Memasuki tahun kelima penyelenggaraannya, Arkipel, International documentary and Experimental Film Festival 2017 mengusung judul “Penal Colony”. Apa pasal? Dari segi istilah “Penal Colony” adalah penjara pengasingan yang terpisah dari peradaban. Sastrawan Franz Kafka sendiri pernah menuliskan sebuah novelet berjudul “Penal Colony” yang tidak hanya mengisahkan penjara pengasingan, namun juga orang yang terasing di pengasingan tersebut.
Digagas Forum Lenteng, Arkipel yang berasal dari kata Archipelago, sebagai refleksi atas fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya melalui sinema. Penjelajahan gagasan melalui sinema pada tahun ini mengusung wacana peradaban yang berada di era modulasi, yakni selalu berubah.
Dalam rangkaian acara yang sudah berlangsung dari 18 Agustus lalu (sampai 26 Agustus 2017), Arkipel menyajikan kompetisi internasional, kuratorial penal colony, kurator muda Asia, Candrawala, Pameran Kultursinema, Presentasi khusus, Penayangan khusus dan Festival Forum. Keseluruhan 85 film yang tayang di Arkipel gratis dan untuk umum.
Penampilan Frau dalam Malam Pembukaan Arkipel, 19 Agustus 2017 (foto: Infoscreening)
Secara garis besar, Arkipel menyajikan film-film bukan arus utama yang menjadi alternatif serta membuka ruang diskusi untuk mereka yang suka menonton film. Bagi mereka yang ingin lebih dalam melijat interpretasi atas kejadian masa kini dalam bentuk film eksperimental dan dokumenter. Arkipel adalah acara yang tepat.
Tidak hanya itu, ini adalah ajang yang mempertemukan berbagai insan untuk membicarakan fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya melalui sinema. Arkipel tahun ini diselenggarakan di Kineforum, GoetheHaus dan Gudang Sarinah Ekosistem. Untuk jadwal acara dan film, bisa dilihat di arkipel.org/#calendar.
