Sutradara: Anton Corbijn | Pemain: Phillip Seymour Hoffmann, Rachel McAdams | Produser: Stephen Cornwell | Penulis: Andrew Bovell
Perang melawan terorisme tak sesederhana Densus 88 tembak sana tembak sini tanpa mikir. Ini adalah perang tanpa ujung yang mana baik dan benar itu kabur. Dalam A Most Wanted Man, kekaburan tersebut diperlihatkan.
Gunther Bachmann (Phillip Seymour Hoffmann) adalah kepala detasemen rahasia anti terorisme di Hamburg, Jerman. Dia secara resmi beroperasi di bawah yurisdiksi intel Jerman tapi keberadaannya dirahasiakan, sebab khusus beroperasi di luar hukum Jerman. Sepintas detasemen seperti ini bisa saja berisi Jason Statham dan John Cena, tapi Gunther adalah pria gemuk seunyu Winnie the Pooh dengan anggota tim bukan tukang pukul, melainkan mata-mata berpenampilan lembut.
Tapi Gunther bukan mata-mata biasa, dia mau berspekulasi bahwa bisa jadi Issa hanya pengungsi biasa. Sementara itu Gunther juga sedang memata-matai seorang imam masjid yang punya organisasi sosial.
Mata-mata Gunther mengatakan bahwa si imam sebenarnya punya hubungan logistik dengan teroris di Yaman.
Di satu sisi spekulasi Gunther yang penyabar dan mau tahu kenapa si anu begitu dan kenapa si itu begini membuahkan hasil baik. Tanpa harus tangkap dan tembak, dia bisa “menyelesaikan” masalah. Tapi atasannya nggak mau ambil spekulasi seperti itu sebab kalau ada serangan teroris dia nggak mau disalahkan. Di satu sisi penyelidikan butuh waktu lama, namun di sisi lain intel Jerman nggak mau kecolongan. Inilah dilema moral. Akankah Issa terbujuk sisi teroris atau sisi Gunther?
Diterbitkan pertama kali di notes pribadi Mohamad Takdir
