Berita

Film Pendek Jepang Buka Perhelatan Festival Film Dokumenter 2017 ‘Post Truth’

Posted on

Mengusung Post-Truth sebagai tema utama festival melalui program Perspektif, gelaran Festival Film Doumenter (FFD) 2017 resmi dibuka pada Sabtu, 9 Desember 2017 d Societet, Taman Budaya Yogyakarta dan berlangsung sampai tanggal 15 Desember 2017.

Post-truth merupakan sebuah kata sifat yang semakin populer sejak tahun 2016, dalam Kamus Oxford merujuk pada suatu keadaan di mana fakta objektif kurang dapat berpengaruh pada pembentukan opini public dibandingkan dengan keyakinan personal. Film pendek Jepang The Village’s Bid For UFO (Takuro Kotaka, 2017) menjadi pembuka yang sangat sesuai dengan tema utama, dengan narasi atas kondisi yang terjadi di Suzu, sebuah desa kecil di Jepang, di mana banyak Unidentified Flying Object (UFO) tak terhitung jumlahnya melintasi langit dan mayoritas penduduk yang percaya bahwa UFO dan manusia bisa hidup berdampingan dengan harmonis.

Tahun ini, FFD digelar di tiga tempat: Taman Budaya Yogyakarta, IFI-LIP Yogyakarta, dan Langgeng Art Foundation dan dibagi ke dalam empat agenda utama, yakni: Kompetisi, Pemutaran Utama, Parsial, dan Lokakarya Kritik Film.

Pada program Kompetisi, FFD menerima 43 film kategori Dokumenter Panjang Internasional, 85 film kategori Dokumenter Pendek, dan 24 film kategori Dokumenter Pelajar. Juri yang terlibat dalam kompetisi Dokumenter Panjang tahun ini antara lain: Ronny Agustinus (Pendiri Ruangrupa, pengelola Marjin Kiri), Anna Har (Produser dan Direktur Freedom Film Festival), serta Sandeep Ray (Sutradara Film “Royal Bengal Rahasya” asal India). Dari Dokumenter Pendek melibakan tiga orang juri, yaitu: Antariksa (Pendiri Kunci Cultural Studies), Thomas Barker (Asisten Professor Film dan Televisi University of Nottingham Malaysian Campus), dan Vivian Idris Aktris dan Produser). Sedangkan, Dokumenter Pelajar dengan juri: Irfan R. Darajat (Peneliti LARAS), Jason Iskandar Sutradara film “Seserahan”), dan Steve Pillar Setiabudi (Sutradara film dokumenter “Tarung”).

Agenda pemutaran dibagi ke dalam lima program dengan total 78 film dari 17 negara, yaitu: Perspektif, Spektrum, Dear Memory, serta tidak ketinggalan program spesial: 5 Pulau/5 Desa, dan Parsial. Perspektif merupakan program utama non-kompetisi yang mengacu pada tema festival.

Baca Juga: Pemutaran 5 Pulau/5 Desa di Goethe Institut Jakarta

Spektrum hadir sebagai suguhan FFD atas keragaman film-film dokumenter di dunia yang pada tahun ini mengambil retrospektif dari karya Mark Rappaport. Sebuah usaha untuk membangun keterlibatan penonton dalam proses menelaah, dan merenungkan baik wacana, kesadaran menerima impresi serta narasi yang lain dari film Rappaport yang berisi potongan-potongan film popular.

Dear Memory mencoba melihat bagaimana memori direpresentasikan lewat penceritaan visual, teks, dan audio dalam film dokumenter. Program ini dibagi ke dalam dua perspektif yang berbeda, yakni: Dear Meory: Kebersituasian, dan Dear Memory: Kepingan Masa Lampau.

Doc Music, melalui tajuk Discover: Dokumenter Musik dan Komunitas mencoba menjadikan film dokumenter sebagai medium untuk kembali membicarakan music melalui film-film pilihan seperti: Ruang Rupa Radio of Rock Tour Serial 2 (Henry Foundation, 2017), Metal in Egypt (Luca Tommasini & Ralph Kronauer, 2017), atau A Distant Echo (George Clark, 2016) yang tidak membatasi pembacaan atas music yang tidak terbatas pada bentuknya sebagai sebuah pertunjukan.

Di program spesial Pemutaran Perdana dan Diskusi Proyek 5 Pulau/5 Desa hasil kerjasama antara FFD dengan Goethe-Institut Indonesia. FFD akan menggelar pemutaran perdana dan diskusi karya pembuat film Indonesia yang dikirim ke lima desa di Jerman selama kurang lebih tiga minggu dari bagian terakhir proyek ini yaitu 5 Desa.

5 Program dari Agenda Parsial dalam FFD 2017

Agenda parsial FFD menghadirkan lima program berbeda: Docu Francais, Les mois du Film Documentaire, Focus Japan, Asian Docs, dan Fragmen Keseharian.

Docu Francais dan Le Mois du Film Documentaire merupakan dua program kerjasama antara FFD dan Institut Francais d’Indonesie (IFI). Docu Francais tahun ini secara spesifik memilih tema cinema-verite. Dalam Docu Francais, FFD akan menyajikan film-film cinema-verite Prancis saat ini. Le Mois du Film Documentaire sendiri mendiskusikan bagaimana anak-anak muda mendobrak dan menyiasati kelindan batas sosial-budayayang ada di dalam ruang sekolah.

Focus Japan sebagai program kerjasama dengan The Japan Foundation Asia Center adalah usaha FFD dalam melihat Jepang sebagai negara dengan sejarah budaya sinema yang panjang dan mapan. Bersamadengan Japan Foundation, program ini mengajak untuk melihat lebih dekat sudut pandang dan cara menanam persepsi yang khas dalam film-film dokumenternya.

Asian Doc merupakan program kolaborasi dua festival; FFD & Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF). Sebuah program untuk mengalami Asia melalui berbagai film dokumenter pilihan.

Program terbaru dari agenda parsial adalam Fragmen Keseharian, buah kolaborasi dengan National Film Board (NFB) of Canada dan Canada Embassy. Melalui program ini, FFD coba memperkenalkan penonton dengan problema dan fenomena khas Kanada melalui karya-karya dokumenter. Film-film yang diputar antara lain;; Nowhere Land (2015), Dialogue(s) (2016), dan Stone Makers (2016).

Tahun ini, FFD memilih lokakarya kritik sebagai agenda Edukasi. Setelah 15 tahun menyajikan sekaligus menyaksikan ribuan karya dokumenter, tahun ini FFD bermaksud menggerakkan penonton untuk merespon film dokumenter. Program hasil kerjasama FFD dengan Cinema Poetica ini diharap dapat meramaikan ranah kritik film serta mengembangkan iklim dokumenter yang sehat. Lokakarya akan diadakan secara intensif selama 5 hari; 10-14 Desember 2017 di Langgeng Art Foundation.

Melalui berbagai tema dan agenda, FFD percaya jika dokumenter memiliki posisi signifikan dalam mencerdaskan masyarakat dan member sudut pandang alternatif yang jarang disentuh media arus utama. Sebagai sebuah medium, film dokumenter dapat dimanfaatkan sebagai media aspirasi yang mandiri, menghadirkan pesan-pesan reflektif, serta dapat melewati batas-batas ruang dan waktu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

Copyright © 2016 Infoscreening.

Exit mobile version