Uncategorized
Screening Journal – Menonton dan Berdiskusi dalam Focus on Wregas Bhanuteja di Sinema Sabtu
Sabtu 28 Mei 2016, program ekshibisi film Sinema Sabtu FFTV IKJ menyelenggarakan fokus filmmaker Wregas Bhanuteja. Dalam kesempatan tersebut diputar lima film pendek karya Wregas antara lain “Senyawa”, “Lembusura”, “Lemantun”, “Floating Chopin”, dan karya teranyarnya yang memenangkan penghargaan dalam Semaine de la Critiue Cannes 2016 yaitu “Prenjak”.
Merupakan program ekshibisi yang kembali rutin diadakan oleh Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta sejak akhir 2015, berdasarkan keterangan ketua pelaksana program Daryl bulan Mei kali ini program Sinema Sabtu coba mengangkat sineas muda jebolan FFTV IKJ yang berprestasi. Dalam hal ini dipilihlah Yandy Laures minggu sebelumnya dan kali ini Wregas Bhanuteja.
Melihat antusiasme yang muncul di ranah digital menjelang acara, program Focus on Wregas Bhanuteja diadakan dalam dua sesi. Pemutaran dan diskusi dalam kedua sesi tersebut pun disambut hangat dan memancing diskusi dan pertanyaan dari khalayak yang hadir memenuhi kedua sesi.
Antrian mengular dari luar area Art House Cinema IKJ (foto: dokumentasi pribadi/infoscreening)
Penulis sendiri berkesempatan mengikuti sesi pertama, dalam sesi tersebut seorang penanya dari media coba mengulik alasan dimenangkannya Prenjak oleh para juri Cannes. Wregas pun menceritakan dalam penjelasannya, Prenjak dinilai menampilkan metafora baru yang belum ada di Eropa. Tak lupa Wregas menceritakan bagaimana seorang juri secara khusus menceritakan bagaimana mereka tertawa saat menonton Prenjak sampai akhirnya sampai di suatu scene dimana mereka bersepakat memenangkan Prenjak.
Masih di sesi yang sama tentunya, salah satu penanya lainnya menanyakan apakah Wregas akan membuat film panjang atau tidak, misalnya ke Hollywood. Dijelaskan oleh Wregas, finalis Semaine de la Critique memang kemudian akan diberi workshop dan coba dipertemukan oleh produser di sana. Perihal Hollywood, ia berujar tidak akan ke arah sana dan akan coba memasuki Art House Cinema di Eropa.
Wregas sendiri terbilang terbuka menjelaskan tentang filmnya. Selain menjelaskan tentang latar belakang dibuatnya film ini, asal mula cerita dan judul, ia menjelaskan latar belakang dari karakter dalam Prenjak yang mana tidak ditunjukan secara gamblang dalam film. Bagaimana ia memperoleh pemain pengganti untuk scene tertentu, dan bagaimana pandangannya mengenai kebutuhan spesifik salah satu karakter yang hadir sebagai implikasi dari latar belakangnya.
Berkesempatan memberi pertanyaan, penulis menanyakan dua hal antara lain perihal film pendeknya yang terbilang merata antara film fiksi naratif dan eksperimental dan ekspektasinya terhadap film ini di Indonesia mengingat kontennya yang eksplisit. Dijelaskan oleh Wregas bahwa di kampusnya IKJ diajarkan mengenai berbagai jenis film baik yang fiksi naratif mengandung struktur tiga babak maupun eksperimental dan ia menyatakan akan terus mengeksplorasi keduanya dan tidak akan mengarah pada satu kutub ekstrim saja. Menjawab pertanyaan kedua, Wregas menyatakan bahwa ia menghormati aturan yang ada di tiap wilayah, oleh karenanya ia merelakan apabila filmnya hanya dapat ditonton secara terbatas dan membiarkan filmnya menemukan penontonnya sendiri.