Berita

Dukung Ekosistem Film Semarang, Julat Film Indie Indonesia Putar Tiga Film Pendek

Posted on

Praya.id, publisis film daerah bekerja sama dengan JAPHD Office, sebuah rumah produksi film yang berbasis di Semarang, menyelenggarakan pemutaran dan diskusi film secara virtual  bertajuk “Julat Film Indie Indonesia – Kota Semarang” pada 27–28 Januari 2021 lalu. Program ini terselenggara atas kolaborasi dengan Sinecovi sebagai kelompok yang fokus pada bidang ekshibisi dan apresiasi film di Kota Semarang.

“Film independen di Kota Semarang sedang berkembang pesat, ini dibuktikan dengan jumlah produksi film pendek yang ada di Kota Semarang. Jumlah tontonan yang meningkat idealnya dibarengi dengan penonton yang meningkat pula. Acara press conference dan virtual screening ini bertujuan untuk mengajak masyarakat, khususnya di Semarang, menonton film pendek sebagai pilihan tontonan alternatif,” ungkap Petrus Kristianto selaku distributor JAPHD Office dalam acara yang diadakan melalui Zoom, Rabu (27/01/2021).

Berlabuh dan Nasib Pekerja Kapal

Perahu “Buruh Mutiara” berhenti di pelabuhan. Tirta, salah satu anggota kru kapal penyeberangan domestik, kembali ke rumah. Pemuda itu bercita-cita menjadi kepala kru mesin, dan bahkan mungkin menjadi kapten suatu hari nanti. Di sisi lain, ia harus menghadapi kenyataan pahit kondisi pelaut. Perusahaan berutang gaji berbulan-bulan kepadanya, dan dia harus hidup dengan ketidakpastian, apakah Tirta akan dipekerjakan lagi pada perjalanan berikutnya? Situasi ini membuatnya mempertanyakan masa depan dan karier pelautnya.

Sebuah film pendek berjudul Berlabuh karya Haris Yuliyanto, merupakan film pertama yang diputar pada acara “Julat Film Indie Indonesia – Kota Semarang”. Film yang berhasil masuk Official Selection Indonesia Film Splash (Jogja-NETPAC Asian Film Festival – 2020) ini menyuarakan realita yang dihadapi para awak kapal. Mengulik kisah tentang seorang pelaut muda yang sedang dilanda berbagai problematika yang berkaitan dengan hak-haknya sebagai pekerja di sebuah perusahaan swasta.

Terinspirasi dari pengalaman sang ayah yang dahulu bekerja sebagai pelaut, membuat Haris tahu bagaimana kondisi karier dan masa depan seorang kru kapal. Mulai ditulis sejak akhir tahun 2018, proses produksi film Berlabuh sempat terhenti karena kendala finansial, kemudian berlanjut di tahun 2019 dan berhasil diselesaikan pada tahun 2020.

Kisah Sopir di Kala Pandemi

Film kedua yang diputar adalah The Secret Club of Sinners. Film yang juga karya kedua dari Haris ini berhasil masuk 10 Besar Ide Cerita Terpilih (Anti Corruption Film Festival – 2020).

Film ini bercerita tentang sosok Pak Ucup, seorang sopir serabutan yang sedang mengalami krisis finansial karena pekerjaannya yang terdampak pandemi. Pak Ucup kemudian nekat membawa penumpang pergi bertamasya dengan memanfaatkan kepercayaan masyarakat dan bosnya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudian permasalahan besar muncul ketika ia kedatangan penumpang misterius.

Sama seperti Berlabuh, The Secret Club of Sinners juga mengangkat “penderitaan”, berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyudutkan masyarakat kecil.

Aksi Perampokan dalam Animasi

Akhir dari program “Julat Film Indie Indonesia – Kota Semarang” ditutup dengan penayangan film pendek animasi berjudul Terciduk. Film karya Alan Dharmasaputra Wijaya ini berhasil menyabet Best Acffest Movie Award Category Animation (Anti Corruption Film Festival – 2020). Film ini menceritakan kawanan perampok yang melakukan perampokan ke sebuah bank. Mereka menerapkan prinsip adil, jujur, disiplin, sederhana, mandiri, peduli, tanggung jawab, berani, dan bekerja keras dalam menjalankan aksinya.

Berawal dari film Comic 8 yang ditontonnya, Alan kemudian terinspirasi untuk membuat film dengan sentuhan komedi. Alan mengakui bahwa proses produksi dalam film ini cukup berbeda, sebab membutuhkan waktu yang cukup panjang, tetapi proses kreatifnya terbilang sederhana. “Prosesnya seperti membuat sketsa, kemudian tiap karakternya digerakkan. Selain karena sudah terbiasa dan background saya adalah seorang ilustrator, jadi lebih menarik buat saya untuk mengeksplorasi bidang animasi,” jelas Alan.

Pemilihan karakter dalam film ini didasarkan pada 9 nilai antikorupsi yang dimiliki oleh KPK, hal itulah yang menjadikan Terciduk sebagai film pendek unik dan berkesan.

Baca juga: Tutup Rangkaian Acara, ACFFest 2020 Umumkan Para Pemenang

Acara “Julat Film Indie Indonesia – Kota Semarang” diharapkan dapat membantu para pegiat film pendek untuk lebih berperan aktif dalam membentuk ekosistem perfilman yang ideal. Acara ini juga diselenggarakn sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak muda Semarang yang berprestasi di ajang festival film nasional dan internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

Copyright © 2016 Infoscreening.

Exit mobile version