Berita
Membuka ARKIPEL 2018 dan Memahami Gagasan Tentang Homoludens
Infoscreening.co – ARKIPEL homoludens – 6th Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2018 akan dihelat dari 8 sampai 16 Agustus 2018. Perhelatan yang berlangsung selama sembilan hari akan mengambil lokasi di tiga tempat di Jakarta; GoetheHaus (Goethe-Institut Jakarta), Kineforum, dan Galeri Cipta III – Taman Ismail Marzuki. ARKIPEL digagas oleh Forum Lenteng untuk membaca fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya melalui sinema.
Diawali dengan Forum Festival
Seperti yang telah dilangsungkan selama beberapa tahun, ARKIPEL tahun ini juga didahului dengan Forum Festival dengan lima panel terbuka untuk umum dan turut mengundang komunitas dan pegiat film di Indonesia.
Lima panel tersebut antara lain bertajuk ‘Ludic dan Performativitas’, ‘Kritisisme Filem dan Lembaga Perfileman’, ‘Pendidikan Film Sekarang dan Masa Mendatang’, ‘Melampaui Kolaborasi: Antara Berkarya Secara Kolektif dan Individu’, dan juga panel terakhir yaitu ‘Peran Komunitas dalam Menentukan Bahasa Sinema Kita’.
Pembukaan Pameran Kultursinema #5
Pada hari yang sama dengan Forum Festival hari pertama (8/8), dibuka pula pameran Kultursinema #5 bertajuk Gelora Purnaraga (Passion for the Perferct Body). Pameran ini mengangkat perspektif lain dari gagasan kompetisi olahraga Games of the New Emerging Forces (Ganefo) atau Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang yang diadakan di Indonesia pada tahun 1963.
Pameran ini terdiri dari tiga bagian; pengantar geopolitik Ganefo, ruang kosong dengan pengalaman performativitas, dan ruang terakhir dengan kotak musik berisi tiga notasi lagu yang merupakan bagian dari perhelatan Ganefo.
Mengangkat Tema “Homoludens”
Pada perhelatan ARKIPEL yang ke-6, Forum Lenteng tahun ini sekaligus merayakan eksistensinya yang ke-15 tahun. Namun Hafiz Rancajale, pendiri Forum Lenteng, mengutarakan bahwa perayaan 15 tahun berdirinya Forum Lenteng harus diperingati dengan cara yang berbeda, melihat situasi terkini gempa bumi di Lombok -yang pada malam pembukaan, paginya kembali dilanda gempa bumi.
Tonton juga: Infoscreening Kulik-kulik #3 Bareng Yuki Aditya: Film Eksperimental, ARKIPEL, dan Forum Lenteng
ARKIPEL 2018 mengangkat tema “homoludens” dengan pengantar sebagai berikut.
Era digital memungkinkan performativitas baru bagi tubuh, karena akses data yang dimediasi software dapat diduplikasi dari materi aslinya. Mengakses data saat ini merupakan pengalaman konstruktif akan piranti, ketimbang pengalaman dunia riil. Ia bukan dokumen statis (yang telah ditentukan sebelumnya), melainkan suatu keluaran dari komputasi real time yang dinamis.
Praktik semacam “klik”, “sentuh”, dan “geser”, serta upaya “mengkolase”, “copy-paste”, “delete”, hingga “fotografi selfie”, ialah pengalaman “tindakan” ketimbang produksi, bersifat ephemeral ‘serba sebentar’ dan multipliable ‘siap tergandakan’.
Orientasi “tindakan” ini mengembalikan watak ludic ‘bermain-main’ manusia karena didukung oleh kondisi objek tindakan yang spasial dan tak berlokasi secara fisik. Bukan lagi tentang di sini atau di sana, melainkan serentak di sini dan di sana yang sesungguhnya telah lepas dari konteks dan universalitas teknologisnya.
Dibuka Dengan Permainan Piano
Menyambut penonton yang hadir, kesan playful dan bernuansa kompetitif -sesuai tema Homoludens yang merespon ajang olah raga Asian Games- dipertunjukan melalui permainan piano dari Dendang Belantara. Dara membawakan tiga buah gubahan, yang mana satu di antaranya merupakan gubahan ulang yaitu Tico-Tico No Fuba karya Zequinha Abreu, Turkish March (Rondo Alla Turca) karya Wolfgang Amadeus Mozart, dan Fur Elise in Ragtime digubah oleh Ethan Uslan.
Baca juga: Kampung MacArthur Perkaya Dokumenter Sejarah Indonesia
Perkenalan Tema Festival
Usai sambutan dan pengantar, diputar empat film dari kompetisi internasional yang sedikit banyak dapat memberi perkenalan dan gambaran pada penonton yang hadir akan tema festival tahun ini, sekaligus membawa isu-isu kontekstual.
Menonton film-film ini, kutipan ucapan tentang festival film dari seorang pegiat film eksperimental -dalam sambutan dari Yuki Aditya- menjadi kontekstual. Apalagi ketika Academy Awards mulai memberikan penghargaan khusus bagi film yang dianggap paling populer selama satu tahun belakangan.
“Masa depan film-film eksperimental ada pada festival-festival film kecil”
Program lengkap ARKIPEL dapat dibaca selengkapnya melalui website arkipel.org.