Mulai hari ini Japanese Film Festival ONLINE 2022 (JFF ONLINE 2022) mulai bisa ditonton melalui website Japanese Film Festival. Kami punya beberapa rekomendasi film yang bisa menjadi pilihan kamu untuk mengisi daftar tontonan selama festival ini berlangsung. Tiga film yang menjadi tontonan rekomendasi ini tidak menjamin kamu akan menyukainya, karena proses menonton adalah aktivitas yang sangat personal dan subjektif. Tentunya banyak layer pengalaman berbeda pada setiap orang yang akan menentukan imersi mereka terhadap suatu film dan produk budaya lainnya.
Pertama, film Under The Open Sky cocok bagi kamu yang suka dengan cerita yang berfokus pada tokoh, dilema yang dihadapinya. Under The Open Sky adalah drama yang intens nan kompleks dalam menampilkan ketegangan, kegembiraan yang sederhana, kepedulian, dan adaptasi sosial yang membuat frustasi. Film ini memberi gambaran soal kehidupan seorang mantan Yakuza yang berada pada labirin kehidupannya, dimana ia ingin menjadi orang biasa di masa depan, tapi ada sesuatu yang menariknya ke masa lalu. Orang-orang dalam kehidupannya terus membantu, tetapi kelihatan mudah untuk mengarahkannya ke kehidupan lain daripada mencari akar masalah yang bisa diselesaikan.
Baca juga: Dua Puluh Film Jepang Tayang Daring di Japanese Film Festival Online 2022
Kedua, Kalau kamu sedang mencari film tentang keluarga yang mengharukan, Her Love Boils Bathwater adalah film yang layak untuk kamu nonton. Film ini adalah film dengan cerita tentang keluarga dalam konteks Asia. Her Love Boils Bathwater berkisah tentang seorang ibu yang tegas bernama Futaba Sachino (Rie Miyazawa) , tetapi penuh perhatian. Ia menjadi lebih peka akan keadaan di sekitarnya, saat diberitahu bahwa ia menderita kanker tahap akhir dan masa hidupnya tinggal sebentar lagi, ia hanya memiliki sisa waktu beberapa bulan lagi. Menyadari akan hal itu, ia pun menjadi lebih keras baik terhadap dirinya dan juga keluarganya. Saat itulah ia menyadari adanya banyak persoalan di sekelilingnya dan ia merasa memiliki kewajiban untuk menyelesaikannya semua permasalahan tersebut dalam jangka waktu yang singkat itu.
Baca juga: Julie Dalam 12 Babak: Virtual Screening dan QnA The Worst Person in The World
Ketiga adalah film berjudul Ito. Ito membahas sekaligus sedikit banyak mengkritik budaya kapitalisme dalam “maid cafe” dan jaring permodalan di dalamnya. Sebuah cerita tentang usaha mengembalikan ikatan keluarga, dan juga pembebasan.
Ito bercerita tentang siswa sekolah menengah, Ito (Komai Ren) tinggal di pedesaan prefektur Aomori di Jepang utara. Ia diejek di sekolah karena aksen Tsugaru yang kental yang mengakibatkan ia menjadi tertutup dan takut untuk berbicara. Satu-satunya outlet kreatifnya adalah shamisen, yang dia pelajari untuk dimainkan dengan gaya ibu dan neneknya. Saat Ito melihat iklan lowongan kerja untuk “maid cafe” di Kota Aomori, dia melihat ini sebagai kesempatan untuk melepaskan diri dari rasa malunya. Satu-satunya “maid cafe” Aomori sedikit berbeda dari yang ada di Tokyo, dan sangat membutuhkan pelayan baru, Ito dipekerjakan di tempat tersebut. Film kedua dari sutradara Yokohama Satoko ini menawan dan menyentuh hati. Yokohama, yang merupakan penduduk asli Aomori, menangkap rasa keaslian dalam film tersebut, yang diperkuat oleh penampilan luar biasa dar Komai Ren muda sebagai Ito.[]