Artikel

Pertanian dan Sinema, Mencangkul dengan Kamera

Tak dapat dipungkiri bahwa salah satu manfaat dari sebuah silaturahmi adalah menemukan akar dari berbagai melalang buananya sebuah informasi, sebuah perkembangan dan tentunya sebuah hasil tertentu. Pada kesempatan kali ini saya berjumpa dengan berbagai komunitas, berbagai penggiat dalam sebuah forum yang diselenggarakan oleh Arkipel, Jakarta Indonesia.

Berbagai komunitas hadir, bercerita, bertukar pikiran hingga mengeluhkan atas ketidakadilan. Mereka hadir dalam berbagai panel, mendalami sejarah serta turut angkat bicara.

Tak hanya diramaikan oleh komunitas berbasis film (baik produksi, ekshibisi maupun distribusi). Beberapa komunitas non film pun ikut merayakan festival film yang berfokus pada dokumenter dan eksperimental ini.

Namun, ada hal menarik yang membuat saya menaikan alis. Salah satu yang  cukup menarik diantaranya yakni, Sayuran Kita. Digagas atas inisiatif sendiri, komunitas ini bergerak dengan pasti dengan semangat tangguh sosok perempuan. Dalam kesempatan ini, Afifah Faridah Jufri yang akrab disapa Ifa, memberikan pendapatnya sebagai founder dari Sayuran Kita.

Dengan sederhana, Ifa menjelaskan berbagai hal yang ia lakukan di komunitas sayuran kita. Komunitas yang dibentuk pada tahun 2016 ini pun pernah mengalami kebekuan yang cukup lama di awal pembentukan, pun disebabkan oleh masih belum adanya perencanaan kedepannya mengenai komunitas ini hanya bersifat menanam dalam agendanya (hanya berfokus pada produksi).

Tahun 2017 Ifa berkunjung ke komunitas Pasir Putih (Lombok). Pada saat itulah komunitas ini menemukan jati dirinya serta semangat yang sama, yang mana komunitas ini dapat memiliki manfaat untuk sesama dalam bentuk edukasi. Selain itu, komunitas ini berusaha untuk memberikan paradigma baru mengenai pertanian yang terdengar kolot di zaman sekarang.

Bagi Ifa, bentuk wujud nyata dari sebuah implementasi sebuah pengetahuan dapat diterapkan melalui diri sendiri. Seperti yang ia lakukan dengan membuat kebun kecil di daerah rumahnya, sehingga ketika hal tersebut berhasil dapat menjadi role model masyarakat sekitar ketimbang hanya memberikan bantuan dalam bentuk penyuluhan atau sosialisasi. Karena bentuk nyata itu, lebih nyata.

Berbicara mengenai penyebaran pengetahuan, Sayuran Kita memiliki berbagai metode yang siap dilakukan dalam pengenalan pertanian dan salah satunya yakni menggunakan media film. Film bagi mereka memiliki banyak keunggulan, sebab menjadi media yang dapat dinikmati oleh siapapun. Bersama film ini pun diharapkan media ini mampu menjelaskan pertanian secara utuh dan menarik tanpa hanya melihat dari sisi permukaan (pertanian yang hanya dapat dilakukan di lahan yang luas).

Banyak sisi menarik dari pertanian yang masih belum menjadi hal yang mampu menarik perhatian para pembuat film, seperti halnya menariknya berkembang dan tumbuhnya tanaman, pohon, dan jenis lainnya.

Edukasi semacam ini khususnya dapat menjadi media pembelajaran mengenai pertanian dengan lebih menarik dalam media film. Bantuan media ini dapat membantu memahami berbagai macam jenis tumbuhan yang terkadang tumbuh subur di halaman kita namun terkadang tidak menyadarinya.

Dilansir melalui website resmi sayurankita.com, komunitas ini telah melakukan kegiatan screening film yang bekerjasama dengan OK. Video – Indonesia Media Arts Festival yang pada tahun ini mengangkat tema “Pangan”. Sesuai dengan tajuk yang diangkat yakni “Tani dan Sinema: tanam, panen, masak, makan, nonton, diskusi…” kegiatan ini pun tidak hanya melakukan aktivitas sinema atau menanam saja, melainkan menggabungkan keduanya dalam sebuah kegiatan. Kegiatan tersebut melingkupi memanen, memasak dan makan bersama serta dilanjutkan dengan menonton dan berdiskui mengenai film yang secara umum membahas mengenai pangan. Sangat menarik!

Komunitas Sayuran Kita, tidak hanya bergerak dalam pertanian saja namun pula ia memiliki tanggung jawab dalam penyebaran pengetahuan pertanian yang sudah terlanjur terdengar membosankan diubah menjadi pengetahuan yang menarik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Terlalu banyak lahan yang sudah dialih  fungsikan, termasuk paling dominan yakni pertanian. Contohnya di Yogyakarta sebanyak 200 hektar telah dialih fungsikan bahkan menurut Ifa hampir tidak ada lahan pertanian lagi di Pekanbaru, demi memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Dengan sinema, ia berharap mampu memberikan edukasi kepada masyarakat secara utuh mengenai pertanian yang menarik tanpa merepotkan berbagai hal yang kadang menjadi pemicu pengalihan fungsi lahan. Pembuat film pun bertanggungjawab atas film yang ia buat, peran film tersebut, baik tidaknya, manfaat tidaknya.

Film tidak hanya berperan sebagai bentuk penghibur masyarakat semata, melainkan ia memiliki fungsi lain yang mungkin cukup menjanjikan, yakni sebagai media edukasi bahkan sebagai alat propaganda sebuah negara. Film pun berhasil menjadi gabungan dari berbagai substansial atas beberapa aspek, sehingga hasil kolaborasi yang ciamik itu menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

Informasi

Website : sayurankita.com

Instagram : sayurankita

Email : info@sayurankita.com / info.sayurankita@gmail.com

No HP : 0856-9721-1925

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top