Berita

Docs By The Sea Accelerator 2021: Digital Edition Telah Sukses Diselenggarakan dengan Empat Pemenang Hadiah

Dari siaran pers

Gelaran acara Docs By The Sea Accelerator 2021: Digital Edition telah resmi ditutup pada hari Sabtu lalu, 4 September 2021. Acara forum dokumenter internasional yang sudah memasuki tahun kelima ini diselenggarakan oleh lembaga In-Docs dan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Pada malam penutupan juga diumumkan empat proyek film yang terpilih untuk mendapatkan hadiah.

Proyek yang berhasil mendapat dukungan dari partner Docs By The Sea Accelerator 2021 adalah:

1. Docs By The Sea Pitch Prize
Hadiah berupa uang tunai sebesar Rp70.000.000 yang dipersembahkan oleh In-Docs untuk 1 proyek film Indonesia yang dapat digunakan untuk pengembangan, produksi, atau pasca-produksi film.

MY SISTER UMI ACI | Indonesia
Fanny Chotimah (Sutradara), Amerta Kusuma (Produser), Yulia Evina Bhara (Produser)

Cerita tentang Umi Aci, kakak dari sutradara. Umi Aci adalah seorang difabel yang tak punya tangan dan selalu menyembunyikan kesedihan dan kelemahannya. Namun ia seorang pemberani. Melalui aktivismenya seputar disabilitas, ia selalu membantu orang lain dan dijadikan panutan. Umi Aci adalah pemimpin organisasi Fatayat (organisasi untuk perempuan muslim) dan organisasi difabel perempuan. Melalui proyek film ini, sutradara ingin mengenal kakaknya dengan lebih dekat, menggali cerita tentang bermacam peran Umi Aci dalam hidupnya sebagai istri, ibu, dan kakak, dan sebagai perempuan difabel.

2. DOK Leipzig Industry Accelerator Prize
Hadiah berupa undangan untuk 1 proyek terpilih untuk mengikuti DOK Co-Pro Market atau DOK Preview di DOK Leipzig, yang merupakan festival dokumenter tertua di dunia yang diselenggarakan di Leipzig, Jerman. Partisipan akan dibebaskan dari biaya akreditasi dan disediakan akomodasi selama 3 hari.

I AM WALKING | Thailand / Filipina / Malaysia / Singapura Chan Sze-Wei (Sutradara)

Cerita tentang dunia mode underground di kota-kota besar Asia Tenggara seperti Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, dan Singapura. Proyek film ini mengikuti perjalanan para queer dan bagaimana cara mereka menciptakan ruang untuk mengekspresikan diri. Skena “vogue” ini berasal dari sub-kultur etnis kulit hitam dan latinx di New York, yang diadopsi di Asia Tenggara. “Vogue” adalah cara para queer melawan isolasi sosial, homofobia, dan diskriminasi atas gender dan seksualitas.

3. Asiadoc Project Prize
Hadiah berupa bimbingan lanjutan untuk pengembangan cerita bersama mentor ahli internasional dalam lokakarya dokumenter kreatif Asiadoc 2021 untuk 2 proyek film terpilih.

Pemenang pertama

MOUNTAIN OF ASHES | Thailand
Nottapon Boonprakob (Sutradara), Maitree Chamroensuksakul (Co-Sutradara) Supatcha Thipsena (Produser)

Cerita tragis tentang seorang aktivis muda etnis Lahu yang dibunuh oleh perwira militer di perbatasan antara Thailand dan Myanmar. Ia dituduh menyelundupkan narkoba dan granat, yang berakhir dengan tembakan senjata. Kejadian ini tertangkap oleh 9 CCTV, namun hilang secara misterius dalam pengadilan. Proyek film ini merekayasa ulang kejadian penembakan tersebut, menghidupkan kembali memori korban melalui lensa kamera demi mencari keadilan.

Pemenang kedua

The Bamboo Family| Myanmar
Sein Lyan Tun (Sutradara), Dwi Sujanti Nugraheni (Produser)

Cerita autobiografi sang sutradara, Sein, tentang mimpi-mimpinya sebagai sineas yang hampir hilang selama COVID melanda. Restoran kecilnya terpaksa tutup, dan ia harus pulang kembali ke rumah orang tuanya, yang tidak merestui pekerjaannya sebagai filmmaker. Ia dihadapkan oleh pertanyaan yang sulit: apakah masih ada kesempatan untuknya menjadi seorang sutradara?

Baca Juga: Docs by The Sea Kembali Bawa Dokumenter Asia Tenggara ke Pasar Internasional

Kilas Balik Acara Docs By The Sea Accelerator 2021

Acara ini telah digelar secara virtual dari 16 Agustus hingga 4 September, menghadirkan 23 proyek film dan 51 peserta dari 9 negara di Asia Tenggara. Selama 2 minggu para peserta mendapatkan bimbingan intensif dari mentor-mentor internasional yang juga merupakan anggota juri ajang penghargaan Oscar (Academy of Motion Picture Arts and Sciences, AMPAS). Bimbingan ini diberikan melalui 3 Lab, yaitu Storytelling Lab (Lab Pengembangan Cerita), Editing Lab (Lab Penyuntingan Film), dan Creative Producing Lab (Lab Produser Kreatif), dalam bentuk sesi individual dan sesi kelompok.

Para peserta juga diberi kesempatan untuk mempresentasikan proyek dokumenter mereka melalui Pitching Session kepada para tamu industri dokumenter yang mewakili berbagai rumah produksi di Eropa dan festival-festival film dokumenter dunia. Selain itu, untuk mendapatkan peluang pendanaan dan ekshibisi, para peserta juga diberikan kesempatan melakukan One-to-One Meeting dengan para tamu industri untuk mendiskusikan kolaborasi antar-negara.

Selama 5 tahun penyelenggaran Docs By The Sea, tercatat 33 film dokumenter telah selesai diproduksi dengan dukungan lebih dari 100 pemberi dana, dan hasil akhir filmnya telah diputar di 180 festival film dan stasiun TV.

Acara ini juga telah menghadirkan 6 sesi publik berupa Masterclasses, Industry Talks, dan Pitching Session. Acara-acara ini menghadirkan pembicara internasional yang membahas berbagai aspek pembuatan film dokumenter. Sesi publik ini berhasil menarik antusiasme peminat dan penggiat dokumenter Asia Tenggara, dengan total lebih dari 1000 penonton yang hadir di acara-acara tersebut.

Setelah kesuksesan penyelenggaraan lokakarya dan forum secara virtual selama dua tahun terakhir, program Docs By The Sea direncanakan akan kembali hadir di tahun 2022 dengan format hibrida (daring dan luring) dan melibatkan proyek dokumenter dari lebih banyak negara.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top