Uncategorized

3 Dara : Komedi, Lelaki dan Seabrek Inferioritasnya

Posted on

Inferioritas perempuan dalam tayangan modern saat ini memang menjadi komoditi menarik bagi industri perfilman tanah air, pun sebenarnya ada yang berhasil menerjemahkannya menjadi lebih baik dan ada juga yang belum berhasil. Namun terlepas dari berhasilnya penerjemahan tersebut dalam filmografi perfilman tanah air, memang perlu diutarakan secara berkala melalui mediumisasi media semacam film, bahwa tidak lagi masanya, jika sifat sifat yang mudah menangis, berubah ubah, main perasaan, disematkan atau katakanlah secara kasar sudah menjadi “kutukan” bagi kaum hawa. 3 Dara arahan Ardy Octaviand turut memperkuat bahkan membantah suratan “kutukan “ itu.

Sepintas kita akan terkecoh oleh judulnya yang sama dengan musikal klasik 3 Dara Usmar Ismail tahun 1956.Tak hanya terkecoh pada title saja, penokohan 3 Dara Ardy Octaviand justru adalah tiga lelaki; Jika 3 Dara Usmar Ismail yang cukup sulit ditonton saat ini tersebut bertokohkan Nunung, Nana dan Neni, maka 3 Dara Ardy Octaviand bertokohkan tiga sahabat Affandy, Djay dan Richard. Siapa dan apa yang terjadi dengan mereka?

Affandy (Tora Sudiro), manajer yang paling tidak suka memberikan jangka cuti hamil yang menyenangkan bagi karyawatinya dan sangat nakal kepada istrinya. Djay (Adipati Dolken), creative director yang tidak memiliki komitmen dalam urusan rencana pernikahan dengan kekasihnya. Sedangkan Richard (Tanta Ginting), playboy yang tidak pernah merasa hidup susah dengan koleksi kekasihnya.

Suatu ketika tiga sahabat ini menyakiti hati karyawati klab malam bernama Simel (Ayushita). Tidak terima dengan ucapan kasar mereka, Simel memberikan kutukan kepada mereka. Sekejap kutukan itupun mengubah sikap dalam keseharian di rumah tangga dan pekerjaan mereka, layaknya dara yang gampang menangis,tidak inisiatif, bahkan sampai PMS.Maka jadilah komedi berdurasi 90 menit ini menjelma menjadi tontonan yang menggelitik dan komedik yang menghumbar tawa disepanjang cerita, “lelaki dengan seabrek inferioritasnya.”

Nataya Bagya selaku penulis naskah, membangun kisah ini dengan gaya Jakarta-pop yang tidak menjemukan dengan tensi yang terjaga sampai akhir. Betapa centilnya gestur dan mimik wajah Tora Sudiro sungguh menjadi daya pikat komedi ini.Juga tak ketinggalan banyolan dan jokes jokes pedesaan yang tidak disampaikan dalam porsi berlebihan menjadikan komedi ini tidak memberikan efek jenuh bagi penonton, bahkan mendatangkan tawa yang tak ada habisnya.

Selain itu, pesan pesan feminis yang disisipkan dengan amat minim tentang objektifikasi lekuk tubuh perempuan tersampaikan dengan baik dan efektif, begitu juga pendekatan psikologi bahwa tiga lelaki ini mengidap “gender dysphoria syndrome” dan bagaimana pemecahan yang baik dan mencerahkan pada syndrome tersebut sangat berdasar secara teoritis dan praktis. Tak pelak, aktualitas 3 Dara sangat mengesankan dan boleh dikatakan sangat aktual dengan konteks masyarakat perkotaan kini yang dilanda gender-crisis.

Secara sinematografi, 3 Dara menampilkan jenis shot yang cukup beragam yang diambil dalam satu scene. Namun sayangnya pada adegan adegan disaat Simel mengungkapkan kutukan tersebut, metode pengambilan gambarnya yang memadukan over shoulder shot dan medium close up kurang mampu menghadirkan dramatisasi dan justru melemah. Untungnya karakter imut dan apa adanya Simel (Ayushita) menolong eksekusi menarik babak tersebut.

Sutradara Ardy Octaviand Produser Affandu Abdul Rahman, Toha Essa Penulis Skenario Nataya Bagya Pemain Tora Sudiro, Adipati Dolken, Tanta Ginting, Ayushita Genre Film Comedy Durasi 90 menit Rumah Produksi MNC Pictures

Most Popular

Copyright © 2016 Infoscreening.

Exit mobile version