Jakarta – Pada Kamis 13 Juli 2017 diadakan pemutaran perdana film Musume (Daughters) karya Ima Puspitasari di Japan Foundation.
Daughters merupakan hasil residensi Ima di Jepang dengan sokongan dari Japan Foundation dalam program Japan Foundation Asia Center Fellowship.
Film dokumenter ini mencoba mengungkapkan makna ikatan keluarga seorang ayah dengan anak perempuannya melalui narasi beberapa subjek yang dipilih, termasuk Ima sendiri dengan dibalut narasi cerita rakyat Jepang dan Indonesia.
Acara pemutaran ini dipenuhi dengan penonton yang antusias, di antara mereka terdapat pegiat perfilman, penggemar film, dan juga penggemar kebudayaan Jepang yang sering hadir di acara-acara Japan Foundation.
Siapakah Ima? Ima Pusputasari merupakan pembuat film dokumenter dari Yogyakarta. Ia telah membuat beberapa karya antara lain Nyalon (2014) yang mengangkat tentang hiruk pikuk kontestasi Pilpres 2014, dan Wasis (2015) yang mengangkat kegiatan kakek Ima sendiri dalam membantu sosialisasi program Jadwal Belajar Malam (JBM). Film “Wasis” memenangkan kategori film dokumenter pendek pada Festival Film Dokumenter Yogyakarta 2015.
Dalam sesi diskusi sesudah pemutaran film, Ima ditemani Diana selaku program manager dari Japan Foundation terlebih dulu menjelaskan tentang latar belakang program dan awal mula Ima mendaftarkan diri sampai kemudian berhasil mendapatkan fellowship dari Japan Foundation.

Diskusi usai pemutaran Musume bersama Ima Puspitasari dan Diana dari Japan Foundation di JF Jakarta. (dokumentasi Infoscreening)
Durasi memanjang
Mengenai filmnya, Ima bercerita awalnya film ini direncanakan hanya berdurasi sekitar 15 menit. Namun dalam perjalanannya, kemudian banyak yang harus dimasukan sehingga akhirnya menjadi 43 menit. Menjawab pertanyaan mengenai subjek-subjek dalam film Ima menjelaskan bahwa subjek-subjek wawancara merupakan hal yang di luar rencana.
Misalnya Sekar Sari yang kemudian akhirnya menjadi salah satu subjek yang menceritakan hubungannya dengan ayahnya. Dalam perjalanan membuat film, Ima kemudian memutuskan memasukan dirinya sendiri sebagai salah satu subjek, salah satunya dikarenakan transisi hubungan yang terjadi dengan ayahnya yang menjadi lebih baik.
Sedangkan dalam mencari responden wanita Jepang, Ima awalnya mencari melalui media sosial Facebook sampai dalam akhirnya kemudian tiga wanita Jepang muncul menarasikan hubungan mereka dengan ayah mereka.
Rough cut dari Daughters sempat dipresentasikan di Universitas Kyoto, dan masukan dari Profesor-profesor yang hadir, turut menjadi pertimbangan dalam menyunting ulang film ini kemudian.
Bagaimana dengan reaksi audiens? Adlino Danan Jaya, seorang sineas muda yang hadir di acara mengaku sengaja hadir pada acara tersebut untuk melihat karya terbaru dari Ima. Adlino melihat karya-karya dari Ima selalu segar, begitu pula yang ia temukan dengan Daughters. Lain lagi bagi Nabila seorang peminat kebudayaan Jepang yang sering mengikuti acara-acara di Japan Foundation. Bagi mahasiswi FEUI ini film Daughters sangat membuka perspektif tentang Jepang terutama wanita Jepang pada umumnya.

Pingback: Perjalanan Ima Puspita Sari Untuk Berdamai Dengan Diri Sendiri Lewat Film | Viddsee BUZZ