Kabar gembira datang dari sutradara Indonesia asal Yogyakarta Yosep Anggi Noen. Film panjang teranyarnya The Science of Fictions (Hiruk-Pikuk Si Al-kisah) akan tayang perdana dan berkompetisi di salah satu festival bergengsi dunia Locarno Film Festival ke-72. Bersama dengan itu, film-film dari sutradara kenamaan lain seperti Koji Fukada dan Pedro Costa juga akan diputar. Film yang juga mendapat dukungan dari Hubert Bals Foundation ini akan bersaing dalam kategori International Competition untuk memperebutkan golden leopard.
Yosep Anggi Noen dan Film Barunya
Film panjang ketiga Anggi ini merupakan garapan kolaborasi antara Angka Fortuna Sinema (Indonesia), Astro Shaw (Malaysia), dan Andolfi (Prancis). Film yang memiliki latar waktu 1962 ini bercerita tentang seorang petani bisu bernama Siman. Ia menyaksikan sebuah pengambilan gambar pendaratan bulan palsu, kemudian berusaha menceritakannya pada penduduk desa. Siman menggunakan kostum atronout agar dapat meyakinkan warga. Alih-alih percaya, penduduk desa justru menganggapnya gila. “Sejarah ditulis oleh pemenang… Namun di era digital ini, sejarah bisa ditulis oleh siapa saja. Saya akan memberikan cerita fiksi alternatif dari bangsa saya” papar Anggi dalam director statement-nya.
Baca juga: Mountain Song Melenggang ke Shanghai International Film Festival 2019
Sebelum menggarap The Science of Fictions, Anggi pernah membuat dua film panjang, yaitu Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya serta Istirahatlah Kata-Kata. Locarno Film Festival bukanlah festival baru bagi sutradara dan juga dosen ini, karena kedua film panjangnya itu pernah tayang dan turut berkompetisi di festival tersebut. Namun sebelum dikenal sebagai sutradara film panjang, Anggi lebih dikenal sebagai pembuat film pendek, khususnya bagi publik di Yogyakarta. Sejumlah film pendeknya seperti Hujan Tak Jadi Datang (2009, Dokumenter), A Lady Cady Who Never Saw a Hole in One (2014), Genre sub Genre (2014), Kisah Cinta yang Asu (2015), Rumah (2015), dan The Ballad of Blood and Two White Buckets (2018). Film-film pendeknya itu pun pernah berkeliling ke sejumlah festival besar dunia. Untuk yang terbaru, The Ballad of Blood and Two White Buckets tayang perdana dan turut berkompetisi di Toronto International Film Festival 2018.
Sekilas Tentang Locarno Film Festival
Dalam buku “Panduan Festival Film: Internasional dan Nasional” yang diterbitkan Dewan Kesenian Jakarta, Locarno Film Festival dikategorikan dalam “Festival Film Penting Dunia.” Berdiri sejak 1946, salah satu alasan Locarno Film Festival dianggap penting karena kesetiaannya mencari bakat-bakat muda baru, dengan menekankan aspek konten cerita. Locarno juga dianggap unik karena merupakan festival film yang memiliki tempat pemutaran terbuka berkapasitas terbesar di dunia, yaitu di Piazza Grande. Tempat ini dapat menampung 8.000 orang dalam sekali pemutaran. Tercatat pada 2018 festival ini mampu menyedot 163.503 penonton. Festival yang bermarkas di Locarno, Swiss, ini diselenggarakan pada setiap bulan Agustus. Sama seperti festival film dunia lainnya, Locarno Film Festival memiliki program berupa Kompetisi (International competition, Filmmmakers of the Present, dan Leopards of Tomorrow) dan Non-kompetisi (Fuori Concorso, Signs of Life, dan Piazza Grande). Dalam rilis di situs resminya, Locarno Film Festival tahun ini akan dihelat mulai 7-17 Agustus 2019. Menampilkan 50 film pendek dan 29 film panjang pilihan dari seluruh dunia.
