Festival

Feminitas–Maskulinitas dalam Plaza Indonesia Film Festival 2019

Posted on

Perihal gender bukan cuma berhubungan dengan perbedaan fisik saja. Tapi lebih dari itu. Walaupun di negara ini kondisi fisik masih jadi sorotan utama, tapi di balik semua itu banyak persoalan pelik yang lebih rumit. Film sebagai salah satu media yang paling efektif digunakan untuk menyampaikan berbagai gagasan telah berperan mengangkat banyak cerita terkait feminitas dan maskulinitas. Tapi apakah film-film tersebut tersebar luas?

Pada awal tahun 2019, ada tiga film Indonesia yang sangat menarik untuk dibahas. Prestasi mereka diperbincangkan di media sosial. Trailer mereka membuat penasaran. Para kru dan pemain di dalamnya membuat optimistis. Tiga film tersebut berbicara tentang feminitas dan maskulinitas dengan caranya masing-masing.

Beragam kisah feminitas–maskulinitas di film Indonesia

Ave Maryam (Ertanto Robby Soediskam) adalah cerita tentang seorang biarawati yang mencoba setia pada kemurnian, ketaatan dan kemiskinan. Tapi seorang suster tetaplah seorang perempuan. Sisi femininnya membuat ia mempertanyakan pilihannya setelah maskulinitas seorang lelaki membuyarkan kaulnya. Pertemuan gender tersebut bukan berujung pada persoalan fisik belaka, tapi menusuk komitmen dan prinsip.

Berbicara tentang perempuan, tidak bisa lepas dari kekerasan yang sampai saat ini masih banyak jumlahnya. Film 27 Steps of May (Ravi Bharwani) berbicara tentang hal itu, di mana seorang tokoh perempuan bernama May hidup dalam trauma atas kekerasan seksual yang ia alami saat berusia 14 tahun. Para lelaki itu seolah memaksa May menarik diri dari dunia. Tapi di sisi lain, ayahnya, lelaki yang menggunakan emosi maskulinnya di arena tinju, tidak henti menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada May. Juga ada lelaki lain, seorang pesulap yang seperti menjadi media perdamaian May dengan kehidupan. Sisi gelap persoalan feminitas–maskulinitas di sini, yang banyak dialami oleh perempuan-perempuan: kekerasan. Tapi kekerasan lelaki terhadap perempuan dalam film ini justru seperti lingkaran yang berdampak pada lelaki juga.

Baca juga: Mengangkat Tema Love Philosophy, Plaza Indonesia Film Festival Telah Dibuka!

Sementara dalam Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho), feminitas–maskulinitas menyatu dalam satu tubuh bernama Juno. Dalam keseharian Juno adalah seorang lelaki seperti biasa. Sementara ketika pentas, ia adalah penari Lengger yang mencuat sisi femininnya. Film ini menunjukkan dua gender yang seringkali saling menyakiti melebur dalam seni. Tapi, seperti dikutip dari pernyataan Rianto sang penari asli, hidup itu bukan soal hitam putih saja, atau siang dan malam, di sana juga ada abu-abu, pagi, senja, dan banyak hal-hal yang bisa diresapi di antaranya.

Tiga film istimewa tersebut tayang perdana di Jakarta pada perhelatan ketujuh Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) 2019. Di mana pada satu jam pertama pembukaan reservasi tiket, seluruh pemutaran sudah full-booked, belum lagi 700 lebih calon-calon penonton yang ada di waiting list. Hal itu tentu menjadi angin segar buat perfilman Indonesia. Para pembuat film tidak perlu khawatir dengan ukuran tema yang ingin mereka angkat.

Baca juga: Plaza Indonesia Film Festival Kembali Digelar Menghadirkan 10 Film Terbaik Peraih Penghargaan Film Internasional

Selain ada di tiga film di atas, persoalan umum feminitas–maskulinitas sedikit banyak juga ada di 9 film lainnya yang tayang di PIFF 2019. Salah satu yang paling terasa ada di film pendek Kado (Aditya Ahmad), di mana betapa mudahnya orang-orang memisahkan feminitas–maskulinitas dari jenis pakaian. Lebih menarik lagi ketika Aditya Ahmad, sang sutradara mengatakan ada lima gender yang diakui di Bugis: lelaki, perempuan, bissu, calabai dan calalai. Kita tinggal menunggu ada film-film lagi yang bercerita tentang itu semua.

Berbicara tentang kekerasan, harusnya ada sebutan gender sendiri dikhususkan untuk lelaki yang cuma berani pada perempuan. Atau cukupkah mereka disebut Klamidia?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

Copyright © 2016 Infoscreening.

Exit mobile version