Yogyakarta — DISKOMFEST, festival kreatif dua tahun sekali yang diinisiasi oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sejak 2004, kembali hadir pada tahun 2025 untuk edisi ke-9 dengan menghadirkan tema besar “Re-kreasi”. Edisi ini menjadi momentum penting untuk mengajak para pelaku desain menciptakan kembali karya melalui empati, sekaligus mempertegas pentingnya literasi desain dalam praktik desain komunikasi visual masa kini.
Sebagai ruang apresiasi, kolaborasi, dan edukasi, DISKOMFEST 9 membuka kesempatan luas bagi mahasiswa, desainer, akademisi, pelaku industri kreatif, dan masyarakat umum untuk berinteraksi dengan berbagai gagasan baru yang inovatif dan komunikatif. Tidak hanya menyoroti estetika visual, festival ini menekankan pentingnya memahami manusia, konteks, fungsi, dan dampak desain dalam kehidupan sehari-hari. Energi bersenang-senang tetap menjadi embrio utama festival, diwujudkan melalui rangkaian program yang berpadu antara kreativitas dan kolaborasi lintas bidang.
Pameran Diskomfest: Ruang Apresiasi dan Literasi Desain
Pameran utama DISKOMFEST 9 menampilkan karya desainer dan seniman Scouting (Alumni & Undangan), serta karya terkurasi dari Open Call yang dipilih oleh kurator Arsita Pinandita, Lily Elserisa, dan Panca Septiana. Pameran ini menjadi wujud nyata dari tema “Re-kreasi”, di mana para kreator diajak melihat kembali proses penciptaan karya bukan hanya melalui visual, tetapi melalui empati yang mendalam terhadap persoalan, brief, manusia, dan lingkungan yang mengelilingi mereka.
Pameran Delegasi: Menghubungkan Kreativitas dari Seluruh Indonesia
DISKOMFEST 9 menghadirkan pameran delegasi dari berbagai kampus seni dan desain di Indonesia, di antaranya ISI Yogyakarta, Institut Kesenian Jakarta, STSRD Visi Indonesia, ISI Surakarta, ISI Bali, ISI Padang Panjang, Universitas Sebelas Maret, Telkom University Purwokerto, Universitas Pendidikan Indonesia, President University, dan Universitas Dinamika.
Pameran ini menjadi wadah temu gagasan lintas institusi, sekaligus menampilkan keberagaman pendekatan dan karakter visual dari para mahasiswa desain di seluruh Nusantara.
Srawung Desain: Diskusi Empatik lintas Praktisi
Sesi Srawung Desain menghadirkan tiga narasumber dari tiga perspektif berbeda dalam dunia desain:
- Dimas Nurcahyo (Lokakola),
- Sabiq Rusydi (Asosiasi Desain Grafis Indonesia / ADGI),
- Amar Leina Chindany (Dosen DKV ISI Yogyakarta).
Melalui diskusi yang hangat dan inklusif, para pembicara membahas bagaimana empati menjadi landasan penting dalam desain komunikasi visual, baik dalam proses riset, problem solving, maupun penyampaian pesan yang efektif.