Berita

World Premiere Film Night Bus di Far East Film Festival 2018

Dari siaran pers

Film Night Bus world premiere di Far East Film Festival (FEFF) yang diselenggarakan pada 20-28 April 2018 di Udine, Italia. Night Bus diputar sebagai film penutup bersanding dengan film Throw Down karya Johnnie To, sutradara senior asal Hong Kong, pada 28 April di Teatro Nuovo Giovanni da Udine, yang merupakan venue utama festival ini dengan kapasitas 1.200 kursi.

Perjalanan Night Bus sampai ke Udine, Italia, berawal dari Sabrina Baracetti, Festival Presiden Far East Film Festival, yang tertarik setelah menonton Night Bus ketika ia hadir di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2017. Melalui Sabrina Baracetti, Night Bus diundang ke festival di Udine.

Night Bus masuk ke dalam kategori ‘White Mulberry Award’ yaitu penghargaan untuk film panjang pertama atau kedua sang sutradara. Juri kompetisi terdiri dari Albert Lee, produser film dari Hong Kong, Peter Loehr, produser film dari Amerika, dan penulis skenario dari Italia, Massimo Gaudioso. Night Bus berkompetisi dengan 20 film dari berbagai negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, Singapura, Thailand, Filipina, Hong Kong dan Vietnam.

Emil Heradi, sutradara Night Bus di Far East Film Festival 2018

Far East Film Festival merupakan film festival terbesar di Eropa yang mendedikasikan dirinya untuk mengapresiasi film-film dari Asia yang diselenggarakan tiap tahun di Udine, Italia. Seperti yang disebutkan majalah Variety, FEFF masuk ke dalam top 50 film festival terbaik di dunia. Festival ini bertujuan untuk membangun pengetahuan bersama melalui medium film dan menciptakan hubungan timbal balik yang bermanfaat antara Timur dan Barat.

Tahun ini FEFF memasuki usianya yang ke 20 tahun, menayangkan 81 film dari sebelas negara Asia. Film-film karya pelaku film ternama di Asia seperti Ryuichi Sakamoto, Johnnie To, dan Wong Kar Wai juga ikut tampil di festival ini. Selain itu mewakili Indonesia ada film Pengabdi Setan yang disutradarai Joko Anwar dan My Generation oleh Upi Avianto.

Baca juga: Berprestasi di Internasional, Sekala Niskala Sajikan Lokalitas Indonesia

“Suatu kebanggan berada di sini dan terpilih menjadi film penutup di FEFF yang ke 20. Film ini diangkat dari kisah nyata di negeri saya, tapi saya pikir kisah ini membahas tentang apa itu konflik secara universal. Konflik antara kelompok-kelompok atas nama tanah air, agama dan lainnya, adalah inti dari mengorbankan umat manusia,” ujar Emil Heradi pada saat mempersembahkan Night Bus di FEFF.

Emil Heradi, merupakan sutradara muda lulusan Institut Kesenian Jakarta yang telah menyutradarai banyak film pendek, salah satu film pendeknya Rumah Perkara masuk ke dalam omnibus Kita vs Korupsi (2012). Pada tahun 2013, Emil menyutradari film panjang pertamanya yang berjudul Sagarmatha. Night Bus adalah debut kedua penyutradaraannya yang memenangkan kategori Film Terbaik, FFI 2017.

Film Night Bus bergenre drama-thriller ini tayang pertama kali di Indonesia pada April 2017. Film ini mengangkat tema konflik dan kemanusiaan serta memiliki cerita nan apik dan sinematografi mencekam yang mendukung film ini, dibintangi oleh bintang-bintang terbaik tanah air seperti Tio Pakusadewo, Teuku Rifnu Wikana, Lukman Sardi, Donny Alamsyah dan bintang-bintang berbakat lainnya. Perjalanan Night Bus terus berlanjut sampai akhirnya memenangkan enam kategori pada ajang penghargaan film terbesar di Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI) 2017.

Night Bus meraih penghargaan untuk kategori Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penata Busana Terbaik hingga Penata Rias Terbaik. Tak berhenti berjalan Night Bus hadir kembali di bioskop-bioskop Indonesia pada November 2017 bertemu penonton yang belum sempat menyaksikannya. Hingga saat ini Night Bus masih berkeliling ke komunitas film, sekolah, dan universitas di beberapa kota di Indonesia.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top