dari siaran pers
S-Express merupakan sebuah jaringan kerja antar negara di Asia Tenggara dalam bentuk pertukaran program film pendek. Gerakan ini diinisiasi pada tahun 2002 oleh Yuni Hadi (Singapura), Amir Muhammad (Malaysia), dan Chalida Uabumrungjit (Thailand) dan menjadi sebuah ajang tahunan yang berlangsung sampai saat ini. Sampai tahun ini negara-negara yang tergabung dalam S-Express sudah semakin berkembang, meliputi Malaysia, Myanmar, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja dan Indonesia.
Minikino bergabung dalam jaringan ini sejak tahun 2003, membawa film-film pendek Indonesia masuk ke dalam perputaran distribusi Asia Tenggara. Setiap tahunnya Minikino melakukan seleksi film-film pendek Indonesia untuk dikemas menjadi sebuah program, yang kemudian menjadi bagian dalam festival-festival film dalam lingkup Asia Tenggara, bahkan terbuka untuk lingkup yang lebih luas lagi. Di Indonesia sendiri, S-Express pernah menjadi agenda tetap dalam festival film akbar Jakarta International Film Festival (JiFFest).
Baca juga: Dua Film Pendek Bertema Buruh Menangi Penghargaan Utama dalam Viddsee Juree Awards Indonesia 2018
Film Pendek Pilihan Minikino
Memasuki tahun 2018 ini, Minikino telah merampungkan “S-Express 2018: Indonesia” yang siap dibawa berkeliling Asia Tenggara. Film-film pendek yang terpilih tahun ini adalah Barakabut (2018), Dolan Bareng (2018), Ojek Lusi (2017), Fatimah (2017), dan C’est La Vie (2017). Total jumlah durasi semuanya adalah 64 menit. Kelima film pendek ini telah melalui seleksi secara seksama oleh direktur program Minikino, Fransiska Prihadi.
“Seleksi tahun ini mempersembahkan beragam gaya film pendek Indonesia, mulai dari eksperimental, dokumenter, hingga fiksi, namun semuanya menggambarkan kerinduan akan kejujuran dan ketulusan hati” terang Fransiska Prihadi sebagai programmer.

Poster Film Barakabut
Sebagai sebuah program pertukaran, S-Express membawa makna penting dalam sejarah perkembangan film pendek di negara-negara yang terlibat. Sebab melalui film pendek, penonton dapat melihat kilasan mengenai budaya serta isu aktual yang terjadi negara tersebut.
“Seperti halnya Minikino percaya bahwa film pendek memiliki kekuatan literatur yang menyampaikan nilai-nilai sosial budaya yang nyata di masyarakat. Maka semua karya yang masuk dalam S-Express juga akan saling merepresentasikan nilai-nilai ini dari negaranya masing-masing.” lanjut Fransiska Prihadi.
Jadwal Pemutaran S-Express 2018 Indonesia di Asia Tenggara
Jadwal pemutaran perdana program “S-Express 2018 Indonesia” akan diproyeksikan pada layar lebar 2nd SEAShorts di Georgetown, Penang, Malaysia pada tanggal 2 – 5 Agustus 2018. Kemudian disusul oleh jadwal 22nd Thai Short Film and Video Festival akhir Agustus 2018 di Bangkok, Thailand.
Kemudian juga akan tampil di Wathann Film Festival 5-10 September 2018 di Myanmar. Kemudian Chaktomuk Short Film Festival (CSFF) pada tanggal 8-12 November 2018 di Kamboja. Sejak 2015, setiap tahun S-Express juga telah menjadi bagian tetap Minikino Film Week, Bali International Short Film Festival, yang pada tahun ke 4 akan diselenggarakan 6-13 Oktober 2018 mendatang.
Baca juga: Memaknai Representasi dalam Film dari UPH Film Screening 2018
Sampai detik ini, S-Express masih merupakan satu-satunya jaringan pertukaran film pendek yang menghubungkan antar negara di Asia Tenggara. Bagi masing-masing negara yang terlibat, tentunya program tahunan ini memiliki makna yang berbeda-beda, namun secara pasti merupakan bagian terpenting dari sejarah perkembangan film pendek di Asia Tenggara.
Daftar Film Pendek dalam Program “S-Express 2018: Indonesia”
BARAKABUT (THE FIRE LONGING FOR THE MIST)
Roufy Nasution/ Indonesia/ 2018/ Experimental/ 10 minutes
A mythical journey of Drupadi to find her long-separated lover.
DOLAN BARENG
J.Kevin Setya Wijaya/ Indonesia/ 2018/ Fiction/ 5 minutes
A cinematic poetry about boredom.
OJEK LUSI
Winner Wijaya/ Indonesia/ 2017/ Documentary/ 18 minutes
In 2006, a mud volcano erupted on a gas drilling site in Sidoarjo. Compensation for the loss of their homes has not yet been settled and some victims are trying to earn a living with dark tourism.
FATIMAH
Adi Marsono/ Indonesia/ 2017/ Fiction/ 13 minutes
Fatimah visited her late husband’s grave and found new revelation.
C’EST LA VIE
Ratrikala Bhre Aditya/Indonesia/2017/Fiction/18 minutes
After years hold in detention without trial, a political prisoner got a chance to testify.
