ditonton. Tapi kemudian yang menjadi tantangan selanjutnya adalah mencari siapa yang akan menonton membangun interaksi dengan para penonton. Di Bali sendiri, sistem ini sedang dibangun.

Animo publik terhadap film-film alternatf seperti ini, memang belum bisa dikatakan semasif Yogyakarta, Bandung maupun Jakarta yang memang ekosistem film-nya telah terbentuk.

Luh De Suriyani, juri 3rd MFW 2017, sekaligus jurnalis di Bali menyampaikan bahwa Minikino sebagai perintis festival film pendek di Indonesia tengah membangun itu. Apalagi, dengan adanya festival seperti ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk bisa menikmati film-film alternatif. Yang tidak hanya ditonton untuk memenuhi fungsinya sebagai media hiburan semata, namun membangun budaya diskusi setelahnya, memaknai film dari fungsi lain, fungsi edukasi.

Bukan melulu berpatok pada film yang ditayangkan di bioskop yang tentu telah memperhitungkan pasar sebagai target komersilnya.

“Sistem sudah dibangun, tapi yang terpenting adalah bagaimana interaksi terjalin di dalamnya,” ujarnya ditemui di sela-sela Closing Event 3rd MFW, Sabtu (14/10).

Upaya lainnya pun sesungguhnya tampak dari penambahan dan pembaharuan konsep di setiap tahunnya. Lewat 3rdMFW ini, tak hanya mereka yang ada di perkotaan, seperti Denpasar dan Kuta, sebagai sentral pariwisata Bali, dengan konsep Pop Up Cinema nya yang mencoba menjangkau  publik lebih luas, termasuk masyarakat di desa. Yakni sebuah konsep pemutaran film keliling ke beberapa 6 titik di Karangasem, Gianyar, Buleleng dan Bangli yang lebih akrab dengan sebutan Layar Tancap. Sebuah konsep menonton yang sesungguhnya sudah hadir, khususnya di Bali, sebelum kehadiran bioskop. Dan kali ini, yang turut menjadi sasaran audiens festival adalah para pengungsi Gunung Agung.

Selain menghadirkan pemutaran film yang disertai diskusi setelahnya, Minikino pun membuat beberapa program lainnya. Seperti workshop dan juga talkshow yang dibuka untuk umum.

Tim Guru dari Banjarmasin, satu di antara peserta dari program Begadang Film Making Competition yang hadir ke Bali, menyampaikan bahwa kedatangannya ke Bali bukan sekadar sebagai peserta undangan, tapi untuk melihat bagaimana sebuah festival film itu sendiri secara utuh dan berbagai hal terkait film yang terkandung di dalamnya.

Di Banjarmasin sendiri, menurut tim yang berhasil keluar sebagai pemenang pertama program Begadang Film Making Competition ini, budaya menonton film dan komunitas film sendiri masih minim. Ada, namun memang tidak bisa dikatakan masif seperti Yogyakarta, Bandung ataupun Jakarta. Upaya yang sesungguhnya juga sedang dibangun di Bali ini, yang kini diharapakan dapat dibangun untuk mewadahi potensi para filmmaker di daerah lain, termasuk Banjarmasin dan daerah-daerah di luar Pulau Jawa lainnya.

“Tujuan juga kesini juga untuk lihat festival itu sendiri dan tambah pengalaman, cari referensi, membangun networking. Buat kami yakin untuk terjun ke dunia (film, red.) ini,” kata Munir, salah satu dari Tim Guru asal Banjarmasin.

Penyerahan hadiah pada pemenang 3rdMFW (foto: Vifick dari #SayaBercerita)

Selama kurang lebih satu minggu, sejak dibuka pada Sabtu (7/10) yang lalu, 3rd Minikino Film Week pun telah rampung tepat per Sabtu (14/10). Di malam penutupan atau closing event, diumumkan penghargaan untuk masing-masing kategori film. Antara lain:

  • 2017 Short Film Of The Year: Bitch Boy (Måns Berthas/Sweden/15:00)
  • Short Fiction 2017: Nakaw (Noel Escondo, Arvin Belarmino/Philippines/07:00)
  • Short Documentary 2017 : COMMODITY CITY (Jessica Kingdon/United States/10:43)
  • Visual Poetry 2017 :URBAN AUDIO SPECTRUM (Marina Schnider/Germany/03:43)
  • ANIMATION SHORT 2017: ECLIPSE (Jerrold Chong/United States/06:20)
  • CHILDREN’S SHORT FILM 2017 : CARROT & PICKLE (Graciela Sarabia/United States/05:12)
  • PROGRAMMER’S PICK 2017 : RUAH (Flurin Giger/ Switzerland/ 18:00)
  • S-EXPRESS 2017 RECOGNITION : SEPANJANG JALAN SATU ARAH (Bani Nasution/Indonesia/ 16:00)

Sementara untuk program terbaru yakni Begadang Film Making Competition didapatkan 3 pemenang dari 6 nominasi teripilih. Antara lain:

  • 1st WINNER  : ALMARI,Guru Banjarmasin, Kalimantan Selatan
  • 2nd WINNER : KAMBING HITAM, Syahdu Cinema Nusantara, Bekasi, Jawa Barat
  • 3rd WINNER : 1 YANG TERSISA, Bali Atmosphere Film, Sukasada.Buleleleng, Bali

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top