Hari terakhir penyelenggaraan JAFF 2015, 6 Desember 2015, dalam salah satu slot diputar salah satu film dari trilogi yang dibangun oleh Teddy Soeriaatmaja yaitu “About A Woman”. Film ini bercerita tentang seorang janda yang asisten rumah tangganya harus meninggalkannya ke kampung. Dalam kesepiannya, rangkaian interaksi terjadi antara sang ibu janda tadi dengan seorang pria muda yang ditunjuk menggantikan asisten rumah tangga sebelumnya. “About a Woman” diputar dalam rangkaian program fokus Teddy Soeriaatmadja dalam JAFF 2015 yang di hari-hari sebelumnya telah memutar “The Lovely Man” dan “Something in the Way”.
Sambutan dan tanya jawab yang berlangsung usai diputarnya “About a Woman”
Pemutaran “About A Woman” disambut hangat dalam pemutaran tersebut, sepanjang pemutaran terasa reaksi yang beragam dalam titik-titik tertentu dalam film, termasuk tawa. Usai diputarnya “About a Woman”, riuh tepuk tangan bermunculan sebagai penghargaan terhadap film.
Dalam sesi diskusi usai pemutaran film, Teddy Soeriaatmadja maju bersama Tutie Kirana, salah satu talent dalam film. Hadirnya Tutie Kirana sendiri mendapat sambutan khusus dari penonton dikarenakan bagaimana beliau telah sukses memerankan seorang janda dengan karakternya yang kompleks serta beberapa akting berani dalam film tersebut.
Sebagai prolog sebelum sesi tanya jawab, Teddy mengaku ada beberapa hal yang dia angkat dalam trilogi film pendek buatannya (“Lovely Man”, ” Something in the Way”, dan “About a Woman”) antara lain yaitu transformasi, agama dan kemunafikan. Sementara Tutie Kirana menceritakan bagaimana panas-dinginnya beliau saat berakting dalam film. Namun, lanjut Tutie, kesulitan tersebut dapat teratasi karena dukungan dari suami dan anaknya.
Tiga sesi tanya jawab diadakan untuk film “About a Woman” yang tiap sesi terdapat tiga pertanyaan dari tiga penonton yang berbeda yang secara garis besar mengenai ide, sasaran penonton dan adanya unsur komedi dan islam dalam filmnya. Menurut Teddy, unsur komedi dalam film ini tidak direncanakan atau mengalir begitu saja. Sedangkan mengenai sasaran penonton, Teddy mengaku pengalamannya dengan “Rumah Maida” di mana ia coba membuat film yang diformulasikan untuk penonton membuatnya coba lebih selfish dan lebih bebas dengan melakukan sesuatu yang berbeda dalam trilogi tersebut. Sementara mengenai unsur Islam, menurut Teddy, dalam film-filmnya ia coba memanusiakan manusia dimana biasanya ia melihat dalam banyak film lain, banyak karakter yang dibuat menjadi sangat sempurna tanpa cela.
Catatan panitia atas program Teddy Soeriaatmaja’s Way
Membukan sesi tanya jawab, Ifa Isfansyah selaku moderator slot pemutaran dan diskusi ini sekaligus juga direktur eksekutif festival menjelaskan mengenai dipilihnya Teddy Soeriaatmaja dalam program fokus yang dinamakan Teddy Soeriaatmadja’s Way. Ifa melihat bahwa film-film yang Teddy buat sesuai dengan tema dari JAFF ke-10 yaitu [Be]coming. Selain itu, dalam catatan program, Ifa Isfansyah yang mengikuti film-film Teddy, melihat keunikan atas bagaimana Teddy berkarya baik sebagai director for hire maupun dalam film-film yang didanai sendiri.
