Berita

Docs By The Sea: Pencarian Jaringan, Dana dan Distribusi untuk Dokumenter Asia Tenggara

Posted on

Hal-hal yang paling penting berkaitan dengan film dokumenter adalah jejaring, baik jejaring dengan sesama sineas, terhadap pemberi dana, maupun pemerintah. Begitulah kalimat pembuka dari Amin Shabana, moderator acara konferensi pers Docs By The Sea sore itu di @america, Pacific Place. Konferensi pers ini sendiri dihadiri oleh empat narasumber, antara lain Ricky Pesik (Wakil Ketua Bekraf), Amelia Hapsari (Direktur Program In-Docs), Karen Schinerer (Atase Budaya Kedutaan Besar Amerika Serikat), dan Mandy Marahimin (Produser Film). Dan jejaring tersebutlah yang menjadi tajuk utama dalam penyelenggaraan Docs By The Sea yang pertama ini.

Docs By The Sea tercetus atas misi yang diemban oleh pemerintah untuk mendukung ekonomi kreatif. Di bawah naungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan bekerjasama dengan In-Docs, sebuah organisasi nirlaba yang memiliki perjalanan panjang dalam memperjuangkan dunia perfilman dokumenter Indonesia, Docs By The Sea dimaksudkan kelak menjadi forum internasional yang bertujuan menghubungkan film-film  dokumenter Indonesia (khususnya) dengan industri internasional yang infrastrukturnya jauh lebih terbangun. Melalui forum ini juga diharapkan agar film dokumenter Indonesia mendapatkan bimbingan dari mentor internasional yang berpengalaman, pendanaan serta distribusi internasional. Penggunaan Asia Tenggara diharapkan menjadikan forum ini lebih menarik dari segi marketing, karena belum ada yang menggunakan angle ini sebelumnya.

Docs By The Sea telah memilih 30 proyek dokumenter dari 120 proposal yang masuk dari seluruh dunia untuk ikut serta dalam pitching. Proyek-proyek tersebut antara lain 10 proyek film dokumenter Indonesia, 15 proyek film dokumenter dari negara-negara Asia Tenggara, dan 5 proyek film dokumenter internasional (India, Korea Selatan, Taiwan, Belanda, dan Iran).

Ini adalah kali pertama pemerintah punya peran besar terhadap film dokumenter, ujar Ricky Pesik, Wakil Ketua Bekraf. Alasannya adalah karena peran dokumenter ke depan akan semakin signifikan serta semakin mendapat minat yang tinggi dari generasi saat ini. Dukungan pemerintah antara lain bukan melulu soal infrastruktur, tetapi juga menyediakan ekosistem yang tepat dan lebih baik untuk para sineas dokumenter tanah air. Beliau menegaskan, bidang kreatif yang berkaitan dengan market internasional harus didukung oleh Bekraf, karena salah satu misi Bekraf adalah melakukan ekspor sebanyaknya hasil industri kreatif Indonesia.

Tidak seperti Jepang, Korea, Cina ataupun India yang memiliki forum-forum internasional tersendiri, Perfilman dokumenter di wilayah Asia Tenggara selama ini belum ada yang mengurus, ujar Amelia Hapsari. Jadi Docs By The Sea hadir mengisi ruang kosong, menjadi pertama dan satu-satunya yang berfokus pada pendanaan dan distribusi film-film dokumenter Asia Tenggara (bukan Cuma Indonesia). Sebelum adanya forum tersendiri di Asia Tenggara, Amel menambahkan, sineas dokumenter harus berkompetisi di forum-forum internasional. Docs By The Sea diselenggarakan dengan mengundang orang-orang yang berperan di forum-forum besar internasional tersebut untuk hadir dalam serangkaian event dan menciptakan ekosistem yang menguntungkan bagi Asia Tenggara, bagi Indonesia khususnya.

Lebih dari 30 pengambil keputusan dari lembaga-lembaga internasional kunci dari 16 negara yang terdiri dari lembaga pendanaan internasional, jaringan televisi internasional, platform digital, dan festival film internasioanl akan hadir di Docs By The Sea. Mereka akan menyimak dan mengadakan dialog dengan 30 filmmaker dari 13 negara yang akan mempresentasikan proyeknya. Para pengambil keputusan ini berpotensi memberikan pendanaan, mentorship, distribusi, dan memperluas jaringan sineas yang ikut serta. Amel menambahkan, para peserta terpilih mendapatkan workshop dan serangkaian kegiatan, agar mereka bisa melakukan persiapan dengan standar internasioanl dan siap melakukan pitching.

Sementara Karen Schinerer, Atase Budaya Kedutaan Besar Amerika Serikat mengatakan US Embassy turut serta mendukung forum ini dan perfilman dokumenter Indonesia secara umum dengan berbagai hal. Antara lain mengadakan berbagai workshop, Good Pitch, serta mengundang sineas-sineas Amerika dalam agenda tahunan bertajuk “America Film Showcase”.  Kedutaan Besar Amerika Serikat mensponsori kedatangan beberapa tamu penting, seperti Amy Hobby (Executive Director Tribeca Film Institute), Mridu Chandra (DirectorIf/Then Short Film Program, Tribeca Film Institute), Hussain Currimbhoy (Programmer Sundance International Film Festival), Daniel Moretti (Senior Outreach and Engangement Program, ITVS, sebuah lembaga pendanaan film dokumenter independen Amerika Serikat, dan Apoorva Bakshi (Distributor handal berbasis di L.A. yang sukses mendistribusikan film-film independen India).

Selain pemerintah Amerika, Goethe-Institut juga turut serta mendukung Docs By The Sea dengan menghadirkan seorang editor senior dari Jerman peraih berbagai macam penghargaan: Anne Fabini. Selama lima hari penuh ia akan membimbing para peserta terpilih dalam mengedit rough-cut. Lembaga Kebudayaan Belanda (Erasmus Huis) juga memberikan dukungan dengan menghadirkan Menno Boerema, seorang pakar editing, Isabel Arrate, Direktur lembaga pendanaan IDFA Bertha Fund, Laetitia Schoofs dari televisi publik KRO, serta Peter Van Huistee, seorang produser film kenamaan yang proyeknya terpilih untuk pitching. Ford Foundation Indonesia melalui In-Docs juga memberikan dukungan dengan mensponsori tiket 10 tamu international yang merupakan decision makers penting di perfilman dokumenter.

Sementara Mandy Marahimin, seorang Produser Film berpendapat Docs By The Sea akan membuat networking para pembuat film dokumenter semakin luas dan terbuka. Potensi film-film dokumenter pun akan jauh lebih besar, tidak berakhir hanya di satu platform. Ia berbagi pengalamannya berkaitan dengan pitching, dimana peserta dari negara-negara lain jauh lebih punya persiapan karena mereka memiliki kecukupan infrastruktur, terutama pendanaan. Ia juga menegaskan pentingnya dialog dan feedback untuk para pembuat film dokumenter ketika pitching. Kalau ekosistemnya dibangun dengan baik, ujar Mandy, makin banyak orang yang akan membuat film dokumenter. Indonesia memiliki banyak sekali permasalahan yang bisa diangkat.

Di penghujung acara Amel mengatakan tidak ada intervensi sama sekali dari pemerintah ketika memilih tema proyek-proyek film peserta. Pemerintah Indonesia memberikan kebebasan berkespresi yang cukup, termasuk kaitannya dengan tema politik. Ia optimis dengan dengan komitmen pemerintah ke depan akan lebih memajukan film dokumenter Indonesia.

Sementara agar pemerintah dapat terus mendukung forum ini, Ricky Pesik menegaskan dua indikator keberhasilan: kuantitatif dan kualitatif. Keberhasilan kuantitatif berkaitan dengan berhasil atau tidaknya proyek-proyek terpilih mendapatkan pendanaan. Sedangkan keberhasilan kualitatif berkenaan dengan diakuinya kualitas forum maupun proyek-proyeknya oleh stakeholders dan pihak-pihak yang terlibat, serta adanya antusias terhadap proyek ke depan.

Docs By The Sea diselenggarakan tanggal 29 hingga 30 Agustus 2017 di Vouk Hotel, Nusa Dua, Bali, dengan diawali terlebih dahulu oleh berbagai workshop dari tanggal 23 sampai 27 Agustus 2017.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

Copyright © 2016 Infoscreening.

Exit mobile version