Festival Komunitas Film Nusantara (FKFN) hadir dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewna Yogyakarta, pada akhir bulan November tepatnya pada tanggal 25 hingga 28 November 2017. Tak lain bukan, kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan berbagai komunitas film dari seluruh indonesia, baik dari indonesia timur hingga barat. Dengan bertemunya komunitas , diharapkan akan terwujudnya informasi yang positif dan bisa saling membangun antar komunitas.
Baca juga: Membangun Citra Yogyakarta Sebagai Naungan Komunitas Film
Kegiatan ini dimulai pada 25 November 2017, berlokasi di Taman Budaya Yogyakarta serta diikuti kurang lebih 90 peserta dari seluruh nusantara.FKFN petama ini mengangkat tajuk “Satu Bangsa, Beragam Sinema” bertujuan untuk membuktikan bahwa keberagaman sinema indonesia itu ada, dan komunitas film dari seluruh nusantara adalah penjamin dan pelestari utama keberagaman itu sendiri.
Dibuka dengan tarian tradisional yang berjudul “Jabang Putri” yang secara tampilan benar menunjukan tentang tarian nusantara yang apik membuat sebagian peserta terkesima dan beberapa merekam atau hanya mengambil gambar sebagai kenang – kenangan. agenda pembukaan kegiatan yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY Bapak Drs. Umar Priyono, MPd.
“…. semoga FKFN tahun depan bisa dapat juga dilaksanakan kembali. Tidak hanya di jogja saja namun ditempat teman – teman lainnya. Hal ini juga bertujuan untuk pemerataan informasi” ucap Bapak Kepala Dinas Kebudayan dalam sambutan pembukaan FKFN 2017 malam itu.
Pembukan FKFN ditutup dengan dua film yakni film incang – inceng karya kelik sri nugroho dan film kedua yakni Balada Bala Sinema karya Yuda Kurniawan. Hari esok, menjadi hari pertama peserta melakukan kegiatan di FKFN 2017.
Kegiatan FKFN diisi oleh banyak kegiatan. Dimulai dari menonton berbagai karya film sineas indonesai, peserta juga mendapatkan berbagai materi workshop, seminar publik, dan kegiatan workshop lapangan. Ya, pembuatan film dengan menggunakan handphone dengan durasi 1 menit.
Cuaca Yogyakarta yang cukup ekstream tidak membuat semangat peserta luntur. Bermodal dengan jas hujan plastik, beberapa kelompok di bagi di beberapa titik seperti malioboro dan pasar beringharjo. Setiap kelompok dianggotai 2-4 orang dan menghasilkan 1 karya yang akan ditampilkan di hari terakhir. Sangat menarik!
Dalam jangka waktu 1 hari peserta telah melakukan pra produksi, produksi dan pasca produksi. Mereka terlihat sangat antusias, dengan belomba – lomba menghasilkan karya yang menarik dan menghibur. hal ini pun menjadi salah satu alasan yang membuat peserta semakin dekat, bahkan masih gagal move on dari acara ini.
Pada hari penutupan tanggal 28 November 2017, 19 karya diputar dalam hall di dalam Hotel @hom Yogyakarta, sayangnya 1 kelompok tidak dapat menampilkan karyanya karena permasalahan teknis. Namun, dengan berhasil jadinya 19 karya ini cukup membuktikan berkarya tidak harus berhenti hanya karena bermasalah dengan kebutuhan teknis saja. Namun, cerita yang menarik lebih menjadi kebutuhan utama. Bukan berarti teknis tidak penting ya.
Sebagai reward kepada peserta FKFN 2017, panitia memberikan kesempatan untuk peserta berkunjung di Candi Prambanan. Meskipun hujan, peserta masih semangat dan tertarik berkunjung. Selain sebagai liburan, hal ini pun di pahami untuk mempekenalkan kebudayaan yang ada di DIY yaitu salah satunya candi prambanan yang masih kokoh dan mengagumkan. Khususnya peserta yang berdomisili diluar jawa, mereka terlihat sangat antusias dan menikmati liburan kali ini.
Kegiatan FKFN pun di tutup oleh Ibu Eka selaku Kepala Bidang Film Dinas Kebudayan DIY dengan ucapan terimakasih kepada seluruh peserta yang hadir dalam kegiatan FKFN 2017 ini.
